Suara detakan jarum jam mengisi kekosongan ruang yang hampa, lelaki imut yang tertidur pulas mulai terbangun. Matanya menatap sekitar tempat asing yang tidak di ketahui.
Mendudukkan diri dan tubuhnya gemetar sebab rasa sakit dan nyeri seperti menyengat sampai dada.
"Ugh, punggung dan pantat ku sakit." Usapnya pelan pada pinggulnya.
"Hah!? Tunggu, apa yang terjadi pada ku? Pantat ku sakit? Kenapa?"
"Aackk!!"
Saat berdiri kakinya gemetar hebat dan langsung terjatuh, rasa sakit di pantatnya jauh lebih sakit sekarang.
"Ka-kaki ku lemas... Sakit." Matanya berkaca-kaca sebab memang sangat menyakitinya.
"Sasa?" Arfie masuk dengan membawa makanan.
Suara yang terdengar familiar dan aneh mengingatkannya tentang 'sesuatu?' penyebab rasa sakitnya sekarang. Matanya membulat dan tangannya terkepal menunjukkan betapa marahnya sekarang.
"Kau memperkosa ku bajingan!!" Umpatnya berderai air mata.
Arfie dengan tenang meletakkan makanan di meja dekat kasur dan mendekati Saka. Saat akan membantunya duduk di kasur Saka menepis tangannya.
"Jangan menyentuh ku! Kau pemerkosa sialan." Tatapnya nyalang penuh amarah.
Arfie menghela nafas "Lalu? Semuanya sudah terjadi saat kau bahkan tak bisa membela diri."
"Apa yang sudah ku lakukan sampai kau melakukan ini pada ku!?" Suaranya yang serak ia paksakan berteriak hingga terbatuk-batuk.
Arfie menuangkan segelas air putih untuk Saka tapi ia menolaknya bahkan menepis gelas hingga pecah berceceran di lantai "Kau memasukkan sesuatu ke dalam minuman ku."
Arfie terdiam sejenak dan mencengkram dagu Saka hingga membuatnya menatapnya "Aku sudah berbaik hati selama ini. Jujur saja ini aneh, kalau ku ingat ini seperti bukan diri ku, sepertinya aku benar-benar jadi gila."
"Kau memang sudah gila." Rahangnya juga ikutan sakit sekarang, cengkraman Arfie bukan main sangat kuat.
"Harusnya sedari dulu aku memang melakukan ini tanpa repot-repot bersabar. Menggunakan cara baik ataupun kasar aku tetap bisa menggunakan mu, sekarang jadilah pacar ku."
Saka mengerutkan keningnya, bolehkah sekarang meninju wajah Arfie? Orang di depannya sungguh orang gila. Arfie berlagak tidak takut dan merasa bersalah, meski cengkramannya kuat tapi tangannya gemetaran.
Wajahnya memang tenang tapi matanya terlihat takut dengan cara di sembunyikan. Apakah benar semalam memang kesalahan atau kesengajaan? Kalau kesalahan tidak mungkin Arfie memberikan sesuatu ke dalam minumannya dan jika kesengajaan kenapa Arfie ketakutan sekarang?.
Saka memejamkan mata "Apa yang kau takutkan?"
Arfie tersentak dan menutupinya dengan senyuman kikuk "Aku? Aku tidak takut. Kau pernah dengar rumor tentang ku yang burukkan? Dari klub, bar, pembunuhan-"
"Ya aku tahu, lalu?"
"Bahkan aku yang membunuh tunangan ku." Tatapan Arfie aneh dia terlihat menyesal dan takut hingga mengalihkan pandangannya.
"Ya? Aku tahu itu, kau bercerai dengan istri mu di masa depan karena ini juga namun sekarang masih jadi rahasia."
"Lalu?" Arfie membolakan matanya bingung "Kau memang orang keji dan jahat. Kau sangat tidak tahu malu."
"Ya, itulah aku." Senyum getir terlihat di wajahnya.
Saka menghela nafas "Apa kau mencoba bertanggungjawab dengan menjadikan ku kekasih mu?"
YOU ARE READING
Diary Book
Teen FictionKapan kau akan melihat kearah ku?, apakah aku seperti benda mati di mata mu?, tidak bisakah aku mendapatkan cinta mu?. Sedikit saja, ku mohon cintailah aku. -----------------------16 April 2038--------------------- Pada malam sebelum upacara pernika...