Sepulang sekolah dengan menumpang dimotor sahabatnya, Geon. Satya langsung pulang kerumah sebab hatinya merasa tak tenang sebab Jayden tak kunjung mengangkat telepon.
Tanpa mengucapkan terimakasih Satya melesat masuk kedalam rumah meninggalkan Geon yang masih terpaku dengan tangan diudara menerima helm dari Satya.
"Sialan punya sahabat kok gak punya sopan-sopannya. WOI TERIMAKASIH KEK APA, SATYAAA!!"
Satya yang mendengar hanya mengangkat tangan kanan memberikan isyarat sebagai tanda terimakasih, Geon hanya bisa menghela nafas lelah lalu mulai menjalankan motornya meninggalkan komplek perumahan elite tempat Satya tinggal.
Setelah masuk kedalam rumah Satya langsung pergi menuju kamar Jayden, namun langkahnya harus terhenti saat melihat Jayden meringkuk dilantai ruang keluarga sembari mencengkram dadanya.
"KAK JAY!!" Panik Satya langsung berlari menghampiri Jayden membantunya untuk berada diposisi lebih tinggi dan memberikan dadanya sebagai sandaran.
"Kak Jay, tenang. Dimana obat kaka?" Tanya Satya semakin panik saat melihat Jayden kini terbatuk hebat.
Jayden menggeleng sembari terus meremat letak rasa sakitnya,"uhukk shh sakit"
Satya semakin panik, dia paling tidak tahu harus berbuat apa kalo melihat Jayden kambuh didepan matanya. Otak bodohnya otomatis tidak bisa memikirkan apapun.
Ditengah kepanikan Satya menghadapi Jayden yang kambuh suara tangisan Riki dari kamar Jayden mengalihkan fokus Satya. Disaat seperti ini dimana semua orang? Dimana tante Mira yang katanya akan menjaga anak-anak Hilmi?
"Kaka, sebentar ya. Satya ambil obatnya dulu dikamar" Satya kembali merebahkan Jayden dilantai mengambil obat dikamar dengan cepat.
Sesampai dikamar Satya langsung mengambil obat sang kaka diatas nakas lalu menghampiri Riki dan menggendongnya cepat.
"Hikss kak Satya" Riki menangis didalam gendongan Satya.
"Syutt, bentar ya kak Satya harus urus kak Jay dulu, tenang ya" Satya mengelus punggung Riki lalu berlari keluar kamar menghampiri Jayden yang masih meringkuk dilantai.
Satya menurunkan Riki dari gendongan, kembali fokus mengurus Jayden yang kesakitan. Satya mengeluarkan satu butir dan membantu Jayden meminumnya.
Riki yang tadi menangis sebab mimpi buruk langsung menghentikan tangisnya melihat sang kaka yang kini kesakitan.
Jayden sendiri hanya bisa menyandarkan tubuh lemasnya pada Satya, setiap kali batuk rasanya sesuatu dari tenggorakan memaksa untuk keluar.
"Uhukk Satya uhukk adek" semakin Jayden berbicara sesuatu dari tenggorakan semakin memaksa untuk keluar.
Jayden membekap mulutnya sendiri saat cairan kental berwarna merah kini lolos dari mulutnya.
"Kak Jay dalah itu dalah" heboh Riki saat melihat noda darah ditangan Jayden.
Satya membulatkan mata melihat untuk pertama kali dengan mata kepalanya sendiri bagaimana noda darah itu kini mengotori tangan Jayden, rasa panik juga khawatirnya kini bertambah berkali-kali lipat.
"Kak Jay ayo kita kerumah sakit"
Jayden menggeleng pelan,"Gak usah uhukk...
"Tapi kaka-
"Bantu kaka ke kamar, ya. Kaka gak mau kerumah sakit" mohon Jayden lirih, ia sama sekali tidak memiliki tenaga untuk sekedar berdiri dan Jayden juga tidak mau pergi kerumah sakit, dia takut sendiri.
Satya ingin menolak dan memaksa Jayden untuk kerumah sakit tapi melihat bagaimana Jayden memohon ia dilanda kebingungan.
"Kak Satya tisu" Riki tiba-tiba datang membuyarkan kebingungan Satya menyerahkan sekotak tisu yang ia ambil dari meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Precious Family || Enhypen
Historia CortaSeandainya waktu dapat kembali diputar, Hilmi tidak ingin kehilangan siapapun. Seandainya Hilmi bisa membagi kasih sayang sama rata pada putra-putranya, ia tidak akan pernah hidup dalam penyesalan. Hilmi mungkin bisa merelakan wanita yang sangat ia...