Separuh Hati 14

624 127 19
                                    


Suasana di gedung hotel bintang lima tempat acara digelar terlihat sangat meriah. Deretan mobil mewah terparkir rapi di pelataran hotel. Jantung Prilly seketika berdegup kencang, seumur hidup rasanya belum pernah ia menghadiri acara pesta semewah ini.

"Kamu tidak ingin turun?" Suara berat Ali mengejutkannya. Sejak kapan pria itu sudah membuka pintu mobil dan berdiri disana sambil menunggu Prilly.

Prilly segera turun dari mobil karena terlalu terburu-buru gadis itu melupakan kakinya yang sedang mengenakan sepatu dengan lebih lebih dari 15 cm meter.

"Akh!" Prilly memekik pelan saat tubuhnya nyaris membentur tanah. Ali yang berdiri didekatnya refleks memegang pinggang gadis itu dan menarik kearahnya. Dada Prilly membentur kuat dada bidang Ali hingga gadis itu kembali mengaduh.

Ali tidak bisa melepaskan pandangannya dari wajah Prilly, sungguh gadis ini terlihat semakin cantik dari jarak sedekat ini. Wajahnya halus dan mulus, tidak ada bekas jerawat atau lobang pori-pori diarea hidungnya. Ali banyak bertemu dengan wanita cantik namun ia belum pernah menemukan wanita secantik dan sememikat gadis dalam dekapannya ini.

Mereka masih berpelukan sampai akhirnya suara berat Alberto menyadarkan Prilly dan buru-buru mendorong dada Ali hingga pelukan mereka terlepas. Ali merapikan jasnya begitupula dengan Prilly yang relfeks merapikan rambutnya. Jantungnya berdebar kencang, aroma musk yang menguar dari tubuh Ali sungguh terasa memanjakan hidungnya.

Pria ini tampan dan wangi sekali.

"Silahkan Tuan!" Alberto tidak bertanya ia sudah memahami kondisi Tuannya, lihat saja bagaimana telinga Ali. Merah merekah pertanda jika laki-laki itu sedang malu.

Ali segera menegakkan tubuhnya menunggu Prilly lalu mereka berjalan beriringan. Prilly cukup sadar diri untuk tidak memeluk lengan Ali, posisinya saat ini tidak lebih dari karyawan Ali bukan pasangan pria itu. Alberto dan Prilly berjalan beriringan di belakang hingga mencapai lobi tiba-tiba Ali menghentikan langkahnya dan sontak membuat Prilly dan Alberto juga turut berhenti.

"Prilly."

"Ya Pak?"

Ali berbalik menatap Prilly lalu Alberto terlihat sekali keduanya kebingungan. "Kamu datang bersama saya kan?"

Dengan kening berkerut Prilly mengangukkan kepalanya. "Jadi kenapa kamu justru berjalan di belakang saya bersama Alberto?!" Tanyanya yang terdengar sedikit sewot. Alberto sontak terbatuk, astaga haruskah Tuannya cemburu hanya karena Prilly berjalan bersama dengan dirinya?

Astaga.

"Maaf Pak." Prilly segera melangkah lalu berdiri tepat disebelah Ali. Pria itu tampak meliriknya sekilas lalu mendengus pelan. Ali kembali berbalik dan berjalan memasuki lobi hotel dengan Prilly yang berjalan disebelahnya.

Orang-orang yang ada disana mulai menaruh atensi pada mereka terutama kaum pria yang nyaris mengeluarkan biji matanya saat melihat sosok Prilly yang berjalan beriringan dengan Direktur mereka. Rata-rata kaum pria yang sedang berada disana adalah karyawan SJK Group jadi jelas mereka mengenal Prilly.

Bisik-bisik tentang gadis itu mulai terdengar, banyak dari mereka yang berspekulasi pada hubungan Ali dan Prilly. Sementara yang sedang mereka gosipkan tampak memasuki ruangan yang sudah disulap dengan puluhan deretan meja dan hidangan dari beberapa negara.

Prilly tidak bisa menahan decak kagumnya namun ia masih sadar untuk tidak berbuat onar dan mempermalukan dirinya sendiri. Semua undangan yang sudah hadir disana tampak menoleh dan menatap Ali yang sedang berjalan bersama dengan seorang wanita. Suhendra dan Dhea juga turut hadir disana, dan ini untuk pertama kalinya mereka melihat Ali membiarkan seorang wanita berada dalam jarak begitu dekat dengannya.

Separuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang