Separuh Hati 21

612 119 17
                                    


Ali dan Prilly masih berada di rumah ketika Wulan pulang dari toko. Ia begitu terkejut saat mendapati Ali berada di kediamannya, dengan segera ia berjalan tanpa menimbulkan suara menuju kamar Prilly.

Gadis itu baru saja selesai membersihkan diri tepat ketika pintu terbuka dan memperlihatkan wajah panik dan juga bahagia Wulan. "Ada apa?" Tanyanya dengan ekspresi bingung.

"Gila! Magrib-magrib ada cowok ganteng di rumah, keimanan gue benar-benar dipertaruhkan sekarang." Celetuk Wulan menahan geregetan sementara Prilly tampak memutar matanya malas.

Sahabatnya ini ada-ada saja.

"Lo mau kemana?" Tanya Wulan saat mendapati Prilly mengepak satu tas kecil. "Mau minggat sama Pak Ali?!" Hampir saja Wulan kelepasan menjerit jika Prilly tidak segera menutup mulut sahabatnya itu menggunakan handuk kecil ditangannya.

Wulan jelas protes dan memberontak hingga bekapan Prilly terlepas. "Jangan ngomong yang nggak-nggak Mak!" Peringat Prilly yang dibalas dengusan oleh Wulan.

"Kenapa? Lo takut cowok lo marah?" Wulan bertanya dengan nada sewot. "Lo nggak ngitung hari udah berapa lama cowok lo ngilang? Nggak dihargai banget lo sama dia!" Marah Wulan yang seketika membuat Prilly bungkam.

Gadis itu menoleh menatap sendu ponselnya yang entah sudah berapa lama dia tidak mendapat balasan pesan atau panggilan dari Satria. "Satria kerja." Kilahnya kembali melanjutkan niat awalnya untuk mengenakan pakaian. Ia sudah bersiap-siap sore tadi namun karena Ali tertidur ia memilih membereskan kamarnya sehingga ia kembali harus membersihkan dirinya.

Hari mulai gelap dan Ali masih terlelap, Prilly tidak tega membangunkannya sehingga ia memilih menunggu saja sampai Ali benar-benar terjaga.

"Pret sibuk!" Ejek Wulan sambil bersidekap. "Gue benar-benar nggak habis pikir sama lo Pril. Satria nggak baik buat lo tapi kenapa lo masih bertahan sama dia?" Tanya Wulan tak habis pikir. Prilly mungkin tidak akan bercerita tentang kebusukan laki-laki itu tapi Wulan yakin cepat atau lambat apapun kebusukan Satria pasti akan terungkap.

"Itu udah berlalu Wulan. Gue juga udah mutusin buat maafin dan nerima dia lagi."

"Terus kalau lo udah maafin dan terima dia lagi, lo yakin dia nggak akan ngulangin perbuatan bejatnya?" Tantang Wulan yang sontak membuat Prilly bungkam.

Wulan berdecih sinis menatap sahabatnya antara kesal dan gemas. "Lo ingat kata-kata gue hari ini cepat atau lambat tuh laki bakalan nemuin lo dan ngakuin dosa barunya." Sumpah Wulan sebelum berbalik meninggalkan Prilly yang terpaku menatap kepergian sahabatnya.

Wulan sangat jarang berbicara serius padanya, sahabatnya itu walaupun mulutnya tajam namun hatinya sangat baik dan sekarang Prilly mulai merasa takut, takut jika apa yang dikatakan Wulan hari ini benar-benar akan terjadi padanya.

Tring!

Satria:
Besok aku pulang. Aku tunggu kamu di cafe favorit kita. See you🤍

Jantung Prilly sontak berdetak kencang. Ia kembali mengalihkan pandanganya kearah pintu kamarnya lalu kembali menatap ponsel yang ada ditangannya. Seharusnya ia merasa bahagia bukan? Tetapi kenapa ia justru merasa takut untuk bertemu dengan Satria?

"Semoga semuanya baik-baik saja. Tuhan tolong jangan kabulkan perkataan jahat Wulan." Mohonnya sambil menutup kedua matanya.

***

Samar-samar Ali mendengar suara dentingan sendok dan piring serta langkah kaki yang berjalan tak jauh darinya. Ia segera membuka matanya dan sedikit terkejut saat menyadari jika dirinya terlelap dalam waktu cukup lama. Diluar sudah gelap dan seluruh rumah Prilly sudah dihidupkan lampu.

Separuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang