Tuafuluhdwa

942 139 23
                                    

Langit berubah menjadi gelap menandakan kalau hari sudah malam. Malam hari ini, tepatnya di kediaman megah Gin. Si rubah dan juga si biru sedang duduk berhadapan di meja makan, banyak sekali hidangan yang ada di atas meja, semua terlihat rapi dan juga lezat.

"Makan saja, ngga usah sungkan"

"Siapa yang sungkan" Mata Souta berbinar melihat makanan-makanan yang kelihatannya mahal. Emang.

"Iya, seharusnya saya ngga perlu bilang"

Souta dengan semangat mengambil satu persatu makanan yang menarik perhatiannya, seperti beef, pasta, ayam, beberapa makanan pencuci mulut, dll. Semuanya langsung di santap nikmat.

"Enak?"

"Eumm" Souta mengangkat jempol, mulutnya penuh dengan makanan.

"Pelan-pelan makannya" Gin join makan, oknum yang di ajak bicara tersenyum manis. Gin rasanya sesuap saja sudah cukup, melihat Souta yang lahap makan dan tersenyum seperti itu membuatnya kenyang.

Beberapa saat kemudian semua makanan yang di pilih Souta sudah masuk ke perutnya. Sekarang dia sedang kewalahan dengan perutnya sendiri.

"Kenyang" Souta bersandar di kursinya sembari memegangi perutnya. Yang di sebrang hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan.

"Anter Souta pulang" Emm ya bagus, dasar bokem ngga tau diri, habis makan pulang. Wk.

"Makanan baru saja masuk di tubuhmu, biarkan di cerna dulu" Balas Gin.

"Humm. Om sendirian di rumah besar kayak gini ngga takut?" Tanya Souta asal.

"Buat apa takut?" Gin berbalik tanya.

"Kali aja kan, kalau ada hantu" Souta bisik-bisik.

"Hantu yang takut saya"

"Ngga salah, soalnya Om triplek" Balas Souta enteng di selingi cengiran tanpa dosa. Gin menatap jengah.

"Kamu besok ngga bisa libur dulu?"

"Emang kenapa?" Souta penasaran.

"Gapapa cuma nanya"

"Ntar kalau ngga masuk kerja Souta dapet uang dari mana. Ntar nyicil mobil Om juga" Ucap Souta nyindir dikit.

"Hm, ya sudah"

"Om sih, empati dong. Orang kaya, mobilnya banyak, mobil keserempet dikit minta ganti rugi" Nyinyir Souta.

"Tanggung jawab" Ucap Gin gampang seraya melipat tangannya.

"Udah ah, ayo pulangin Souta, pasti acan ngeongngeong nih" Gin beranjak dari duduknya diikuti Souta.

"Ayo, barang-barang kamu jangan sampai lupa".

Mereka sudah berada di dalam mobil, mengendarai kendaraan itu menuju tempat Souta.

"Kamu udah gapapa?" Gin mencairkan suasana, sedaritadi hanya ada keheningan di antara mereka.

"Apanya?" Souta menoleh.

"Tadi siapa yang nang-

"Diam. Ngga usah di bahas" Souta menunduk antar malu dan tidak enak.

"Saya boleh tau kenapa?"

"Souta yang ngga mau cerita, ngga mau inget" Jawab Souta melihat kedepan.

"Kamu bikin saya penasaran" Souta melirik.

Terdengar helaan nafas berat dari Souta. "Banyak hal buruk dan berat yang menimpa Souta dulu, sampai Souta sendiri hampir kehilangan nyawa"

Gin diam memperhatikan, aslinya dia juga kaget akan apa yang dikatakan Souta barusan. "Souta tadi bukan kaget atau takut. Souta cuma ngga mau trauma Souta balik lagi"

Daddy Gin [Ginsou]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang