Chapter 13: Asli.
•
•
•
•
•
Masih dalam sudut pandang Neva._
Lantunan burung berkicau mesra di pagi hari yang indah. Melewati balkon kamar Neva.
Pelayan wanitanya segera membuka tirai-tirai yang menghalangi jalan masuknya sinar matahari. Kini, ruangan yang terlihat dingin itu disinari dengan cerah.
Para pelayan wanita pun membersihkan sisa-sisa kekacauan yang diperbuat Neva tadi malam. Noda-noda darah yang berceceran dilantai mengering. Noda tersebut juga dibersihkan hingga tidak meninggalkan jejak.
Pecahan vas bunga pun juga dibersihkan sampai tidak ada yang tertinggal lagi.
Sentuhan demi sentuhan membersihkan setiap sudut kotor. Kini, kamar tersebut terlihat layak kembali untuk ditinggali.
•
•
•
Aku perlahan membuka mataku dan melihat para pelayan wanitaku sedang membersihkan kamarku beserta kekacauan yang aku perbuat di malam terakhir.
Aku terduduk di kasur, mengamati lingkungan sekitar. Aku masih saja terbangun di pagi hari, dan aku membencinya.
Salah satu pelayan wanita itu mendekat ke arahku dan berkata sesuatu.
Pelayan: "Nona, telapak kakimu terluka. Izinkanlah saya untuk mengobatinya."
Aku melirik dan membuat kontak mata dengan pelayan tersebut.
Neva: "Lakukan saja sesukamu."
Pelayan wanita itu membersihkan dan mengobati lukaku dengan sangat hati-hati, aku tidak peduli dengan rasa sakitnya.
Kira-kira, sudah berapa lama sejak aku tidak peduli dengan rasa sakit?
Aku malas mengingatnya, kebetulan hari ini aku harus bertemu dengan Tuan Marquis.
Setelah terbangun di pagi hari dan bersiap-siap, aku berjalan perlahan melewati lorong-lorong kediamanku menuju ruang makan untuk sarapan.
Sesekali perhatianku teralih kembali melihat jendela luar dan melihat burung-burung berterbangan. Itu indah, melihat mereka bebas. Aku jadi semakin bertanya-tanya, kapan mereka akan tersiksa?
Aku memasuki ruang makan, dan duduk di kursi khusus untukku. Aku sarapan bersama keluargaku, kami sangat canggung sejak dahulu. Tak pernah ada sekalipun kata bahwa kami adalah keluarga bahagia, itu hanyalah sebuah rekayasa publik.
Setelah suasana canggung yang cukup lama. Ayahku memulai pembicaraan.
Tn. Count: "Bagaimana pesta teh mu kemarin? Neva?"
Aku terdiam sejenak kemudian membuat ekspresi bahagia yang palsu.
Neva: "Aku sungguh sangat bahagia, terimakasih sudah mengizinkanku menggelar pesta teh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape the Destiny || by noonaaanatha
Ficción histórica"Jika kamu gagal, maka kamu akan mati." Ujar kucing hitam misterius yang berada tepat di depannya. Ivory mengira ia akan pergi ke akhirat setelah mengalami kematian. Namun, ternyata ia justru diberikan misi untuk mengubah sejarah yang sudah terjadi...