Tuzubeas

1.4K 190 15
                                    

Masih di tempat CEO. Banyak hal yang di bicarakan antara Gin dan Echi, dan Gin hanya menjawab seperlunya, telinganya lelah mendengar ocehan perempuan yang masih setia duduk di depannya. Sampai-sampai waktu terasa sangat cepat.

"Ya begitulah"

"Hmm" Gin sudah malas menanggapi.

"Giliran mu, ceritakan tentang anak itu" Kedua tangannya menopang dagu.

"Tidak sengaja mengenal, sudah begitu saja" Mata Gin fokus pada kertas di tangannya.

"-_-. Anda naksir dia kan" Tuduh Echi dengan senyum. Yang memang benar.

"Lalu?, kamu mau mengejek?"

"Kaget saja. Telpon dia dong"

"Buat apa"

"Pengen tau, pliss pliss telpon dia"

"Dia sibuk sekolah"

"Masih sekolah?!" Mata Echi mendelik. Mata Gin terangkat melihat Echi.

"Tapi emang masih kelihatan kecil si. Wow Sir"

"Apa?, kamu mau ngatain pedofil?"

"Eee, anda sendiri lho ya yang bilang" Echi bombastik sed es plus drop smile.

Gin merolling matanya jengah. "Gapapa Gin, kamu jatuhnya kayak Daddy" Gin tidak menanggapi kembali ke tumpukan kertas.

"Deketin dong masa diem-diem bae"

"Ngga ada pikiran sampai sana"

"Stupid. Ini momen langka, seorang Gin Gehenna CEO yang tidak tersentuh oleh siapapun akhirnya jatuh cinta" Tangannya merentang lalu di taruh di dadanya, dengan ekspresi yang mengemukakan. melebih-lebihkan sih -_-.

"Lebay. Lagipula aku payah dalam hal hubungan"

"Ya iyalah. Orang kamu pinternya cuma tumpukan berkas" Nada Echi menyindir.

"Kata-kata yang bagus" Gin mengangguk.

"Lakukan hal kecil terlebih dahulu"

"Maksudnya?" Gin memusatkan penglihatannya. Gin merasa ini layak di dengar.

"Mulai dari menanyakan kabar atau topik yang lain, biar bisa terus berkomunikasi" Gin serius memperhatikan.

"Katakan yang lainnya"

"Buat dia nyaman dengan diri mu lewat hal itu, lama-kelamaan dia akan luluh dengan sendirinya"

"Memangnya bisa?"

"Tentu saja, siapa yang tau hati orang. Hati itu sifatnya rapuh, semuanya mudah masuk"

"Kelihatan pengalamannya"

"Ya ya ya, kamu harus banyak belajar dengan ku"

"Tapi, mungkin aku ngga bisa"

"Pesimis sekali, kamu belum mencoba sialan. Mau dia di gandeng orang dulu?"

"Big No"

"Ya sudah, do it" kesel juga Echi. Gin menghela nafas tidak percaya diri.

"Trust me" Echi menunjuk ponsel Gin dengan dagunya yang berada di atas tumpukan berkas.

"Dia di sekolah"

Echi melihat jam yang ada di pergelangan nya. "Ini pukul 09.30, kemungkinan istirahat"

"Bagaimana memulainya" Tangan Gin sudah memegang ponselnya. Echi memijit pangkal hidungnya.

"Chat saja dulu, tanyakan sedang apa"

Daddy Gin [Ginsou]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang