Menjelang pukul 5 sore Prilly sudah selesai dengan pekerjaannya. Ia ingin segera pulang tidak tepatnya ia akan menemui Pak Suwanto untuk membahas perihal tadi pagi. Sungguh, ia merasa sangat bersalah karena keteledoran dirinya, teman satu devisinya yang hampir menjadi korban."Nay gue pulang duluan ya?"
"Oke. Hati-hati ya Pril." Sahut Kanaya yang masih mengerjakan beberapa pekerjaannya.
Prilly memang dikenal cerdas sehingga tidak heran gadis itu selalu dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan begitu cepat. Setelah memasukkan semua barang-barang miliknya ke dalam tas, Prilly segera bergerak untuk pergi dari sana namun sayangnya ia tidak melihat kedatangan Rozi yang membawa secangkir kopi panas.
Prilly dengan cepat menghindar sehingga tidak terjadi 'kecelakaan' namun sayangnya Rozi yang memang sejak tadi sudah memendam kekesalan pada Prilly justru memanfaatkan kesempatan itu untuk menyakiti Prilly. Dengan cepat bahu lebar Rozi menabrak bahu kecil Prilly hingga membuat gadis itu mengaduh dan tersungkur ke lantai. Prilly sontak meringis saat merasakan sakit pada pergelangan tangannya.
Kanaya dan yang lain segera berdiri untuk menolong Prilly. "Lo nggak apa-apa Pril?" Tanya Kanaya yang dijawab gelengan kepala oleh Prilly.
"Makanya kalau jalan pakek mata dong!"
"Prilly nggak sengaja ya lagian nggak kena lo juga tapi lo yang sengaja ngedorong Prilly sampe jatuh kayak tadi!" Serang Kanaya yang dibalas tawa oleh Rozi. "Lo punya bukti nggak?!"
Kanaya ingin kembali membalas namun Prilly dengan segera menghentikan temannya itu. "Jangan ribut nggak enak sama divisi yang lain." Ucap Prilly pada Kanaya.
Rozi tersenyum puas karena berhasil menyakiti Prilly, pria itu baru akan kembali membuka suara namun suara berat Pak Suwanto terlebih dahulu terdengar hingga mengurungkan niat Rozi untuk kembali menganggu Prilly.
"Ada apa ini?!"
"Ini Pak---"
"Enggak Pak cuma lagi diskusi aja." Potong Prilly melarang Kanaya untuk menceritakan tentang kejadian yang sebenarnya. Kanaya tampak mengerutkan bibirnya pertanda tidak suka namun ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Pak Suwanto segera beranjak meninggalkan anak buahnya namun Prilly dengan cepat berlari mengejar Pak Suwanto. "Pak tunggu sebentar!" Prilly berteriak cukup nyaring, ia merasa malu namun saat melihat Pak Suwanto berhenti senyuman puasnya seketika terbit.
"Ada apa?"
"Saya ingin meminta maaf perihal tadi pagi Pak. Saya benar-benar menyesal." Ujar Prilly dengan kepala tertunduk dalam. Terdengar helaan nafas berat dari Pak Suwanto, pria paruh baya itu terlihat keberatan namun berusaha keras untuk memaklumi kondisi Prilly.
"Saya tidak akan mempermasalahkan perihal tadi pagi tetapi Pak Heri jelas tidak akan berpikir sesederhana saya." Ucapnya sambil membenarkan letak kacamatanya yang sedikit melorot.
Prilly mengangguk paham, tetapi ia harus berbesar hati mengakui kesalahannya. "Saya akan menemui Pak Heri dan meminta maaf langsung pada beliau."
"Kamu yakin?"
Prilly mengangukkan kepalanya dengan penuh keyakinan. "Saya tidak ingin proyek ini berakhir sia-sia Pak. Selain kerja keras saya disini juga terdapat harapan teman-teman yang lain." Jelas Prilly sambil memeluk erat map di dadanya. Uang bonus mereka sudah terbayang-bayang didepan mata jelas Prilly tidak akan melepaskannya dengan mudah.
Prilly sedang merencanakan beberapa model bangunan juga lahan yang menurutnya sangat strategis dan cocok untuk dilakukan pembangunan meskipun anggaran yang mereka butuhkan sangat besar namun Prilly optimis jika proyek ini akan sukses besar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Hati
ChickLitNew story setelah Duka Cinta tamat. Alur ceritanya nggak bakalan bosenin☺️💐 jangan lupa baca yaaa...