Chapter 27: Surat.
•
•
•
•
Sudut pandang Neva.
Krit.. Kritt...
Dasar dari pintu lemari tersebut sedikit bergesekan dengan lantai, membuat suara yang bahkan tak enak sama sekali untuk didengar.
Setelah pintu lemari tersebut berhasil terbuka sepenuhnya, aku melepaskan genggamanku dari gagang pintu lemari. Kedua lenganku menggeser kumpulan gaun-gaun yang kupunyai tepat tergantung di lemari.
Setelah itu, terlihat sepasang sepatu berhak rendah yang sangat nyaman jika digunakan. Desain yang tidak pasaran dan elegan. Sekali lagi, apakah aku benar-benar pantas memakainya?
Tatapan mataku yang sendu ini tepat menuju ke arah sepatu tersebut, pemberian dari Tuan Marquis. Akibat insiden terlukanya kakiku, Tuan Marquis memberikanku sepatu berhak rendah agar aku nyaman memakainya.
Sudah kodratnya perempuan untuk memakai sepatu berhak tinggi. Jika memakai sepatu berhak rendah, kedua orang tuaku pasti akan sangat marah kepadaku.
Mereka tidak akan segan-segan untuk membakar sepatu yang indah ini. Oleh karena itu, aku tidak mau menggunakannya. Meski harus berbohong kepada Tuan Marquis, aku tidak ingin sepatu mahal yang dia berikan justru rusak akibat amarah dari kedua orang tuaku yang tidak lain dan tidak bukan adalah Count dan Countess FrostGrevs.
Aku memang sedari awal harus menuruti semua keinginan mereka, agar aku menjadi gadis normal pada umumnya. Aku tak ingin kejadian kelam yang sangat kutakuti itu kembali terulang.
Sudah cukup memandang keindahan sepatu tersebut, aku meletakkannya kembali di sudut lemari. Kedua orang tuaku tak akan dapat menemukannya.
Beberapa pertanyaan menembus masuk ke dalam pikiranku. Aku mengerti bahwa Tuan Marquis memiliki hak untuk kesal jika aku tak menggunakan pemberiannya, dia akan merasa tak dihargai.
Namun, aku lebih sedih lagi jika pemberiannya dirusak oleh kedua orang tuaku.
Mengingat Tuan Marquis, sontak jari jemariku menyentuh bagian bawah bibirku secara lembut. Daun telingaku mulai memerah kembali. Ya, mengapa Tuan Marquis memberikan ciuman seperti itu kepadaku?
Kami hanya teman, setidaknya begitu. Apa mungkin tradisi keluarga Tuan Marquis Devereaux memang seperti itu? walau hanya teman tetapi dapat berciuman? ya, setidaknya bukan sebuah adegan yang lebih dari itu.
Tak mungkin seorang Tuan Marquis memiliki perasaan yang indah untukku. Ini hal konyol baginya. Dia yang terkenal kejam itu? memiliki perasaan kepadaku?
Kemungkinan dia akan tertawa lepas jika aku menanyakan perihal ini kepadanya. Ya, kami memang tidak lebih dari teman.
Pintu lemari kututup dengan rapat-rapat. Aku menoleh ke beberapa arah, dimana kunci lemari yang sejak tadi kutaruh di meja rias?
Terlihatlah, meja rias dengan cermin yang sangat besar berdiri di sampingnya. Meja itu penuh, tentu saja karena aku memiliki banyak sekali peralatan kosmetik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape the Destiny || by noonaaanatha
Historical Fiction"Jika kamu gagal, maka kamu akan mati." Ujar kucing hitam misterius yang berada tepat di depannya. Ivory mengira ia akan pergi ke akhirat setelah mengalami kematian. Namun, ternyata ia justru diberikan misi untuk mengubah sejarah yang sudah terjadi...