Part 13

35 7 0
                                    

Suara bising samar-samar terdengar membangunkan insan yang tengah tertidur, mendudukkan diri mengumpulkan kesadaran. Karena mendengar suara teriakan yang tidak asing refleks membuat kakinya berlari menuju pintu.

Debaran jantung berdetak cepat, matanya membulat melihat tubuh kecil yang rapuh sedang di cekik oleh pria bertubuh besar seperti Titan. Wajahnya tidak terlihat karena memakai topeng.

"Si-siapa... Pun, tolong..."

Tubuh yang tercekik mulai melemas hingga tidak sadar karena kehabisan oksigen, tembakan dari belakang menggores pipinya membuat topeng yang di pakai lepas.

"Menjauhlah darinya"

Teriakan yang familiar membuatnya menoleh ke belakang, surai hitam seperti arang berdiri menodongkan pistol kearahnya. Tahu betul siapa dia, orang yang selalu menemani sejak kecil hingga hubungannya merenggang karena cinta.

"Nio..."

Seperti penonton yang sedang menonton aksi di film secara langsung Saka melihat semua ini, ingatan masa lalu saat ada orang yang mencoba membunuhnya. Siapa lagi jika bukan Zedd yang mengirim orang ini, orang yang begitu ingin dirinya mati.

"Siapa yang mengirim mu?"

"Kau kira aku akan menjawabnya?"

"Tentu tidak, katakan pada Tuan mu jika dia tidak akan pernah bisa membunuh Saka."

"Pahlawannya? Ini akan menjadi sulit, aku juga harus membunuh mu."

Adu tembak terjadi namun anehnya meski pembunuh itu membawa pistol dia sama sekali tidak mencoba menembak kearah Saka yang terkulai tak berdaya.

"Benar juga, jika dia datang untuk mencoba membunuh ku harusnya dia sudah menembak mati sejak tadi."

Matanya terus menatap pertarungan senjata api oleh dua orang yang terlihat sangat sengit.

"Ataukah dia sama sekali tidak memiliki niatan untuk membunuh ku?"

Tangannya menjambak rambutnya dengan kedua tangan "Aku... Ada yang ku lupakan, benar, kenapa aku bisa tidak ingat? Sebenarnya kenapa?"

Tubuhnya merasa kedinginan, dingin yang begitu menusuk sampai ke tulang membuatnya menggigil.

"Dingin, perasaan ini lagi. Aku harus bertemu dengannya akhir pekan ini."

Pertama kali matanya terbuka adalah seseorang yang duduk di sebelahnya sembari memegang dengan tatapan penuh perhatian pada buku diary miliknya, sontak saja Saka yang baru terbangun dari tidurnya merebut paksa bukunya.

"Jangan di baca!" Teriaknya keras membuat semua orang menatapnya kaget.

"Se-sejak kapan kau bangun?" Arfie masih terkejut menatap Saka yang memeluk buku diary miliknya.

"Apa kau membaca buku diary ku?!" Memicingkan mata.

"Ah, tidak. Aku hanya melihat covernya saja karena ku pikir covernya sangat bagus, aku tidak mungkin berani membacanya karena itu privasi."

"Sungguh?" Masih tidak percaya.

"Sungguh! Aku sama sekali tidak membuka apalagi membacanya, kau bisa bertanya kepada yang lainnya." Mencoba meyakinkan.

"Benar, ketua sama sekali tidak membuka buku diary mu. Ketua hanya melihat covernya saja." Juli membela.

"Baiklah, aku akan percaya." Saka menyembunyikan bukunya di bawah bantal.

"Sasa, apa buku itu milik mu?"

"Tentu saja, mana mungkin aku menyimpan buku diary milik orang lain."

"Kenapa bisa ada noda darah?"

Diary BookWhere stories live. Discover now