Bab 10 Pertengkaran

69 10 0
                                    

Terdengar suara detik
monitor detak jantung
Adara melambat dan
garis lurus itu terlihat
berhenti. Seketika degup
jantungnya Nathan ketakutan.

Nathan memanggil dokter,
dia berteriak kencang memanggil
mereka karena kondisi Adara drop.
Tidak ada yang bisa berkehendak
kecuali doa tulus dari orang yang
ada disekitarnya.

Nathan berjalan mondar-mandir.
Kecemasan di wajahnya menandakan
keadaan hatinya saat ini sedang tidak
baik-baik saja.

Jendra dan Gio juga merasakan
hal yang sama. Raut khawatir dari
mereka berdua menunjukkan
ketakutan terbesarnya kalau
sewaktu-waktu batas waktu hidup
Adara telah selesai.

"Gue belum siap kehilangan Adara,"
ucap Nathan kembali meneteskan
air matanya yang belum sempat
mengering.

"Gue juga sama, Tan!" sambung
Jendra sembari mengusap-usap
punggung Nathan.

"Kita berdoa semoga ada keajaiban
dari Tuhan untuk Adara," ujar Gio.

Takut kehilangan perempuan yang
baru saja mengubah egonya. Takut
kembali mengulang rasa sakit yang
sama karena telah menyia-nyiakan
betapa tulusnya cinta seorang Adara
untuknya.

Terlihat dokter keluar dari ruangan
Adara. Mereka bicara soal kondisi
Adara yang semakin kritis dan
kemungkinan untuk hidup sangat
kecil.

Nathan pasrah dengan takdirnya.
Namun, ia tetap berdoa supaya
Adara sembuh. Nathan dengan
janjinya, bila Adara sembuh dia
akan memutuskan pilihannya.
Tidak ada yang bisa gantikan
posisi Adara, walaupun bayangan
Nadira selalu hadir.

"Tan, gue tanya sama Lo. Lo cinta
gak sama Adara, kalau Lo gak
memberi ruang perasaan untuk
Adara. Biar gue saja yang akan
mencintai dan menyayanginya,"
ucap Jendra jujur akan perasaannya.

"Lo cinta sama Adara, Jen. Gak
usah bercanda," kata Nathan yang
merasa kejujuran Jendra hanya
perasaan palsu untuk istrinya.

"Haha! Nathan, Lo bilang gue
bercanda. Justru, gue jujur sama
perasaan gue sendiri. Gue serius,
Tan!" balas Jendra sembari tertawa
konyol.

Sudah lama Jendra menyimpan
rasa cintanya pada Adara, namun
ia sadar disini posisinya sulit
karena harus bersaing dengan
Nathan.

Bugh

Bugh

Nathan meninju wajah Jendra
hingga mengeluarkan luka. Gio
melerainya. Pertikaian keduanya
tidak bisa di hentikan. Dua lelaki
itu memperebutkan satu wanita
yang sama.

"Stop, Nathan, Jendra udahlah.
Kenapa kalian berdua harus ribut
kayak gini?" lerai Gio memisahkan
mereka berdua.

"Gue gak bisa anggap Lo sebagai
sahabat lagi. Lo, penghianat. Arrghh!"
Nathan geram.

"Lo bilang gue penghianat, Tan.
Apa bedanya sama Lo yang lebih
dulu mengkhianati perasaan istri
Lo sendiri? Lo gak usah munafik,
Nathan!" Jendra tak kalah geram.

Persahabatan mereka berdua
hancur, karena mencintai Adara.
Nathan tidak ingin Jendra merusak
hidupnya. Nathan tidak akan tinggal
diam, jika lelaki yang pernah ia anggap
sahabat ternyata berani mengkhianatinya.

Jendra menceritakan semua rasa
sakitnya Adara pada Nathan. Apa
lelaki itu pantas disebut sebagai
seorang suami, sedangkan Nathan
tak pernah peduli, sekalipun peka
akan keinginan Adara. Cuma Jendra
yang selalu menjadi teman curhat
terbaiknya Adara di saat Nathan
selalu memikirkan Nadira.

Dari sejak itulah, Jendra menaruh
rasa empati dan effort tinggi untuk
gadis itu. Dialah, lelaki baik yang
selalu ada di samping Adara kala
hati dan jiwanya terluka akibat
perbuatan Nathan. Jendra juga
tidak bisa membohongi perasaannya,
kalau dia jatuh cinta pada Adara,
secara langsung dirinya jujur di
hadapan Nathan suaminya.

Pertengkarannya dengan Jendra
mengusik perasaannya yang samar.
Inikah hukuman untuk seorang
Nathan, karena benar apa yang
Jendra katakan, dia munafik bisa
mencintai dua wanita sekaligus
di hidupnya.

" Gue benci sama Lo , Jendra. Jendra
kenapa sih harus Lo yang jatuh cinta
sama Adara, istri gue?" batinnya.

Nathan merasa kelelahan karena
beban di pikirannya menguras
tenaganya. Semenjak pertengkaran
itu, dia tak pernah saling menyapa
dengan Jendra. Mereka berdua
saingan untuk memiliki Adara.

Nathan dan Jendra gantian saling
menjaga. Gio tidak bisa menyatukan
ikatan persahabatan keduanya. Dua
pria itu sama-sama egois tak mau
mengalah hanya demi mendapatkan
cinta dari Adara yang saat ini masih
belum sadar dari komanya. Sempat
alami drop tapi kembali stabil setelah
mendapat perawatan medis yang
lebih baik dari sebelumnya.

"Semoga setelah Adara bangun.
Lo bisa sadar kalau perempuan yang
ada di samping Lo itu berhak
bahagia tapi bukan sama Lo," sindir
Jendra seusai keluar menjenguk
Adara.

"Lo gak usah mimpi, Jendra. Adara
istri gue dan sampai kapanpun gue
gak akan pernah rela Lo memilikinya.
Ingat Jendra! Gue tetaplah yang jadi
pemenangnya," lawan Nathan sinis membalas sindiran Jendra.

"Mau sampai kapan Lo berdua
seperti ini terus. Kalian pikir dengan
cara kayak gitu Adara mau sama
Lo berdua. Gue kakaknya dan gue
juga yang akan tentukan siapa
lelaki yang pantas untuk Adara.
Paham Lo berdua!" Gio merasa
kesal akan sikap kedua sahabatnya
itu.

"Maksud kata-kata Lo apaan sih, Yo?"
tanya Nathan menatap wajah Gio
dengan dahi yang mengkerut.

"Lo emang tahu siapa lelaki yang
pantas buat Adara hah?!" tanya juga
Jendra.

Gio terkekeh melihat ekspresi
dua sahabatnya itu. Terdengar
suara Adara memanggil Nathan.
Gadis itu akhirnya siuman. Sungguh
keajaiban. Nathan segera masuk
dan menghampiri istrinya yang
menyebutkan namanya.

Perasaan haru menyelimuti
Nathan. Matanya kembali sembab
karena menangisi kesembuhan
Adara. Sebuah bentuk rasa syukur
pada Tuhan, semua doa yang
dia panjatkan dikabulkan sang
pemberi nyawa.

Nathan menggenggam erat tangan
putihnya. Wajah cantiknya masih
pucat, tetapi aura pesona Adara
tetap menawan.

"Makasih, kamu udah bertahan
dan berjuang. Maaf, aku belum
bisa menjagamu selama ini tapi
aku bersyukur karena kamu udah
kembali sama aku," ucap Nathan
sembari menangis terharu.

Uhuk

Uhuk

"Kamu gak perlu minta maaf.
Aku gapapa. Melihat kamu ada
disamping aku aja aku bahagia
kok!" lirih Adara dengan suara
serak dan terbatuk-batuk.

"Hey-Hey, ada yang sakit.
Aku panggil dulu dokter ya,"
ucap Nathan panik karena
Adara memuntahkan cairan
merah dari mulutnya.

Adara mengangguk dan Nathan
memanggil dokter. Adara merasa
nafasnya terasa sesak mungkin
efek kecelakaan itu paru-parunya
alami pembengkakan. Nathan
tidak tega, dia mendekapnya.

Adara tercengang, ketika Nathan
mendekapnya setelah selesai
diperiksa. Antara senang atau
ragu dirinya melihat perlakuan
Nathan berbeda.

Nathan mengecup puncak kepala
Adara yang tengah di dekapannya.
Adara ingin melepaskan pelukannya
namun Nathan semakin mempererat
pelukannya. Demi menebus semua
kesalahannya, dia tidak ingin biarkan
Adara pergi.

Nathan mengingat perkataan dokter
yang memeriksa kondisinya Adara.
Hidup Adara harus benar-benar
terjaga karena efeknya sangat
membahayakan kesehatannya
bila gadis itu tidak ada perlindungan.

Adara bisa hidup normal seperti
biasanya, tapi tidak dengan dua
hal yang dideritanya yaitu penyakit
asma kronisnya dan penyakit jantung bawaan yang dia miliki sejak lahir.

"Tan, Nathan, bisa gak sih kamu
gak usah kayak gini. Aku mau istirahat
dengan nyaman tanpa kamu ganggu,"
ucap Adara mengomelinya.

Cup

Adara membelalakkan matanya
terkejut karena Nathan tiba-tiba
saja membuatnya terdiam membeku
karena aksi gilanya.







Istri Antagonis Milik Ketos || [End] ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang