Separuh Hati 17

542 128 33
                                    


Alberto yang sedang berjalan menuju lift bersama Prilly tampak menghentikan langkahnya. "Halo selamat pagi Nyonya." Sapanya yang membuat Prilly refleks menoleh kearah asisten pribadi Ali itu.

Dengan menggunakan tangannya Alberto memberitahu Prilly untuk menunggunya sebentar dan Prilly langsung mengangukkan kepalanya. Ia memilih untuk menunggu di kursi yang ada disana.

Prilly kembali mengingat bagaimana wajah iri teman-temannya ketika ia berjalan keluar dengan dibantu oleh Alberto yang membawa beberapa barang miliknya. Hanya Kanaya yang terlihat ceria mendukung dirinya meskipun Prilly bisa melihat kesedihan di mata sahabatnya itu. Mulai hari ini, mereka tidak akan lagi bertemu diruangan yang sama.

Prilly memutuskan untuk menuruti perintah Ali, selain tidak memiliki kuasa untuk menolak, jujur ia juga sudah tidak betah berada di divisinya. Katakan Prilly pengecut tetapi sungguh setelah kejadian tadi malam Prilly merasa mentalnya sedikit terganggu. Ia merasa mudah sekali down dengan ejekan Rozi padahal selama bekerja disini ia selalu tegar menghadapi mulut lemes laki-laki itu.

Mengusap wajahnya Prilly kembali berusaha untuk bersikap tegar. Ia tidak boleh lemah, masih banyak hal yang harus ia perjuangkan untuk hidupnya.

"Ada yang bisa saya bantu Nyonya?" Alberto berbicara sopan dengan Nenek dari Bosnya itu.

"Saya cuma ingin bertanya tentang karyawan yang bernama Prilly."

Kening Alberto berkerut samar namun mulutnya segera bersuara menjawab pertanyaan Nyonya besar. "Silahkan Nyonya."

"Dia bekerja di divisi?"

"Pembangunan tetapi sekarang Nona Prilly sudah resmi berkerja dibawah pengawasan Tuan Ali."

"Dibawah pengawasan Ali?!"

"Benar Nyonya. Tuan Ali sudah memerintahkan saya untuk menyediakan ruangan khusus untuk Nona Prilly tepat disebelah ruangan Tuan Ali." Alberto terlalu jujur sehingga ia menceritakan semua rencana Ali pada Nenek Wenda.

"Aku benar-benar tidak sabar ingin menemui karyawan spesial ini."

Alberto memilih diam saja.

"Baiklah. Aku akan menyempatkan diri ke kantor!"

"Baik Nyonya."

Dan sambungan telepon mereka terputus. Alberto kembali berbalik dan mengajak Prilly yang masih menunggunya menuju ke lift. Di dalam lift mereka tampak sama-sama diam karena pada dasarnya Alberto bukanlah sosok pria yang ramah begitupula dengan Prilly yang hari ini moodnya sedikit buruk.

Tak berapa lama, mereka tiba dilantai 10 dan Alberto segera membawa Prilly juga barang-barang gadis itu yang tidak seberapa menuju ruangan barunya. Prilly tidak bisa menelan ludahnya saat melihat ruangan yang Ali sediakan begitu luas dan sangat nyaman.

"Sesuai dengan perintah Tuan Ali, mulai hari ini Nona Prilly akan bekerja di ruangan ini." Ujar Alberto setelah meletakkan dus bawaan Prilly diatas meja.

"Kalau ada yang Nona inginkan silahkan hubungi saya." Dan Alberto beranjak pergi dari sana meninggalkan Prilly yang masih tidak percaya dengan apa yang ia alami hari ini.

Tiba-tiba saja ia memiliki ruangan sendiri dan tiba-tiba juga ia berada diposisi sekarang. Niat dan tekad Prilly semakin kuat untuk menyukseskan proyek ini, ia tidak ingin mengecewakan Ali yang sudah begitu mempercayai dirinya.

Dan mulai hari ini Prilly hanya akan fokus pada pekerjaannya. Segera, gadis itu membereskan mejanya dan mulai mengerjakan beberapa revisi di proposal yang akan ia presentasikan di hadapan para dewan direksi dalam waktu dekat.

Separuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang