Separuh Hati 8

610 117 16
                                    


"Kamu sabar aja. Aku yakin proyek kamu bakalan berhasil."

Prilly tidak bisa menyembunyikan senyumannya saat mendengar pacuan semangat dari kekasihnya. "Aku benar-benar ingin kamu ada disini Sat." Jawab Prilly nyaris meremukkan ponselnya. Ia begitu merindukan kekasihnya ini.

Tawa manis Satria terdengar berderai membuat Prilly semakin rindu saja. "Kamu masih lama disana? Betah banget kayaknya kamu disana?" Rajuk Prilly yang kembali membuat Satria terkekeh gemas.

"Mau bagaimana lagi Sayang. Aku harus bekerja keras supaya nanti setelah menikah aku bisa lebih banyak menghabiskan waktu bersama kamu."

Jawaban manis Satria berhasil membuat Prilly menarik sudut bibirnya. "Aku juga akan berusaha keras untuk masa depan kita."

"Aku tidak menuntut apapun dari kamu. Aku tidak melarang kamu bekerja karena aku tidak ingin membuat kamu bosan menunggu kepulanganku tapi Sayang kamu bisa berhenti kalau memang kamu merasa lelah." Rentetan kalimat yang keluar dari mulut Satria mampu membuat hati Prilly berdesir namun ia sudah bertekad jika dirinya harus sama suksesnya dengan Satria supaya mereka setara.

Prilly tidak munafik jika dirinya berusaha keras ini bukan hanya untuk Satria tetapi untuk dirinya sendiri. Prilly ingin setara dalam hal apapun supaya tidak ada salah satu dari mereka yang merasa jika pasangan mereka adalah beban. Sejak awal, Prilly selalu memperlakukan Satria sama seperti pria itu memperlakukan dirinya.

Katakan ia jahat tetapi Prilly hanya tidak ingin dirinya terlalu bergantung pada Satria karena tidak menutup kemungkinan dimasa depan Satria akan menyakiti dirinya ataupun sebaliknya. Cinta boleh bodoh jangan!

"Aku mengerti Sayang. Terima kasih atas pengertianmu." Ucap Prilly lalu mereka kembali melanjutkan perbincangan sampai akhirnya Satria harus undur diri karena teman-temannya sudah memanggil dirinya.

Sambungan terputus, Satria menatap sendu layar ponselnya yang memperlihatkan foto cantik kekasihnya. Ia begitu merindukan Prilly namun saat ini ia belum bisa kembali setidaknya sampai masalah disini ia selesaikan.

"Mas Satria ayo makan!" Suara lembut seorang wanita membuat Satria menoleh. Wanita itu adalah Putri dari mandor yang bekerja dibawah pimpinannya. Namanya Sari, wajahnya cantik dan bentuk tubuhnya sedikit semok.

Satria mengusap wajahnya, andai saja malam itu ia tidak mabuk dan berbuat sesuatu pada Sari mungkin saat ini ia sedang memeluk kekasihnya.

"Mas Satria?"

Satria mendekati wanita itu yang tampak malu-malu ketika Satria hampir menggapai dirinya namun sayangnya Satria justru berjalan melewati dirinya begitu saja hingga membuat senyuman di wajah Sari luntur seketika.

Satria ingin berbelok menuju dapur namun ia menghentikan langkahnya tanpa menoleh pria itu berkata. "Sudah berapa kali saya peringatkan jangan keluar masuk mes saya sesuka hati kamu Sari. Saya tidak menyukainya!"

Sari berbalik dan menatap punggung lebar Satria dengan mata berkaca-kaca. "Aku hanya ingin menyiapkan makan malam untuk kamu Mas. Apakah salah?"

"Tentu saja salah!" Satria berbalik menatap Sari yang menatapnya terluka tapi pria itu tidak perduli. "Saya peringatkan lagi padamu. Malam itu adalah kecelakaan dan itu adalah kesalahan terbesar dalam hidup saya yang akan saya sesali sampai mati!" Ujar Satria dengan suara yang melengking tinggi membuat sampai Sari memejamkan matanya. "Saya sudah memiliki kekasih dan sampai kapanpun saya tidak akan pernah menikahi kamu!" Lanjut Satria kasar sebelum beranjak pergi dari sana.

Sari menundukkan kepalanya diam-diam wanita itu terisak sambil memegang perutnya. Malam itu adalah malam terindah baginya meksipun Satria menganggapnya sebagai kesalahan bagi Sari malam itu adalah sebuah anugerah.

Separuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang