Kepulan asap hitam menguar ke udara membuat orang-orang yang ada di sekitar menyaksikan dan menelepon pemadam kebakaran. Tak sedikit orang yang melihat kejadian khawatir karena sekarang masih jam sekolah.
"Astaga bukankah itu Dennir Seunan? Inikan masih jam sekolah." Seorang wanita paruh baya berkata dengan raut wajah khawatir.
"Bagaimana ini bisa terjadi?" Seorang pria berjas beruban bersimpati.
"Tuhan, tolong selamatkan anak-anak di sana."
Gedung yang berukuran sangat besar terlahap jagoan merah, api terlihat berkobar dari balik jendela maupun kaca. Di halaman sekolah para murid menyaksikan dengan syok tak percaya bahkan para siswi yang ketakutan menangis melihat sekolahnya terbakar.
Seragam yang mereka pakai sebagian kecil bersih karena berada di luar gedung dan sebagian besar seragam menghitam bahkan kotor. Para guru yang ada terlihat panik serta gelisah.
"Para guru wali kelas di mohon untuk memastikan semua siswa-siswi selamat! Jika ada yang tidak di sini segera cari!" Teriak Yezkie pembina olahraga renang memberi instruksi dan di balas anggukan oleh guru lain.
Sementara itu ruangan yang masih terkepul asap terdapat dua orang di dalam laboratorium. Pintu keluar terhalang oleh material yang terbakar.
"Jika seperti ini kami tidak bisa keluar. Mau tidak mau harus nekat." Keringat dingin mulai membasahi dahi.
"Saka, mau tidak mau kita harus nekat keluar. Basahi pakaian kita terlebih dahulu!" Saka mengangguk dan membasahi pakaian mereka dengan wastafel terdekat.
Pakaian yang basah kuyup memberikan rasa dingin dalam ruangan yang begitu panas "Ayo kita melompat." Taki mengulurkan tangan, Saka menggenggam erat tangan Taki.
"1 2 sekarang!" Mereka melompat dan berhasil keluar.
Di luar tidak berbeda, justru kepulan asap lebih tebal dan api berada di manapun.
"Ini lebih sulit, harus segera keluar dari sini tapi bagaimana kita bisa keluar?" Taki melihat semua tempat yang di rasa bisa menjadi jalan keluar.
"Taki di sana!" Tunjuk Saka pada salah satu lorong.
Tanpa ragu Taki menarik tangan Saka dan berlari, terdengar suara rintihan lemah meminta pertolongan. "Tunggu! Sepertinya tidak hanya kita di sini." Larian mereka terhenti dan hening terdengar, memastikan benar tidaknya ada orang lain.
"Tolong..." Siswi yang merintih pelan terkulai lemas di lantai, Saka dan Taki datang menghampiri.
"Bertahanlah." Taki menggendongnya dan berlari lagi untuk keluar.
Atap yang rapuh terlalap api jatuh hampir mengenai mereka yang berusaha menyelamatkan diri, untungnya mereka berhasil menghindar tepat waktu.
Tidak bisa membayangkan atap itu mengenai mereka "Tidak ada waktu lagi, kami harus segera keluar sebelum gedung roboh." Wajah Taki serius dan agak kotor sebab arang.
"Di sana! Sedikit lagi!" Taki memejamkan mata dan mencoba menguatkan diri, di luar ia terjatuh membuat siswi di gendongannya menimpa tubuhnya.
Yezkie datang menghampiri "Kau baik-baik saja?!" Segera mengangkat siswi yang menimpa tubuh Taki.
"Syukurlah kami keluar dengan selamat."
Taki mendudukkan diri dengan nafas terengah-engah "Saya baik-baik saja."
"Hei anak Ajen! Apa kau tahu di mana adik ku?" Tanya Denka khawatir.
"Adik mu?"
"Saka Swastor Ferrance."
YOU ARE READING
Diary Book
Teen FictionKapan kau akan melihat kearah ku?, apakah aku seperti benda mati di mata mu?, tidak bisakah aku mendapatkan cinta mu?. Sedikit saja, ku mohon cintailah aku. -----------------------16 April 2038--------------------- Pada malam sebelum upacara pernika...