Part 20

8 1 0
                                    

Suara dering ponsel mengganggu seorang wanita yang sedang berendam pada bak mandi bersama bunga-bunga yang wangi, pelayan yang di dekatnya mendekatkan ponsel padanya.

"Ada apa?" Tanyanya langsung dengan bersandar nyaman sembari menutup mata.

"Ibu, apa Ibu dalang di balik kebakaran Dennir Seunan?"

"Apa? Bukan Ibu tapi dalangnya adalah wali yang bersama mu saat itu."

"Apa?"

"Dia terlilit hutang dan dia di ceraikan suaminya karena selingkuh. Ibu mu yang baik hati ini membantunya dengan pamrih."

Taki terlihat frustasi "Ibu, apa Ibu tahu kalau Ibu membahayakan orang lain juga?"

"Apa sih yang kau khawatirkan? Berikan saja para keluarga korban uang, mereka akan tutup mulut."

"Ibu! Ini menyangkut nyawa orang lain. Aku tidak mempermasalahkan Ibu ingin menyingkirkan Kakak tapi jangan sampai orang lain ikut tersingkir."

"Cih, inilah kenapa kau selalu tertinggal dari bocah itu. Pengorbanan orang-orang itu akan jadi mulia karena mengabdikan nyawa pada mu, semuanya akan selesai kalau kau menjadi Raja. Jadi jangan sia-siakan nyawa mereka kau mengerti?"

"Apa nyawa seseorang sebanding dengan uang?" Tanya Taki semakin geram.

"Tentu saja sebanding kalau uangnya membuat mereka puas. Cukup, kau mengganggu waktu Ibu yang sedang berendam diamlah." Panggilan telepon di matikan sepihak oleh Ibunya.

"Bagaimana mungkin nyawa sebanding dengan uang? Ibu, kenapa kau tidak bertanya apakah aku terluka atau tidak? Padahal aku anak mu satu-satunya." Gemeratak gigi terdengar darinya.

"Hm... Sunyi sekali hidup ku ini. Saking sunyinya aku bisa mendengar bisikan setan." (Bosan sekali)

Saka hanya menekan-nekan tombol remot mengganti saluran televisi, hanya ada berita dan drama yang membosankan. Akhirnya memutuskan mematikannya dan diam termenung.

"Hampa sekali." Ucapnya dengan tatapan kosong "Tapi..."

"Ini nyaman sekali Tuhan! Aku bisa tiduran tanpa gangguan." (Kesenangan dan kebebasan 100% suka)

"KAKAK MALAIKAT!!" Gebrakan pada pintu membuat ku terkejut.

"KETUK PINTUNYA SEBELUM MASUK BODOH!"

"KAKAK MALAIKAT APA KAU BAIK-BAIK SAJA?!"

"APA KAU BUTA?! AKU SEHAT SEKARANG!"

"NGOMONG-NGOMONG KENAPA KITA BERTERIAK-TERIAK?!"

"KAU YANG BERTERIAK DULUAN!!"

"KALAU BEGINI KITA AKAN MENGGANGGU PASIEN LAIN!!"

"Apa kau bosan hidup bocah?" Seorang perawat wanita bertubuh kekar dan besar datang dengan marah.

"Hiii! Ka-kakak malaikat makhluk apa itu?" El memeluk Saka erat.

"Sstt! Ahaha maaf saya tidak akan mengulanginya lagi. Dia pindahan dari desa."

Menarik kerah baju El "Kalau kau mengulanginya lagi aku tidak akan membiarkan mu mendekati ku."

"Baik maaf." Mengalihkan pandangan takut.

"Eiyoo~ Saka apa kau masih hidup?" Lion datang dengan tabung oksigen?.

"Sayang sekali aku masih hidup dengan sehat."

"Saka, aku tidak tahu apa yang harus ku bawa jadi aku melunasi semua tagihan rumah sakit dan semua keperluan mu selama di sini." Lica terlihat rendah hati tapi di sisi lain juga agak sombong.

Diary BookWhere stories live. Discover now