Bonus Part III

944 132 22
                                    


Prilly tidak tahu harus memulai dari mana namun perlahan ia mulai menceritakan perihal dirinya yang pernah memergoki Laras dan Hendri yang bertemu secara diam-diam disalah satu cafe yang berada tidak terlalu jauh dari kantor.

Hari itu setelah Prilly keluar dari lift setelah berdebat dengan Laras, Prilly mulai mencurigai gerak-gerik wanita itu terlebih setelah kabar tentang Aldi yang memutuskan hubungan mereka santer terdengar. Prilly tidak berniat picik namun sebagai wanita ia tetap merasa kepo dan seperti kata pepatah jika sudah waktunya pasti bertemu jua, Prilly benar-benar mendapati Laras bertemu dengan Hendri.

Kejadian itu sudah lumayan lama namun entah kenapa ia merasa jika pemutusan hubungan kerja yang dilakukan Pak Rudi memang ada hubungannya dengan Laras atau Pak Hendri. Prilly memang tidak memiliki bukti kuat namun ia yakin jika cepat atau lambat semuanya memang akan terbongkar.

Aldi mendengarkan semua cerita Prilly dengan seksama tanpa bantahan juga tanpa respon yang berlebihan. Pria itu hanya diam dengan tatapan tenang hingga membuat Prilly gemas sendiri.

"Jadi maksud kamu menceritakan hal ini pada saya apa?" Tanya Aldi setelah Prilly membeberkan semua keraguannya tentang Laras dan Hendri pada dirinya. "Kamu tahu Pak Hendri itu adalah Paman saya?" Tanyanya lagi yang dijawab anggukan kepala oleh Prilly.

"Sebagai bawahan jelas saya akui saya lancang tapi sebagai orang yang menyayangi Ali saya akan menelan semua kelancangan saya demi pria itu." Jawab Prilly dengan penuh ketegaran. Ia tidak goyah jika dirinya memang dipecat setelah ini ia tidak mengapa selama Ali baik-baik saja.

Aldi menaikkan sebelah alisnya. "Kamu mencintai Adik saya?" Prilly jelas meras canggung namun perlahan kepalanya tampak mengangguk pelan. "Mungkin terdengar seperti bualan terlebih setelah pengalaman cinta saya yang berakhir buruk namun bersama dengan Mas Ali saya benar-benar bahagia. Saya sungguh mencintainya dengan sepenuh hati saya." Tegas Prilly tanpa keraguan. Sejak awal ia memang sudah menaruh rasa pada Bosnya itu namun ia tidak pernah berharap karena ia sudah memiliki Satria kala itu namun setelah hubungannya kandas dengan Satria rasa itu semakin kuat terlebih dengan segala bentuk perhatian Ali.

Prilly tidak mau ambil pusing perihal detail kapan ia jatuh hati karena sekarang ia hanya ingin fokus pada hubungannya dengan Ali meskipun baru hitungan jam yang mereka lalui tapi Prilly tidak berniat main-main dengan hubungan mereka.

"Kamu memiliki hubungan spesial dengan Ali?"

"Kami sedang dalam mengenali pribadi masing-masing sekarang." Jawaban Prilly sontak membuat Aldi mendengus pelan. "Katakan saja pacaran kenapa kamu harus memakai bahasa yang ruwet hanya untuk mendeskripsikan hubungan kalian sekarang ini." Tanpa sadar Aldi justru mengomeli Prilly seolah mereka sudah mengenal lama.

"Maaf Pak."

"Tidak perlu." Sahut Aldi, pria itu sudah lebih menguasai dirinya. "Saya akan melindungi Ali apapun caranya. Meksipun kami tidak memiliki hubungan darah tapi Ali tetap Adikku." Ucap Aldi sebelum beranjak dari duduknya. Prilly ikut berdiri dihadapan Aldi yang sedang merapikan jasnya.

"Saya berterima kasih karena kamu berani melaporkan hal ini pada saya." Aldi mengulurkan tangannya. "Jabat tangan pertama kita sebagai calon Kakak dan Adik ipar." Ujar Aldi dengan senyuman kecil yang namun mampu membuat Prilly merona malu.

Ia merasa salah tingkah karena Aldi begitu cepat menganggapnya sebagai Adik ipar.

"Terima kasih Pak. Saya percaya Bapak orang baik dan Mas Ali sangat beruntung memiliki saudara seperti Pak Aldi." Ucap Prilly setelah jabat tangan mereka terlepas. Aldi hanya tersenyum sebelum berlalu dari hadapan Prilly.

Prilly tidak tahu harus kemana sehingga gadis itu memutuskan untuk ke kantin rumah sakit. Ia tidak ingin merasa canggung berada ditengah keluarga Ali yang sedang berkumpul.

Separuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang