Liymwa

906 131 6
                                    

"Tapi ini orang bikin kepo, biarin lah" Ucap Souta setuju dengan pemikirannya.

"Ngga usah di peduliin kalau orang nya nelpon" Lanjut Souta.

"Tapi kalau dipikir-pikir buat apa nomornya di pelihara?" Penimangan otak Souta. Souta acuh mengedikkan bahunya.

Terhitung sudah 1 minggu lamanya tidak ada pertemuan atau interaksi dari si CEO dan si bocah biru. Hari-hari mereka seperti biasa, hanya saja Gin tetap berusaha mencoba menelpon Souta tiap hari tapi hanya hikmah yang Gin terima. Juga Souta yang selalu membiarkan ponselnya tiap ada nomor asing yang menelponnya, pikirnya toh kalau orangnya pegel berhenti sendiri. Dalam artian Souta bodoamat.

Pagi ini Souta bangun lebih awal untuk membuat sarapan, bosen juga kalau harus sarapan di sekolah yang itu itu terus makanannya, mumpung juga ada bahan yang bisa Souta masak. Anaknya lagi riwuh di dapur membuat omelet, Souta memasak dengan lihainya bagaimana cara dia mengaduk nya, menambahkan bumbu-bumbu nya, hahhh jadi merasa chef Arnold wk. Selesai dengan urusan sarapannya Souta melenggang untuk mandi.

Souta yang sudah rapi, bersih dan wangi bayi siap pergi ke sekolah. Selesai sarapan dan di temani acan yang tadi di sebelahnya, kini Souta sudah berada di atas motornya, di gas menuju tempat penimba ilmu.

Sedangkan Gin Gehenna sekarang malah sudah berada di G'Corp, baru kemari-kemarin sedikit lenggang tapi berkas-berkas nya itu sudah berteriak minta di manja. Nanti siang juga ada rapat yang membahas tentang kerja sama antar perusahaan bersama para pegawainya.

Gin berada di ruangannya. "Bocah sialan" Gumam Gin memandangi ponselnya, dia lelah terus-terusan menelpon Souta.

Tentang Gin yang rencananya pengen cari tau tentang Souta, udah. Tapi just biodata nya saja. Seperti nama lengkap, asal, lahirnya, kesukaannya, hobinya. Itu-itu saja, Gin bukan tipikal orang yang menggali penuh tentang seseorang apalagi Souta yang notabene nya asing bagi Gin yang terkait dengannya secara tak terduga. Begini saja Gin merasa seperti pedofil. Mikir sendiri ngapain sampe kek gini wk.

"Ini bukan kamu Gin" Gin memegang kepalanya.

Souta sudah duduk rapi sambil memiringkan ponselnya, main game. Sebelahnya ada Zaki yang lagi main game juga, sambil lendotan ke Souta tapi bukan game elit seperti yang Souta mainkan saat ini melainkan game cacing. Pengen kok, pengen banget Zaki ikut main bareng Souta tapi Zaki lagi miskin Kouta. Temen sebangku nya ini pelit hospot ya udah main cacing ae.

"Sou hospot pliss"

"Berisik lo" Sarkas Souta, masih fokus di game nya.

"Main cacing bosen Sou" Zaki melas.

"Diem Jaki, gue kalah ntar aelah"

"Ikut liat" Zaki menurunkan tangan Souta yang masih asik memencet tombol-tombol peperangan.

"Noh" Balas Souta masih tetap fokus.

"Mau maen juga Sou"

"Gue gampar lo, liat aja udah"

"Pelit lo"

"Pelit pangkal kaya" Kata bijak Souta.

Sekolah berjalan sebagaimana mestinya seperti hari-hari biasa. Bel pulang baru saja berbunyi tapi seisi sekolah dulu-duluan keluar. Waktu pulang memang yang di tunggu-tunggu. Souta, Zaki jalan bareng di lorong.

"Main ps yok" Ajak Zaki.

"Males gue mau kelon sama acan"

"Sama gue aja gimana?" Genit Zaki.

"Najis!" Ludah Souta sampai muncrat.

"Nt"

"Cot, udah ah gue duluan ya Zakinjing" Souta bersalaman ala bestie.

Daddy Gin [Ginsou]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang