Separuh Hati 30

657 130 17
                                    


Laura tampak bersenandung sepanjang perjalanan menuju salah satu kota dimana Ali dan Prilly berada. Ia sudah mendapat informasi lengkap dari Hendri. Mengingat pria tua itu sontak membuat Laura mual.

Bagaimana tidak, Hendri yang tahu hubungannya dengan Aldi sudah selesai justru memintanya untuk menjadi selingkuhan laki-laki itu. Menjijikkan sekali, jika bukan karena butuh informasi sungguh Laura tidak akan sudi bertemu dengan pria tua itu.

"Mereka keluar kota tepatnya ke salah satu daerah pegunungan yang jaraknya cukup jauh dari kota." Ujar Hendri saat mereka bertemu untuk pertama kalinya dalam artian bertemu sebagai rekan bisnis bukan lagi sebagai paman dari dari kekasihnya.

Laura mengangukkan kepalanya. "Aku harus tahu apa yang mereka lakukan disana Om supaya aku bisa membantu Om melancarkan rencana Om." Laura tersenyum kecil setelah memberikan respon pada ajakan kerjasama yang Hendri bahas beberapa waktu lalu.

Pria itu tampak tertarik namun belum sepenuhnya percaya pada Laura. "Aku hanya tidak ingin wanita itu terus menerus berada disisi Ali."

"Kamu menyukai Ali? Lalu bagaimana dengan Aldi?" Tanya Hendri penasaran.

Laura mengedikkan bahunya meskipun matanya sedikit sembab namun ia sudah ikhlas atas perpisahannya dengan Aldi. "Kamu sudah putus." Jawabnya lalu menyesap minuman dinginnya dengan cara yang begitu elegan.

Respon Hendri justru sangat jauh dari bayangan Laura, pria itu justru terlihat senang saat mendengar hubungannya dengan Aldi telah selesai. "Sejak dulu Om memang merasa kasihan sama kamu. Aldi tidak bisa diandalkan, anak itu terlalu patuh pada Ibunya." Hendri mulai menceritakan ketidaksenangannya pada Aldi yang notabene adalah keponakannya.

Laura diam saja namun ia merasa sedikit tertarik dengan cerita Hendri ini. "Ibunya terlalu lemah dan baik hati. Lihat saja posisi Direktur yang sudah ia pegang selama beberapa tahun bisa hilang dalam sekejap." Dumel Hendri yang sungguh merasa tidak puas dengan sikap lembek putranya.

"Jadi sekarang kamu berniat untuk memacari Ali?" Tanya Hendri pada Laura. "Aku ingin menikahinya." Jawab Laura dengan penuh percaya diri.

Hendri kembali tertawa kali ini tidak sekeras tadi namun tiba-tiba tawa itu berubah menjadi seringaian cabul yang hampir membuat Laura memuntahkan isi perutnya. "Kamu bisa datang pada Om jika kamu kesepian." Bisiknya dengan kerlingan yang begitu menjijikan.

Laura hanya tersenyum kecil, ia begitu menahan diri untuk tidak memaki laki-laki ini biar bagaimanapun keberadaan Hendri jelas sangat menguntungkan dirinya.

"Non ingin singgah atau beristirahat dulu?" Tanya supir yang bertugas mengantar Laura.

"Tidak perlu Pak. Saya ingin tidur saja." Jawabnya sambil membenarkan letak bantal yang mengganjal di lehernya. Ia sengaja berangkat pada sore itu karena mengira Ali juga akan berangkat sore ini.

Ia sempat bertanya pada Alebeto dan pria itu mengatakan jika dirinya akan berangkat pada sore hari dan Laura langsung berasumsi jika Ali juga akan berangkat bersama dengan Alberto namun sayangnya ia justru harus menelan kekecewaan saat mendapati jika Ali berangkat pada malam harinya.

Laura ingin memaki siapapun saat ini namun sayangnya laki-laki yang berdiri didepannya adalah Alberto, jelas ia tidak akan mungkin berani. Setelah menempuh perjalan yang lumayan melelahkan akhirnya ia tiba dan langsung disambut Alberto.

"Disini hanya ada penginapan ini." Ujar Alberto saat melihat wajah keberatan Laura. Penginapan ini memang jauh dari kata mewah namun masih layak untuk dihuni setidaknya begitulah pendapat Alberto berbeda dengan Laura yang langsung merasa mual melihat bangunan kumuh didepannya itu.

Jika tidak mengingat Laura adalah sahabat Ali mungkin ia tidak akan bersedia menolong wanita ini, lihat saja bagaimana tidak tahu dirinya Laura ketika mengatai dirinya tidak becus mencari penginapan.

Separuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang