Separuh Hati 6

638 112 17
                                    


"Bapak manggil saya?"

"Iya. Silahkan masuk Pril!"

Prilly berjalan memasuki ruangan Pak Suwanto. "Bisa kamu tutup pintunya?" Prilly kembali dan menutup rapat pintu ruangan Pak Suwanto.

"Silahkan duduk!" Pria itu menyuruh Prilly untuk duduk di kursi yang ada didepan mejanya. Prilly menempati kursi itu sambil menunggu Pak Suwanto memulai pembicaraan dengannya.

"Jadi begini saya sudah bertemu dengan Pak Heri dan membicarakan perihal proposal proyek yang sudah kamu susun." Pak Suwanto mulai menceritakan pertemuannya dengan Pak Heri yang didengar secara seksama oleh Prilly. "Dan beliau setuju untuk memberikan kamu kesempatan lagi." Tambahnya yang sontak membuat senyuman Prilly mengembang lebar.

Prilly sangat terharu dan berterimakasih pada Pak Suwanto yang bersedia membantu dirinya. Pak Suwanto tersenyum kecil sambil mengangukkan kepalanya. "Jadi sebelum kamu bertemu dengan Pak Heri, boleh saya lihat proposal kamu terlebih dahulu?"

"Boleh Pak. Sebentar saya ambil dulu." Prilly segera beranjak keluar dari ruangan Pak Suwanto menuju mejanya tanpa menghiraukan tatapan penasaran teman-temannya terutama Rozi, gadis itu segera berbalik dan menghampiri Pak Suwanto lagi dengan membawa map ditangannya.

"Ini Pak." Prilly meletakkan map yang ia bawa depan Pak Suwanto yang langsung memeriksanya. Prilly terlihat deg-degan namun ia yakin proposal yang ia susun sudah sesuai dengan semua ilmu yang ia pelajari selama ini.

Idenya tidak pasaran dan Prilly yakin Pak Suwanto pasti menyukainya hanya saja memang anggaran yang dikeluarkan cukup banyak.

"Saya suka bentuk bangunan yang kamu desain." Itu komentar pertama Pak Suwanto yang membuat senyuman Prilly mengembang lebar. "Mengingat cuaca yang begitu panas akhir-akhir ini saya setuju dengan bangunan perumahan yang kamu desain didominasi dengan rotan tapi untuk biaya satu unit pembangunan rumah ini jelas sangat besar dan saya tidak yakin pihak perusahaan akan menyetujuinya." Lanjut Pak Suwanto yang sontak membuat senyuman Prilly memudar.

"Tapi Pak saya sudah merincikan harga setiap bahan yang digunakan serta area pembangunan perumahan ini sangatlah strategis jadi saya rasa anggarannya cocok dan saya yakin pembagunan rumah ini pasti akan berhasil." Prilly berusaha mempertahankan argumennya karena ia yakin pembangunan seperti ini belum banyak dikerjakan oleh perusahaan lain sehingga ia berpikir perusahaannya bisa mengambil kesempatan.

Pak Suwanto terlihat membenarkan letak kacamatanya. "Tapi untuk ukuran satu unit rumah ini terlalu mengada-ngada."

"Rumah ini tidak sekedar dibangun Pak tapi hunian ini saya jaminkan kenyamanannya untuk penghuni."

"Jaminan apa yang bisa kamu berikan?"

"Rasa aman dan nyaman." Prilly membuka lembaran lain dan memperlihatkan bentuk rumah yang sudah ia desain dengan sedemikian rupa dan Pak Suwanto akui pemikiran Prilly cukup matang hanya saja ia tetap merasa ragu terlebih jika proyek ini sampai dia bahas didepan Direktur, Pak Suwanto takut jika dia tidak bisa mempertanggungjawabkannya.

"Baiklah. Proyek ini akan saya bahas kembali dengan Pak Heri." Pak Suwanto menutup map yang Prilly berikan lalu meriahnya dan ia masukkan ke dalam laci mejanya.

Prilly yang melihat tindakan Pak Suwanto jelas tersinggung pasalnya proposal itu murni idenya. "Tapi Pak proposal itu milik saya."

"Ya terus kenapa? Saya atasan kamu jadi biar saya saja yang mempresentasikannya nanti." Pak Suwanto terdengar sewot. "Sudah kamu lanjut kerja sana!" Usirnya yang membuat Prilly mau tidak mau segera angkat kaki dari sana.

Prilly menutup pintu ruangan Pak Susanto dengan hati yang begitu gelisah. Ia berharap Pak Suwanto tidak mengkhianatinya.

***

Separuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang