Chapter 15: Penawaran.

227 199 9
                                    

Chapter 15: Penawaran.

Sudut pandang Tuan Duke.

Setelah bertemu Miella dan menyampaikan salam pamit, aku hendak melangkah pergi.

Hatiku terasa sedikit gundah. Sebenarnya, apa tujuan Raja mengundangku ke istananya?

Sepertinya dikarenakan aku membantuk Miella yang sedang menyamarkan identitasnya sebagai Ivory.

Pasti Raja akan menyadarinya juga, atau bahkan sejak awal dia sudah mengetahui itu.

Lorong-lorong kediamanku sudah kulewati. Namun, langkahku kembali terhenti di depan sebuah pintu berdebu.

Aku menatap pintu tersebut dengan tatapan halus serta senyum lembut. Tidak ada yang boleh menyentuh pintu itu, kecuali pemilik ruang kamar itu. Namun, sekarang pemilik ruang kamar itu telah mati.

Pintu itu dilindungi oleh penghalang, siapapun yang menyentuhnya akan tersambar petir khusus. Karena itu, tidak ada yang bisa menyentuhnya. Kecuali orang yang memiliki kekuatan sihir.

Aku kembali memalingkan wajahku, ini bukan saatnya untuk berpikir tentang hal seperti itu. Aku harus fokus pada tujuanku untuk membuat setiap orang mendapatkan hal yang setimpal.

Pada akhirnya, aku pergi ke istana dengan menggunakan kereta kuda. Sepanjang jalan di istana, aku hanya memandang ke arah luar jendela.

Tanpa sadar, aku tersenyum tipis. Pikiranku kembali mengingat pertemuan pertama aku dengan Miella.

Mengenai perasaanku pada Miella, bahkan sampai sekarang aku masih belum mengetahuinya. Entah apa yang aku pikirkan, meskipun aku tidak bisa dekat dengan perempuan siapapun itu. Hanya Miellalah yang aku bahkan tidak ragu sama sekali untuk lebih dulu menyentuhnya.

Untuk sekarang, mungkin itu hanyalah ambisiku untuk melindungi Tuan Putri yang akan membebaskan kerajaan ini dari kehancuran pemimpin seperti Raja.

Aku menghela napas ringan, jarak umurku dengan Miella memang tidak terlalu jauh. Kami hanya berbeda 2-3 tahun saja. Namun, aku penasaran apakah aku adalah seleranya?

Tunggu, mengapa aku justru memikirkan hal seperti itu?

Dalam sekejap, pipiku memerah. Aku menggelengkan kepala secara perlahan. Kemudian, menghela napas dengan lega.

Tn. Duke: "Aku harus fokus, setidaknya untuk sekarang."

Aku kembali melihat ke arah jendela luar, sampai aku menyadari bahwa kereta kuda telah sampai di depan gerbang istana.

Akhirnya, aku turun dari kereta kuda. Tepat sekali, bahkan Rajapun datang untuk menyambut ku. Aku pun berjalan perlahan dan memberi hormat.

Escape the Destiny || by noonaaanathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang