"Aku benar-benar minta maaf ya? Malam ini aku harus menghadiri acara kantor." Jelas Prilly lagi. Ia sudah tiba dirumah dan berniat untuk siap-siap namun ia merasa tidak enak hati pada Satria dan kembali menghubungi kekasihnya.
Satria kecewa dan ia tahu itu tapi harus bagaimana lagi Prilly juga tidak memiliki pilihan lain.
"Iya enggak apa-apa. Aku ngerti kok."
"Lain kali aku janji nggak akan ngecewain kamu kayak gini Sayang." Ucap Prilly dengan bersungguh-sungguh. Prilly baru memasuki kamarnya dan menutup pintu saat Wulan tiba-tiba keluar dari kamarnya dan berteriak memanggil dirinya.
"Sat nanti aku hubungin kamu lagi ya? Wulan manggil aku."
"Iya."
Tut.
Dan Prilly hanya bisa menghela nafas saat Satria memutuskan sambungan telepon mereka secara sepihak. Menatap layar ponselnya yang gelap Prilly kembali menarik nafas panjang. Ia mengerti kenapa Satria sampai seperti ini, kekasihnya itu sengaja pulang dari luar kota untuk menghabiskan waktu bersama dirinya tetapi setibanya disini Prilly justru harus membatalkan janji mereka. Wajar sekali jika Satria marah padanya.
"Prilly cepat!"
Prilly segera meletakkan ponselnya dan bergerak keluar dari kamar setelah mendengar teriakan cempreng Wulan dari luar.
"Ada apa sih Mak?" Tanyanya begitu tiba di ruang tamu dan betapa terkejutnya Prilly saat menemukan Wulan sedang menggantungkan beberapa model gaun di ruang tamu.
"Lo ngapain Mak?" Tanya Prilly sambil mendekati Wulan dan memegang salah satu gaun yang menurutnya paling menarik perhatian diantara gaun yang lain. "Cantik sekali Mak." Puji Prilly yang membuat senyuman di wajah Wulan berkembang lebar.
"Gue sengaja nyewa gaun ini buat acara lo malam nanti." Jelas Wulan dengan senyuman lebarnya namun Prilly sontak menoleh dan menatapnya penuh protes. "Udah nggak apa-apa. Gue udah ngirim uang buat Ibu di kampung kok tenang aja lagian harga sewanya murah kok." Wulan mengibaskan tangannya di depan Prilly meminta sahabatnya untuk tidak merasa tidak enak padanya.
Prilly memang menceritakan pada Wulan melalui sambungan telepon jika malam ini ia akan pergi menghadapi acara kantor dan siapa yang menyangka jika Wulan sampai menyiapkan beberapa gaun untuknya.
"Sekarang lo coba satu persatu dan kita lihat yang mana yang cocok buat lo. Cepet waktu lo udah nggak banyak!" Wulan mendorong Prilly ke kamarnya dan menyerahkan satu gaun untuk sahabatnya itu.
Tak berapa lama Prilly keluar dengan gaun berwarna putih dengan renda-renda yang menyebar dibagian dada dan lehernya. Wulan segera meminta Prilly untuk mencoba gaun lain karena menurutnya gaun yang Prilly kenakan sekarang justru memperlihatkan Prilly seperti remaja SMP.
Prilly kembali memasuki kamar Wulan dan mencoba gaun yang lain bahkan sampai gaun ke tiga tidak ada yang cocok menurut Wulan hingga membuat Prilly berdecak kesal.
"Ini yang terakhir. Gue yakin ini pasti cocok banget sama lo." Bujuk Wulan lalu menyerahkan gaun berwarna merah maroon yang pertama kali Prilly lihat tadi.
Prilly mencoba gaun terakhir dan entah kenapa ia merasa gaun ini memang cocok di badannya meskipun belahan dadanya sedikit rendah serta modelnya yang ngepas dibadan membuat lekuk tubuh Prilly terlihat dengan sempurna. Prilly keluar dari kamar dan Wulan langsung menjerit heboh.
"Sekarang lo mandi dan setelah itu kita siap-siap buat moles makeup di wajah lo!" Titah Wulan yang segera dilakukan oleh Prilly.
***
"Lo cantik banget sumpah!" Puji Wulan setelah memoleskan lipstik yang diombre ke bibir Prilly. Warnanya sangat cocok dengan gaun yang Prilly kenakan. Sedikit merah memang namun terlihat begitu pas di wajah Prilly.
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Hati
Chick-LitNew story setelah Duka Cinta tamat. Alur ceritanya nggak bakalan bosenin☺️💐 jangan lupa baca yaaa...