Chapter 33: Bertemu di Cafe.
•
•
•
•
•
Sudut pandang Khallea.
Aku merasa membaik, setidaknya akhir-akhir ini. Semenjak Nyonya baru memimpin kediaman Algeev serta kawasan disana. Bukan tanpa alasan, aku hanya tidak menyukai pemimpin sebelumnya. Siapa lagi selain paman dan bibi dari Tuan Marquis Ruppert?
Mereka hanya membuat situasi lebih memburuk, aku bahkan tidak sudi jika diminta kembali untuk melayani mereka. Untungnya, Nyonya baru kali ini lebih baik dibanding yang sebelumnya. Ia benar-benar bertindak layaknya pemimpin, mengorganisir segala sesuatu dengan baik dan tidak begitu kesal ketika aku membuat kesalahan.
Nyonya yang dulu selalu saja membuat kericuhan sekecil apapun kesalahan yang kuperbuat. Namun, berbeda dengan Nyonya Mintiora Algeev. Berada di bawah kepemimpinannya merupakan salah satu hal ternyaman yang pernah ku alami..
Perbincanganku dengan Nyonya tidak selalu panjang. Karena aku hanya mengiyakan nya, bisa dibilang aku agak buruk dalam mencari topik. Nyonya Mintiora bahkan tak mempermasalahkan hal itu.
Di suatu hari, ia memintaku untuk meneliti tentang pasar gelap Oscuro. Kalau disebut pasar sepertinya itu agak terlalu tidak cocok. Lebih ke tempat para konglomerat menghambur-hamburkan uangnya. Bukan tanpa alasan, hati nurani mereka memang sudah mati sejak awal.
Aku ingin mendapatkan informasi yang ku inginkan, karena itu aku mencari-cari dimana aku bisa mengenal orang untuk mendapatkan hal yang ku inginkan.
Suatu waktu, aku sedang berjalan untuk kembali ke kediaman Algeev. Namun, aku merasa terlalu lelah setelah keliling untuk berbelanja. Akhirnya, aku memutuskan untuk beristirahat di sebuah cafe.
Hari yang damai, pikirku. Setidaknya sebelum secara tiba-tiba seseorang datang dengan kericuhan. Aku sedang mengantri, antriannya memang agak menyebalkan. Namun, ini merupakan cafe paling tenang di wilayah ini.
Herannya, hanya sesaat giliranku tiba. Seseorang pria tiba-tiba memasuki cafe dan menyelip tepat di depanku. Aku mengerutkan dahi karena kesal, ingin sekali pria ini ku bentak.
Khallea: "Uhuk, maaf Tuan. Tapi, ini giliran saya dan anda tidak memiliki hak untuk menyalip."
Aku menekankan setiap nada bicaraku, setidaknya agar dia bisa mengerti. Namun, Pria itu justru tidak bereaksi apa-apa. Malah, ia membentuk senyuman yang dimaksudkan untuk mengejek.
Khallea: "Tuan, apa kau dengar?!"
Aku sedikit berteriak. Sementara beberapa pelanggan merasa tak nyaman dengan keributan yang disebabkan pria di hadapanku ini. Sang resepsionis mencoba mendamaikan situasi.
Resepsionis: "Nona, Tenanglah. Tuan, ini adalah giliran nona tersebut. Anda tidak bisa-"
Sang resepsionis pun belum mengucapkan kalimat nya sampai selesai, Pria tersebut malah memberikan sekantung uang koin yang kemungkinan berisi 500 sampai 700 Rovens.
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape the Destiny || by noonaaanatha
Historical Fiction"Jika kamu gagal, maka kamu akan mati." Ujar kucing hitam misterius yang berada tepat di depannya. Ivory mengira ia akan pergi ke akhirat setelah mengalami kematian. Namun, ternyata ia justru diberikan misi untuk mengubah sejarah yang sudah terjadi...