Part 5

53 10 0
                                    

Mata yang terpejam perlahan terbuka, rasa pening seketika terasa pada kepala. Mendudukkan diri dengan memegang kepalanya menggunakan tangan kiri, matanya kembali memejam menahan pusing.

Beberapa saat rasa pening berkurang dan menatap sekitar, tempat asing yang belum pernah di kunjungi. Tidak ada siapapun di kamar ini, menapakkan kaki ke lantai dan mengambil sepatu di sebelah nakas.

Berjalan keluar kamar untuk pergi dari tempat asing ini, di luar terlihat ada sofa dan lukisan yang terpajang. Mendekati ruangan itu terlihat ruang tamu yang menyatu dengan dapur, terlihat ada makanan di atas meja.

Berjalan gontai kearah pintu lain yang ada, yakin pintu itu jalan keluar. Saat akan membuka pintu tangan seseorang menyentuh tangan kanan Saka yang memegang pintu.

"Kau mau pergi kemana?" Arfie berdiri di belakangnya dengan ekspresi menyeramkan namun karena posisi tubuh Saka yang terhimpit tubuh besar Arfie tidak bisa berbalik menatapnya.

"Aku mau pulang".

"Kau mau pergi meninggalkan ku?" Wajahnya mengeras.

"Tidak, aku tadi tidak melihat mu, ku pikir aku di culik orang".

"Pfft, hahahaha!" Arfie tertawa keras membuat jarak di antara keduanya sehingga Saka bisa melihat orang yang tertawa.

"Kenapa kau tertawa?"

"Karena kau menggemaskan, tadi aku pergi ke ruangan lain untuk mengambil handuk, aku sudah menyiapkan pakaian untuk mu. Pergilah mandi lebih dulu" Arfie menarik tangan Saka kembali ke kamar.

Terlihat di atas kasur pakaian tertata rapi "Mandilah dulu dan aku akan menunggu mu di meja makan."

"Terima kasih" Arfie pergi keluar.

Saat melepas pakaian Saka sangat terkejut melihat keadaan tubuhnya, kulit putih pucatnya bercorak bintik-bintik seperti strawberry. Leher dan dada terdapat bekas gigitan merah.

"Kenapa tubuh ku bisa seperti ini?. Apakah semalam aku di gigit nyamuk raksasa?".

Menyentuh bekas gigitan di leher "Apakah nyamuk bisa menggigit seperti ini? Seingat ku aku tidak memakai kalung kemarin, kalung apa ini?".

Mencoba melepas kalungnya "Kenapa kalung ini tidak bisa lepas?. Sebaiknya aku bertanya Arfie setelah mandi".

Menatap diri sendiri pada cermin di depannya dengan mengerutkan kening terganggu, pakaian yang di siapkan Arfie membuatnya tak nyaman. Satu kemeja berukuran besar dan celana dalam.

"Eum, aku malu memakai ini. Sebaiknya aku meminta pakaian lain ke Arfie".

Kepalanya menyembul dari balik tembok menatap Alfi yang entah sedang apa "Arfie" panggilnya pelan.

Arfie menatap Saka bersembunyi di balik tembok "Kenapa kau berdiri di sana?, kemari dan cepat makan".

Saka berjalan menuju Arfie, mata Arfie memperhatikan dengan intens. Saka terlihat sangat seksi dan menggemaskan di saat bersamaan.

"Arfie, bisakah aku meminta pakaian lain?. Aku malu memakai ini" pipinya bersemu merah.

Arfie berdiri di depan Saka dan mengangkatnya, tangannya menahan pantat sintal Saka, Arfie mendongak untuk melihat ekspresi malu-malu yang menggemaskan ini.

"Kau sangat cantik memakai ini".

"Benarkah?".

"Tentu saja, ayo kita makan sekarang".

Keduanya duduk berhadapan menatap sajian di atas meja "Apa kau yang menyiapkan ini sendiri?".

Mengangguk "Tentu aku orangnya, memangnya siapa lagi?".

Diary BookWhere stories live. Discover now