Part 10

52 9 0
                                    

Suasana yang tenang dan khidmat berubah ramai, bising topik yang bertabrakan membuat kondisi agak kacau. Sekelompok orang yang berposisi di pojok aula memperhatikan kericuhan.

Kondisi yang terlihat tegang nampak jelas di wajah orang-orang membuat tanda tanya besar apa yang sedang terjadi sekarang? Suara ketua Unity yang berdiri di atas panggung meminta perhatian semua orang.

"Semuanya tolong jangan panik, orang yang menjadi korban tidak memiliki sangkut paut apapun dengan sekolah kita. Saat pulang nanti saya harap kalian semua pulang dengan jemputan dari keluarga masing-masing atau bila tidak pulang bersama dengan teman dan jangan kemana-mana sendirian selama pesta berlangsung."

"Wah... Sebagai ketua dia cukup bijak menenangkan keadaan yang sedang ricuh." Renzie memuji

"Sebenarnya apa yang sedang terjadi?" Wajah manis Juli terlihat gelisah.

Anta mengangkat tubuh kecil Juli dengan tangan kanannya, Juli duduk di lengan Anta sehingga jarak wajah mereka begitu dekat.

"Jangan khawatir ada aku di sini, sepulangnya nanti pulanglah bersama ku."

"Aku merasa selalu aman saat bersama Anta."

"... Kasus ini telah di tangani pihak berwajib jadi kita semua bisa tenang dan melanjutkan acara dengan nyaman." Zedd turun dari atas panggung dan acara kembali di bimbing oleh MC.

Acara selanjutnya adalah tarian budaya yang terkenal di Yannan, tarian kebanggaan yang menunjukkan kesederhaan dan kemewahan. Keelokan gerakan sentuhan yang lembut dan penuh perhatian dalam setiap gerakan.

Iringan musik yang kalem dan kibasan pada selendang yang melingkari tubuh penari yang begitu ramping, wajah cantik para sang penari membuat semua orang begitu terpukau.

Keadaan kembali tenang seperti sebelumnya dan acara di lanjutkan tanpa ke khawatiran. Raut wajah pucat pasi yang menunduk menampakkan kepanikan dan debaran jantung yang cepat membuat keringat dingin membasahi kain pakaian yang di pakai.

"Korban di gang dekat Dennan? Bukankah seharusnya ini bisa di hindari? Sedari tadi Arfie terus saja bersama ku dan kami memakan makanan enak bersama. Bagaimana bisa?"

Semua orang yang tengah menikmati indahnya tarian yang di tampilkan tidak membuat lelaki manis dengan surai perak ini terpukau, berkelana dengan pikirannya sendiri tanpa memperhatikan sekitar.

"Apa di kehidupan ini tidak bisa menghindari kematian? Lalu bagaimana dengan diri ku? Apa aku akan berakhir dengan mati mengenaskan seperti saat itu? Tapi itu terlalu... Aku aku tidak mau merasakan itu lagi, itu terlalu menyakitkan."

"Sasa apa kau baik-baik saja? Kau terlihat pucat." Arfie memperhatikan dengan penuh khawatir.

"Apakah jalan kehidupan bisa berubah tapi tidak dengan akhir kematian?"

"Aku menahan kencing dari tadi, aku akan pergi buang air kecil dulu." Saka membuat alasan.

"Kau tidak boleh menahannya, cepat pergi ke toilet."

"Iya, kalau begitu aku pergi dulu."

Langkah kaki membawanya ke toilet, berada sepanjang jalan hanya berpikir kemungkinan apa yang terjadi, membuat detak jantungnya berpacu lebih cepat karena pikiran yang berlarian kemana-mana.

Pusing mulai di rasakan dengan banyak pertanyaan dan masa depan, tubuh dan perasaannya merasa tidak enak. Wajah manisnya menunjukkan ekspresi gelisah dan tak nyaman yang sangat kentara.

"Saka."

Mendongakkan wajahnya menatap lelaki berambut hitam di depannya, Nio menatap Saka dengan penuh perhatian dan berjalan mendekat.

Diary BookWhere stories live. Discover now