Part 15

29 6 0
                                    

Kondisi lorong yang ramai di penuhi lautan manusia yang berjalan, duduk, maupun berdiri. Semua orang sibuk dengan urusan masing-masing, seperti seorang lelaki berambut merah yang sedang di kerumuni para siswi.

Terlihat bingung, risih, dan tidak nyaman tapi masih berusaha menerima tanpa mengusir mereka. Pekikan kagum di andaikan pekikan suara burung di dunia khayalannya untuk mengurangi rasa tidak suka.

"Kak Denka, persiapan apa yang akan Kakak lakukan di kompetisi renang?" Tanya seorang gadis berambut pendek sebahu.

"Aku berlatih berenang biasanya malam hari dan pagi-pagi sekali."

"Kak Denka, apa Kakak yakin akan menang?" Semua orang menatap gadis yang mengikat rambutnya menjadi dua, sementara dirinya hanya bingung kenapa semua orang menatapnya begini.

"Aku akan menang, aku pasti akan menang untuk adik ku."

"Aku pasti akan menang, untuk diri mu aku akan berusaha sekeras mungkin." (Di tujukan untuk Saka).

"Kyaaaa!!! Aku tahu Kakak pria jantan!"

"Kak Denka pasti menang, aku akan selalu mendukung Kakak!"

Senyuman di bibir ranum yang manis ini terlihat senang, menatap lelaki berambut seperti bara api di kerumuni siswi yang menjadi pengagumnya. Melihatnya dari lantai 2 tanpa di sadari oleh orang yang di lihat.

Denka adalah tipe orang yang memikirkan diri sendiri menurut pendapat orang lain, bahkan salah satu teman sekelasnya pernah memberitahu Saka jika Denka tergila-gila padanya.

Pada saat itu maupun saat ini Saka tahu betul betapa besar rasa sayang Denka padanya, Kakak ketiga yang melakukan apapun untuknya. Denka memiliki wajah yang lumayan tampan bahkan tidak sedikit siswi maupun siswa yang menjadikannya idola.

Karena Denka yang cuek dan mudah terganggu jika bukan bersangkutan dengan Saka membuat para pengagumnya menunggu momen di mana Saka di situ Denka seperti sekarang ini.

Pukulan pada punggung yang lumayan keras mengagetkannya "Aku mencari mu kemana-mana tahu." Lion merangkul leher Saka.

"Ugh, bisakah lain kali tidak mengejutkan dan memukul ku?" Punggungnya nyut-nyutan.

"Sepulang sekolah nanti pergilah ke gedung olahraga renang, kita akan mempersiapkannya dari sekarang." Mengabaikan pertanyaan Saka

"Tapi aku hanya menjadi pengawas sajakan? Kenapa aku seperti menjadi panitianya juga?"

"Pengawas itu juga panitia, ayolah bantulah kami." (Di paksa Lica mengajak Saka mempersiapkan gedung untuk kompetisi renang).

"Dasar rubah licik."

"Baiklah, aku akan membantu."

"Kau memang yang terbaik! Terima kasih. Kapan-kapan aku janji akan mentraktir mu!" Memeluk Saka tiba-tiba.

"Jangan memeluk ku!" Memberontak

"Sasa." Arfie menghampiri dengan ekspresi dingin dan tatapannya tajam.

"Bukankah dia Garfield Jorell Zacharias yang kemarin berdebat dengan Kelline? Kenapa dia datang dengan wajah mengerikan?" Berbisik di dekat telinga Saka.

Menyikut ulu hati Lion keras hingga membuat jarak di antara mereka, Lion memegang perutnya dengan merintih "Arfie, ada keperluan apa kau kemari?"

"Apa kau sibuk?" Arfie terlihat tersenyum manis di depannya.

"Tidak, aku sama sekali tidak sibuk."

"Apa kau mau pergi ke klub?"

"Baiklah, mari kita pergi."

Diary BookWhere stories live. Discover now