Separuh Hati 11

538 116 24
                                    


Prilly baru saja menutup panggilan telepon dari Alberto. Ia tampak kebingungan saat Alberto menjelaskan jika Ali mengajaknya untuk makan siang bersama. Kanaya segera menggeser kursinya mendekati Prilly.
"Mau makan siang sama Pak Bos ya?" Kerlingan mata Kanaya sontak membuat Prilly tertawa.

Gadis itu sedang merapikan barangnya, ia memang hanya makan siang namun ia tetap berusaha takut-takut kalau Ali membahas pekerjaan dengannya. Dan ia yakin Ali mengajaknya makan siang karena ingin membahas detail kerjasama mereka.

"Sst..jangan ngomong yang nggak-nggak nanti jadi bahan gosip." Peringat Prilly yang dijawab tawa oleh Kanaya. "Kalau gosipnya sama Pak Bos enggak apa-apa kali." Celotehnya yang ikut membuat Prilly tertawa.

Kanaya yang menyukai cogan garis keras jelas sangat memuja Ali. "Tapi jahat nggak sih kalau gue doain lo putus sama Satria lalu jadian sama Pak Bos?" Tanya Kanaya dengan wajah polosnya yang hampir membuat Prilly terkena serangan jantung.

"Astaga Kanaya! Lo ngomong apa sih?!" Prilly dengan segera memasukkan barang-barang penting ke dalam tasnya lalu beranjak dari kursinya. "Jangan ngomong yang nggak-nggak kita nggak tau kapan doa kita diijabah sama Tuhan." Peringat Prilly sebelum beranjak meninggalkan Kanaya yang memanyunkan bibirnya.

"Doa gue baik kali. Satria tuh nggak jelas banget jadi manusia daripada sama yang nggak jelas mending sama Pak Bos yang udah jelas bibit,bebet dan bobotnya." Dumel Kanaya namun dengan suara yang begitu pelan meskipun Prilly tidak dapat mendengarnya lagi namun gadis itu tetap mengutarakan niat baiknya.

Rozi yang mejanya tidak begitu jauh dari Kanaya samar-samar mendengar percakapan antara Kanaya dan Prilly. Ia sudah mendapatkan ide baru untuk menjatuhkan Prilly di hadapan atasan dan juga teman-teman kantornya.

Rozi segera beranjak meninggalkan mejanya saat akan pergi ia masih sempat menendang kursi Kanaya hingga membuat perut dan dada Kanaya membentur meja.

"Sorry, gue nggak sengaja." Kata Rozi berbanding terbalik dengan ekspresi wajahnya yang terlihat bahagia.

Kanaya mengusap pelan dada dan perutnya yang terasa sakit. Ia menatap berang Rozi yang langsung melenggang pergi sambil bersiul penuh kemenangan.

Prilly baru saja keluar dari lift, sesuai dengan arahan Alberto ia diminta untuk menunggu Ali di lobi. Sejujurnya, Prilly sedikit keberatan menunggu Bosnya di lobi namun ia tidak memiliki kuasa untuk menolak perintah atasannya itu. Sambil menunggu Ali, gadis itu terlihat membalas beberapa pesan termasuk pesan kekasihnya yang sejak tadi pagi ia abaikan. Prilly terlalu sibuk dan semoga saja Satria tidak marah padanya.

Tak berapa lama Ali dan Alberto datang, pria itu berjalan keluar dari lift sambil melewati Prilly yang masih menunduk menatap ponselnya. "Cebol ayok!" Katanya lumayan pelan namun masih bisa didengar oleh Prilly dan juga Alberto.

Ali berjalan mendahului Prilly yang sudah mendongak dan beranjak menyusul dirinya. Mulut gadis itu tampak komat-kamit sepertinya Prilly sedang menyumpah serapahi dirinya tapi tidak apa-apa Ali tidak akan marah, moodnya sedang bagus hari ini.

Beberapa karyawan yang kebetulan lewat tampak menaruh minat pada Prilly yang berjalan beriringan dengan Direktur mereka dan yang lebih membuat mereka shock adalah Prilly memasuki mobil yang sama dengan Direktur mereka meskipun Prilly duduk dikursi depan bersebelahan dengan Alberto namun tetap saja mereka penasaran dengan hubungan Prilly dan Ali.

Suasana di dalam mobil terasa hening. Ali sibuk dengan iPad miliknya sementara Alberto begitu fokus mengemudi mengabaikan Prilly yang duduk disebelahnya. Prilly juga tidak ingin bersuara, jujur saja ia merasa canggung sekali sekarang.

Tiba-tiba Prilly dikejutkan dengan Ali yang menyodorkan ponselnya kearahnya. "Saya butuh nomor kamu supaya lebih gampang menghubungi kamu." Katanya dengan nada begitu cuek namun jika diperhatikan terlihat sekali pria itu berharap Prilly bersedia memberikan nomor ponselnya.

Separuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang