Separuh Hati 1

1.5K 131 17
                                    


"Kamu mau berangkat bekerja Nak?"

"Iya Bu. Hari ini ada meeting penting jadi aku harus datang lebih cepat."

"Kamu tidak lelah? Ibu dan Ayah tidak pernah memaksa kamu untuk bekerja sekeras itu."

"Enggak ada namanya lelah kalau buat ngumpulin uang Bu." Jawab sang putri dengan tawa gelinya.

Di seberang sana terlihat Ibunya mendumel namun sang putri masih saja tertawa. Ia sedang memasang antingnya, perkenalkan namanya Gianni Aprillya Tungga Dewi. Putri semata wayang Ibu Dahlia dan Bapak Fauzi, pasangan suami istri yang sudah pensiun dari pekerjaannya.

Prilly bukan berasal dari kalangan kaya-raya namun kehidupannya cukup mumpuni, dia lahir dan besar di salah satu kota kecil sampai akhirnya ia dewasa dan menyelesaikan pendidikannya barulah ia pergi merantau dan tidak terasa hampir 5 tahun ia menetap di ibukota.

Prilly bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang real estate yang membangun bangunan-bangunan raksasa dengan harga menyentuh triliunan. Ia sudah bekerja disana hampir 2 tahun dan sampai hari ini ia masih bertahan dibalik seramnya mulut-mulut para senior yang selalu memusuhi dirinya karena sejak beberapa bulan terakhir Prilly memang kerap menjadi pusat perhatian karena ide-ide cemerlang miliknya yang selalu disukai managernya.

"Aku pergi dulu ya Bu."

"Iya. Hati-hati Nak."

"Baik Bu."

Setelah mengucapkan salam, Prilly memutuskan sambungan teleponnya dan beranjak keluar dari kamarnya. Prilly menyewa satu rumah bersama sahabatnya yang kebetulan berkerja sebagai pelayan di toko roti, namanya Wulandari.

"Lo buru-buru banget sarapan dulu woi!" Teriak Wulan yang dijawab gelengan kepala oleh Prilly. "Gue udah telat Mak!" Jawabnya sambil mengenakan sepatunya.

Wulan memang kerap Prilly panggil Mak, karena kesehariannya Wulan-lah yang mengurus segala keperluan rumah tangga bahkan sampai memasak sekalipun.

"Makanya gue bilang kalau malam jangan begadang!" Omel Wulan yang justru disambut tawa oleh Prilly. "Biasa namanya kangen pacar!" Sahut Prilly sebelum membuka pintu dan berlari meninggalkan Wulan yang masih melanjutkan omelannya.

Pekerjaan Wulan terhitung lebih santai karena pertukaran shift berbeda dengan Prilly yang memang harus pergi bekerja dipagi hari dan pulang ketika malam, terkadang temannya itu sampai menginap di kantor karena lembur. Wulan sungguh sangat menyayangi Prilly namun apa boleh buat sahabatnya itu sangat menyukai pekerjaannya sekarang.

Kembali Wulan menutup pintu rumah dan melanjutkan pekerjaannya sebelum pukul 10 ia harus sudah tiba di toko roti tempatnya bekerja.

Sepanjang perjalanan, Prilly terlihat gelisah di dalam taksi pasalnya kemacetan yang ia alami tidak bisa dikatakan sebentar. "Pak saya turun disini aja deh Pak!" Ucap Prilly pada supir taksinya.

Setelah membayar, gadis itu benar-benar turun dari mobil dan berjalan cepat menuju trotoar. Ia tidak bisa membiarkan dirinya terjebak macet tanpa berbuat apapun. Prilly segera berjalan menuju halte dan berharap ada bus yang lewat dan ia bisa menumpanginya. Jalur bus tentu saja tidak macet karena memiliki area jalannya sendiri namun sayangnya tidak ada lagi bus di jam segini.

Prilly hanya bisa menghela nafasnya, melirik jam di pergelangan tangannya akhirnya sang gadis memutuskan untuk berlari menuju kantornya. Prilly sudah bersiap untuk berlari namun disaat yang bersamaan seorang pria paruh baya keluar dari mobil dan berteriak meminta pertolongan. Prilly yang sudah ingin berlari tiba-tiba berbalik dan menghampiri sang pria.

"Tolong Mbak, Nyonya saya tiba-tiba kambuh penyakitnya." Jelas pria itu yang sontak membuat Prilly panik. Ia segera membuka pintu mobil dan membantu sang Nyonya yang ternyata sudah berusia lansia.

Separuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang