Separuh Hati 23

483 124 21
                                    

"Selamat Ibu Prilly." Ucap Alberto saat Prilly selesai menandatangani kontrak kerjasama mereka. Posisi Prilly sekarang jauh lebih tinggi dari pada Pak Suwanto dan Pak Heri yang sudah dipecat oleh Ali dulu.

Prilly tidak ingin memamerkan posisinya karena ia sudah berniat untuk resign setelah proyek ini selesai. Benar, Prilly ingin membangun usahanya sendiri tentu saja dengan hasil dari kerjasama ini ia akan mendapat banyak pundi-pundi rupiah.

"Terima kasih Bang. Masih kayak mimpi aku bisa memegang proyek ini." Ucap Prilly dengan senyuman terharunya. Alberto menepuk pelan pundak Prilly memberikan semangat pada wanita yang sudah ia anggap seperti Adiknya itu.

Alberto tidak memiliki saudara kandung, ia akan tunggal sejak lahir dan sekarang ia menjadikan Prilly sebagai Adiknya.

"Oh ya jangan panggil Ibu atau Nona lagi cukup Prilly aja." Peringat Prilly karena Alberto kembali memanggilnya dengan embel-embel Ibu.

Alberto tersenyum kecil lalu mengangukkan kepalanya pelan. "Baiklah."

Keduanya berbincang sejenak sebelum Prilly pamit untuk kembali ke ruangannya. Di dalam ruangannya Prilly menghubungi kekasihnya Satria, terakhir kali mereka janjian pria itu tidak datang, Prilly memaklumi dan mengerti jika kekasihnya sedang sibuk bekerja.

Satria lagi-lagi tidak menjawab panggilan darinya, Prilly terus berpikir positif ia sungguh tidak pernah mencurigai kekasihnya karena ia tahu Satria adalah pria yang setia.

Prilly beralih menghubungi sahabatnya Wulan untuk memberitahukan kabar gembira ini. Wulan menyambut heboh dan terus mengucapkan selamat padanya nanti malam mereka berjanji akan mengadakan pesta kecil-kecilan untuk keberhasilan Prilly.

Tepat ketika Prilly mengakhiri panggilan telepon dengan Wulan, pintu ruangannya terbuka dan memperlihatkan Laura yang sedang tersenyum kearahnya.

"Aku dengar proyek kamu akan segera dimulai. Selamat." Ucapnya sambil menyerahkan satu buket bunga untuk Prilly.

Prilly yang sudah berdiri didepan Laura meraih buket itu lalu tersenyum penuh terimakasih pada Laura. "Terima kasih Laura." Ucapnya yang dibalas anggukan kepala oleh Laura.

Gadis itu tampak melihat-lihat ruangan Prilly dan dia akui Ali sungguh perhatian sampai menyiapkan ruangan senyaman ini untuk seorang karyawan biasa.

Prilly sedikit merasa tak nyaman dengan Laura terlebih setelah beberapa kali ia mendapati wanita ini menatapnya tajam jika berinteraksi dengan Ali. "Ohya, kalau kamu mengalami kendala atau kesulitan selama bekerja kamu bisa menghubungiku." Laura kini fokus menatap Prilly tak lupa senyuman manisnya yang membuat Prilly semakin tidak nyaman.

"Terima kasih atas perhatian kamu Laura."

Laura mengangukkan kepalanya. "Baiklah. Aku akan menemui Ali dulu." Ucapnya sebelum beranjak keluar dari ruangan Prilly.

Sepeninggalan Laura, Prilly meletakkan buket bunganya diatas meja lalu kembali ke kursinya. Ia melihat ada panggilan dari Satria dengan cepat Prilly menjawab panggilan dari kekasihnya itu.

"Halo Satria!"

"Halo. Nanti malam aku akan tiba di kota."

Kedua mata Prilly sontak berbinar. "Benarkah?" Prilly tersenyum begitu lebar. "Aku tidak sabar menunggu kamu."

"Ada yang ingin aku bicarakan Sayang."

"Aku juga. Ada kabar penting yang ingin aku sampaikan." Balas Prilly yang sama sekali tidak merasakan perubahan dalam setiap nada bicara Satria.

"Baiklah. Kita bertemu nanti malam."

"Iya Sayang. Hati-hati dijalan. Rindu kamu."

Prilly cukup lama menunggu Satria merespon namun sayangnya pria itu memilih bungkam.
"Satria kamu baik-baik saja kan?"

Separuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang