Separuh Hati 28

613 125 19
                                    


"Maksud kamu apa Mas?!" Teriak Laura sambil menahan lengan Aldi yang ingin berbalik meninggalkan dirinya. "Bagaimana bisa kamu mutusin aku tanpa alasan seperti ini? Hubungan kita bukan terjalin kemarin Mas!" Pekiknya dengan sorot mata yang begitu tajam.

Ia sungguh tidak bisa terima dengan perlakuan Aldi padanya. Enak saja pria itu meninggalkan dirinya seperti ini, walupun ia menargetkan Ali sekarang tetapi tetap saja Aldi tidak bisa membuangnya seperti ini.

Aldi menghela nafasnya lalu kembali berbalik menatap wanita yang beberapa tahun belakangan ini menemani harinya. "Kita hanya tidak cocok Laura!"

"Apanya tidak cocok kita udah pacaran bertahun-tahun loh Mas kalau kamu lupa!" Balas Laura tak mau kalah.

Aldi tetap pada keputusannya, ia tidak bisa lagi bersama dengan wanita ini, Laura yang didepannya saat ini bukanlah Laura yang polos dengan tatapan berbinar yang sempat membuatnya jatuh hati.

"Kamu menyukai Ali bukan?" Laura tergagap namun dengan cepat wanita itu menormalkan ekspresi wajahnya. "Bagaimana mungkin kamu berbicara seperti itu Mas? Kamu nuduh aku selingkuh?"

"Bukan selingkuh karena belum tentu Ali menerimamu." Perjelas Aldi yang tidak ingin Laura besar kepala. "Kamu menyukai Ali dan itu fakta yang tidak bisa kamu sembunyikan dariku!" Tekan Aldi yang sedikit memojokkan posisi Laura.

"Kamu salah paham Mas!"

"Tidak. Aku memang tahu sejak ia menempati posisi Direktur kamu mulai menargetkannya kembali." Aldi tidak bodoh, ayolah ia bisa menebak dengan mudah jalan pikiran wanita seperti Laura ini.

Laura bungkam ia seperti kehabisan kata-kata untuk mendebat Aldi. "Tapi aku enggak mau putus Mas!"

"Kenapa? Supaya kamu bisa masuk dengan bebas ke dalam keluargaku hanya untuk memantau Ali?" Ejek Aldi sambil bersidekap. Ia sungguh tidak menyangka jika Laura akan berubah sampai seperti ini.

Laura masih belum memperlihatkan ekspresi lain selain sorot matanya yang berubah tajam. Kedua tangannya terlihat mengepal, jika Aldi sudah mengetahui akal bulusnya tidak menutup kemungkinan pria ini akan membuat Ali menjauh darinya.

"Aku mencintaimu Mas!"

"Omong kosong!" Bantah Aldi sebelum beranjak menuju ke kursinya. "Kamu bisa pergi karena tidak ada apapun lagi yang ingin aku bicarakan!" Usir Aldi yang membuat harga diri Laura semakin tercabik-cabik.

Laura segera memutar tumit sepatunya berjalan cepat keluar dari ruangan Aldi. Jika pria itu bisa membuangnya dengan seperti ini maka ia juga harus bisa membuat Aldi semakin terlihat buruk di mata Ali.

Dengan bersimbah air mata, Laura segera berlari menuju lift dan menekan tombol menuju lantai dimana ruangan Ali berada. Ia sungguh pandai sekali memainkan akting wanita teraniaya seperti ini.

"Hiks..."

***

"Kita akan berangkat nanti malam." Putus Ali saat mereka sudah berada diruangan Ali. Alberto dan Prilly berdiri didepan meja Ali dengan kepala mengangguk patuh.

Mereka harus meninjau langsung lokasi proyek namun sebelum itu Ali harus menemui salah seorang kontraktor kenalannya untuk mengajak bekerjasama. Mereka membutuhkan alat berat untuk mengerjakan proyek ini, semakin cepat proyek ini rampung maka semakin cepat pula Ali bisa mencairkan bonus untuk mereka terutama Prilly.

Ia ingin segera menyelesaikan urusan pekerjaannya lalu mengambil cuti untuk berlibur ke kampung halamannya.

"Prilly kamu kembali lebih awal untuk mempersiapkan diri!" Perintah Ali yang langsung disetujui oleh Prilly. Mereka hampir mengakhiri rapat dadakan ini saat pintu ruangan Ali terbuka dengan kasar lalu terlihat Laura yang berlari menghampiri Ali dengan wajah bersimbah air mata.

Separuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang