Paru-paru yang kembang kempis terasa sangat menyesakkan seperti di remas-remas, nafasnya terasa pendek seperti kehabisan oksigen. Keringat mengucur membasahi pakaian, kulit wajahnya mengerut kentara akan kepanikan.
Tubuhnya gemetaran dan kaki yang berlari bersamanya mulai melemas tapi di paksakan untuk terus berlari seakan menghindari mati. Tubuhnya menabrak kotak yang tersusun dari kayu untuk memblokir jalan gang.
Beberapa orang berlari di belakangnya mengejar, kepanikan bertambah saat dari sisi kiri ada yang mengejarnya juga selain belakang. Bertambahnya orang membuatnya semakin panik dan ketakutan.
Arah depan dan kanan manusia berjejer menutup jalan, sorot matanya bergetar panik.
"Aku tidak pernah memiliki masalah dengan kalian tapi kenapa kalian semua mengejar ku?!" Sudut bibirnya yang robek dan berdarah berteriak lantang.
Mereka tak menjawab ataupun mendekat, hanya memblokir jalan untuk mengepungnya. Sepatu pantofel yang terbuat dari kulit terlihat begitu mahal dan berkilau tersorot cahaya lampu yang remang.
Pakaiannya sangat rapi dengan jas hitam yang memeluk tubuh besar, matanya terlihat sangat dingin dan tajam menatap pria yang terkepung panik dan ketakutan.
"Kau yang mengincar ku?! Apa yang sudah ku lakukan pada mu?!"
"Aku sama sekali tidak ingat pernah berurusan dengan mereka." Menggertakkan gigi
Pistol dari dalam saku celana di todongkan padanya membuatnya semakin ketakutan "Tu-tunggu..."
Dua suara tembakan terdengar dari sisi berlawanan, tubuh yang di targetkan terjatuh bersimbah darah. Dari balik tubuh yang tumbang berdiri seseorang yang memakai topi dan pakaian kasual.
Seringai tercetak dari sudut bibirnya dan tatapan remeh terlihat dari matanya yang dingin "Siapa ini?"
Melepas topi yang di pakai, surai hitam sedikit teracak sebab topi "Kau bergerak cepat."
"Tentu saja, mana bisa aku membiarkan orang yang menyentuh sosok yang ku cintai." Ucapnya dengan penuh percaya diri.
Tawa yang menggelegar terdengar, mungkin baginya sangat lucu hingga memegangi perutnya yang terasa ototnya tertarik karena tertawa.
"Kau bisa mencintainya tapi aku lebih tahu dari siapapun. Siapa yang lebih berharga di hidupnya."
Kepercayaan dirinya seperti sirna begitu saja dan orang bersurai merah muda itu menatapnya dengan tatapan kelam "Sasa hanya menganggap mu sahabat." Jari tengah dan telunjung menyentuh pelatuk pistol.
"Lalu apa kau pikir Saka menganggap mu orang yang berharga? Orang yang sangat berbahaya dan mencurigakan seperti mu. Orang asing."
Seperti air mendidih rasanya darah dalam tubuhnya meluap-luap dan hatinya terbakar, jika bukan sahabat orang yang di cintainya yaitu Saka sudah sejak lama Arfie menembak mati Nio.
Tapi jika melewati batas dan melakukannya Saka akan sedih dan membencinya, mengecapnya dengan sebutan pembunuh. Arfie tidak menginginkan hal itu, sejujurnya Arfie bukanlah tipe orang yang penyabar namun demi Saka ia berusaha melakukannya.
"Kau sungguh yakin hanya karena lebih dulu sebagai teman lama tapi kau lupa Sasa memberi garis tegas kalau kau hanya seorang teman saja."
Kini Nio yang tersinggung, Nio tahu lebih dari siapapun. Siapa dirinya di hidup Saka, hal itu juga yang membuatnya sering merasa frustasi. Saka hanya menganggapnya sahabat baik tidak lebih, Saka memang memperlakukannya lebih dekat tapi alasannya hanya karena menghargai.
"Jangan asal bicara." Wajah Nio terlihat marah dan kesal membuat Arfie tersenyum puas melihat reaksi ini.
"Kalau begitu mari kita buktikan, siapa yang akan di pilih Sasa. Kau atau aku."

YOU ARE READING
Diary Book
Teen FictionSaka Swastor Ferrance, anak lelaki bersurai perak yang sangat cantik seperti anak perempuan. Sayangnya jalan hidup yang di tempuh tidak seindah dirinya. Dia bisa saja cantik, tapi nasibnya terlalu malang. Sudah pernah merasakan mati dan hidup lagi...