"Again" Gin menekan tombol telpon.
Souta sekarang berada di parkiran sekolah, bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Souta hendak memakai helmnya, tetapi benda pipih di saku celananya yang bergetar juga bersuara Sukiyo~ menghentikan Souta. Souta merogoh saku celananya, mengambil ponselnya dan lagi, Souta mengerutkan keningnya. Nomor asing?.
"Siapa si" Souta menempelkan ponselnya ke telinga.
"Halo ini siapa?"
"..... " Tidak ada sahutan, yang di dengar malah kresek-kresek, patah-patah.
"Hah?" Cengo Souta.
"Siapa sih, penipu ya?!. Eh denger ya, saya ngga bodoh, anda ini kalau mau nyari uang tuh kerja bukan ngemis ke orang dengan ceplosan anda. Rawit noh makanin dower monyong lo!" Bacotan Souta panjang lebar, tangan satunya berkacak pinggang udah kayak emak-emak ngomel.
Pip. Souta langsung mematikan sambungannya.
"Ganggu aja, manusia-manusia gobloy" Kesel Souta.
Gin mendengus, bocah biru itu emang kurang ajar. "Bocah itu ngga waras" Gin meremat ponselnya.
"Bisa-bisanya. Punya telinga di jadiin pajangan" Gerutu Gin. Gin menghela nafas lelah, tubuhnya tersandar lelah di kursi kerjanya. Lelah menghadapi bocah SMA di atas noh.
Souta menjalankan motornya tapi tujuannya bukan ke rumah, melainkan ke taman sebentar, ada sesuatu yang harus Souta lakukan.
Singkat saja. Souta sudah berada di taman sekarang, mencari tempat untuk memarkirkan motornya lalu segera turun. Souta berjalan dengan membawa kresek ntah berisi apa di tangannya, netranya mengedar ke penjuru taman, sedikit kebawah. Senyum manisnya merekah saat menemukan target untuk di beri sesuatu yang ada di tangannya.
Souta menghampiri hewan lucu berbulu lembut dan berkaki empat yang masih berkerabat dengan harimau sedang duduk tenang di bawah pohon.
Souta berjongkok di depan hewan lucu itu. "Halo ucing" Souta mengelus tubuh lembut si kucing.
Oknum itu memang sangat menyukai kucing, terkadang Souta memberi makan kucing-kucing liar di taman atau mungkin yang dia temukan di jalan. Souta bahkan pernah menyempatkan berhenti dan turun dari kendaraannya hanya untuk memberi makan.
"Lucu sekali kamu, putih bersih. Kamu pasti bloon hehe" Souta mengelus gemas.
"Souta bawa makanan buat kamu" Ucap Souta sembari mengambil makanan kucing dari kresek yang di bawanya, lalu Souta membuka bungkus makanannya.
"Nih. Enak ya" Souta menuangkan makanan itu ke tangannya lalu di sodorkan dan langsung di hap habis si kucing.
"Ih gemes~" Luluh sama kucing doang ini bocah.
"Ayo coba sesuatu" Souta mengambil beberapa gelintir makanan kucing. Tangannya sedikit di tinggikan.
"Lompat mpus, meong" Souta mancing-mancing si kucing. Kucing itu melompat berusaha menggapai makanannya tapi jailnya Souta tangannya malah di tinggikan.
"Eits, jangan ya dek ya" Souta terkekeh lucu.
"Lagi lagi lagi lagi" Souta eksaited. Setiap kucing itu melompat ingin menggapai Souta meninggikan tangannya lalu menurunkan seperti semula, di barengi tawa renyah miliknya.
Kucing bilek: teganya kamu mempermainkan diriku •ˋ _ ˊ•.
"Udah udah udah, nih" Souta tersenyum puas, menyuapi si kucing.
"Oh iya, nanti kalau keselek atau seret nyari minum sendiri ya cing, Souta lupa bawa air soalnya" Ucap Souta menyengir polos. Souta juga menuangkan makanan di dekat si kucing agar bisa melanjutkan acara makannya.
"Sampai sini ae ya, Souta mau nyari temen-temen kamu yang lain. Bye cing" Souta melambaikan tangannya lalu berdiri, berjalan mencari target lain.
Sama seperti apa yang Souta lakukan di atas setiap ada kucing yang ia jumpai pasti langsung berhenti.
"Cing kamu lucu banget sumpah, corak mu mujaer" Souta duduk di bawah menghadap kucing, bejek-bejek gemes kucing yang kesekian kalinya dia temukan di taman ini.
"Kamu clingy, luluh banget. Pengen Souta bawa pulang tapi acan tu ga suka kalau ada kucing lain di sekitarnya, yang ada nanti kamu babak belur di hantam acan" Keluhan Souta pada kucing mujaer di depannya.
"Sayang~ mana kamu masih kecil" Wajah Souta lesu mengelus si mujaer.
"Ah sudahlah bed mood, bye" Souta berdiri, berjalan menjauh. Lah kunaon?. Takutnya kalau lama-lama ga kuat Souta nya wkwk.
Sudah lama juga hampir sore Souta muter-muter taman nyari kucing, yang terakhir si mujaer tadi setelahnya Souta memutuskan untuk pulang saja. Bed mood anaknya ga bisa bawa pulang si mujaer.
Dari tadi Souta terus, mari kita melipir ke CEO G'Corp. Gin juga sedang bersiap untuk pulang, tugas-tugas nya sudah selesai. Sejujurnya dia ingin merefresh kan otaknya dengan memanjakan diri di rumah mewahnya, bersantai aka turu.
Otaknya lelah bukan karena kerjaannya, dia sendiri bingung kenapa se kelibat muncul bayangan si surai biru. Apa-apaan itu, tentunya Gin tidak terima main muncul-hilang di otak cerdasnya, apa tidak se terima itu akan mobilnya yang lecet?. Makanya kepikiran di otaknya. Gin menjadi tidak fokus.
Gin keluar dari ruangan menaiki lift, memencet tombol ke lantai dasar. Bunyi ting menandakan sudah sampai dan terbukanya lift tersebut. Gin berhenti sebentar menyampaikan amanat.
"Yang belum-belum segera selesaikan, saya pulang duluan" Ucap Gin datar pada pegawai yang ia temukan.
"Baik Sir" Pegawai itu menunduk sopan.
Gin telah menjalankan mobilnya menuju kediamannya. Biarkan Gin berkendara dengan aman.
Sesampainya Souta di rumah langsung masuk ke kamar dan merebahkan tubuhnya. Acan bobok abis nyakarin sofa. Emang dasar kucing problem tapi Souta sayang.
"Om itu ngga nelpon tha?" Gumam Souta memandangi ponselnya yang mati.
"Bagus deh, mungkin hatinya dicairkan. Tapi hati me yang ngga tenang" Souta melihat ke atas, matanya mengerjap, mikir.
"Rasanya masih ada tanggungan, ga usah di pikirin Sou om triplek itu kaya, titik". Jari Souta menekan pelipisnya.
"Bodo lah, mikir terus buat kurus" Souta mengangguk mantap lalu beranjak untuk membersihkan diri.
Gin tiba di kediamannya, dia sekarang juga sudah berada di kamar dengan nuansa hitam di tambah dark red yang menambah kesan elegan.
Gin yang sedang membuka dasi dan jas nya harus Bergen kala ponsel miliknya berbunyi, anak itu menelponnya kah?. Oh bukan. Gin segera mengangkat telpon tersebut.
"Iya, ada apa?"
"....."
"Baik"
"....."
"Belum"
"....."
"Sudah, nanti lagi"
"....."
"Cukup, Gin tau apa yang baik, Gin sudah dewasa"
Pip. Sambungan di putus sepihak oleh Gin. Memuakkan setiap seseorang itu menelponnya selalu saja menanyakan hal yang sama. Gin melempar ponselnya di ranjang.
Btw karena abis dapet telpon dari seseorang, sabi kalik ya nelpon Souta sekali lagi. Gin mengambil ponselnya kembali sekali lagi mencoba menelpon Souta tapi nihil, oknumnya tidak bisa di hubungi, hanya suara tit tit tit terus.
"Dasar bocah menyusahkan, lari dari tanggung jawab" Nyerah aja dah kesel Gin lama-lama, mending ngebo. Terhitung tiga kali hari ini Gin menelpon Souta, eprot bet Gin.
Souta habis mandi, buktinya rambutnya basah handuk kecil masih tersampir di lehernya, baru saja mengeringkan rambutnya. Souta duduk di ranjangnya menghidupkan ponselnya.
"Nomor asing yang sama, lagi?"
"Siapa si, blokir nomornya kalik ya?"
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Gin [Ginsou]
Randomhallo epribadiiii jadi di sini aku buat book khusus 'Daddy Gin' dari book ku yang One Shoot, ku angkat derajatnya menjadi book ini. udah si gitu aja semoga syuukaaa. warning⚠ bahasa campur aduk⚠ ini cuma karangan semata jangan di ambil serius⚠ Typo...