Separuh Hati 5

548 100 13
                                    


Hendri memasuki ruangan baru Aldi terlebih dahulu tanpa menunggu keponakannya yang berjalan santai di belakangnya. Hendri sungguh terlihat marah karena hari pertama bekerja Ali sudah berhasil menarik perhatian pemegang saham yang lain.

Meskipun pemegang saham utama perusahaan ini adalah Wenda, tetap saja suara dan dukungan pemegang saham lain sangat berpengaruh dan Hendri takut jika mereka benar-benar berpaling dan meninggalkan keponakannya sendirian. Posisi Aldi akan semakin surut jika tidak mendapat dukungan dari pemegang saham utama.

"Aku benar-benar membenci situasi seperti ini!" Jerit Hendri sambil berjalan kesana kemari sementara Aldi sudah duduk santai di kursi barunya. Aldi tampaknya cukup menikmati ruangan barunya ini.

"Ruangan ini tidak buruk juga." Komentarnya yang sontak membuat sang Paman menoleh dan menatap tajam dirinya. "Kamu masih bisa mengomentari ruangan ini disaat posisi kamu baru saja digeser oleh anak itu?!" Tanya Hendri tak habis pikir.

Aldi hanya tertawa menanggapi kekesalan Pamannya dengan senyuman manisnya. "Memangnya apa yang bisa Ali lakukan Paman?" Tanyanya dengan tawa remeh. "Paman lupa jika beberapa proyek besar perusahaan sedang aku tangani? Paman pikir jika proyek itu tak jalan Ali masih bisa dianggap mampu menjalankan perusahaan ini?" Aldi kembali tertawa dengan nada yang begitu menggelikan. Pamannya ini benar-benar lucu sekali.

Hendri terdiam, ia terlihat menimbang perkataan keponakannya. "Paman lupa bagaimana Eyang menargetkan proyek PT. Gumelar untuk meningkatkan keuntungan perusahaan ini? Dan sepertinya Paman juga lupa siapa yang mengajukan proposal dan menenangkan proyek besar itu." Lanjutnya sambil membenarkan letak dasinya. Aldi tidak bisa kedatangan Ali akan menganggu keberlangsungan hidupnya toh Ali hanya akan memimpin perusahaan sebentar.

Anggap saja ia sedang mengalah pada Adiknya. Tidak masalah bukan jika sesekali ia menyenangkan Adiknya?

Hendri akhirnya bisa bernafas lega. "Ah! Paman sungguh tidak memperhatikan hal itu." Katanya lalu kembali tertawa dengan begitu bahagianya. "Paman hanya khawatir Ali merebut semuanya dari kamu."

"Tidak akan Paman. Aku tidak akan mungkin membiarkan hal itu terjadi, selama bertahun-tahun aku yang memajukan perusahaan ini jadi tentu aku tidak akan melepaskannya begitu saja." Aldi tersenyum kecil pada Pamannya. Ia sangat tahu kelemahan perusahaan ini jadi tidak mungkin ia terdepak begitu saja toh ia tahu Ali hanya berniat main-main saja.

Jika di ruangannya Aldi tampak tertawa dengan Pamannya maka berbeda dengan Ali yang tampak sedang menginvasi ruangan Direktur yang akan mulai hari ini akan menjadi ruangannya. Ali tidak menyukai desain ruangan ini sehingga ia meminta Alberto untuk membuang semua barang-barang diruangan ini dan menggantikannya dengan yang baru. Ali tidak menyukai warna terang, ia sudah meminta asisten pribadinya untuk mengubah cat ruangan ini menjadi hitam atau abu-abu.

Alberto sudah mencatat semuanya dan sekarang Ali meminta asistennya untuk mengundang seluruh manager dari semua divisi untuk menemuinya di ruang rapat. Ali ingin berkenalan langsung dengan mereka.

"Baik Pak."

"Atur semua jadwal saya besok dalam berapa hari ini saya ingin melakukan pertemuan penting dengan para pemegang saham." Perintah Ali yang langsung dicatat oleh Alberto. Setelahnya Ali meminta asistennya untuk keluar meninggalkan dirinya sendirian yang berdiri sambil mengantongi tangannya menatap padatnya jalanan dibawah sana.

SJK Group berdiri megah ditengah kota, perusahaan yang sudah menghasilkan pajak sampai milyaran itu selalu menjadi pusat perhatian terlebih hari ini ketika Ali yang tiba-tiba kembali dan mengambil alih kepemimpinan perusahaan jelas akan menimbulkan berbagai spekulasi diluar sana.

Ali bahkan sudah bisa meramalkan jika dalam beberapa hari spekulasi itu akan melebar kemana-mana hingga sampai berdampak nilai saham perusahaan mereka. Ah, Ali sudah tidak sabar menunggu kabar menghebohkan itu.

Separuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang