Seluruh penghuni ruang rapat tampak terduduk kaku membiarkan Pak Suwanto dan Pak Heri melakukan presentasi yang tentu saja diwakili oleh Rozi. Seluruh divisi dibuat terkejut dengan gebrakan Rozi dimana senior yang dikenal bodoh dan pemalas itu tiba-tiba diperintahkan oleh Pak Suwanto untuk mempresentasikan proposal yang dibuat oleh Prilly.
Prilly hanya duduk termenung di mejanya membiarkan teman-temannya membicarakan perihal Rozi yang benar-benar membuat mereka kaget. Suara kursi yang terbentur mejanya membuat Prilly mendongak dan ia bisa melihat tatapan tajam yang Kanaya layangkan padanya.
"Jujur sama gue itu proposal milik lo kan?" Tanyanya Kanaya yang dijawab helaan nafas oleh Prilly. Kanaya sungguh tidak menyangka jika hasil tangan sahabatnya bisa dicuri orang secara terang-terangan seperti itu.
"Enggak bisa! Kita harus lapor sama petinggi perusahaan!" Kanaya membuat gebrakan meja hingga membuat teman-temannya yang lain menoleh dan menatapnya aneh.
Kanaya tidak perduli sampai akhirnya Prilly menarik tangannya dan kembali memintanya untuk duduk. "Biarin aja jangan diperpanjang nanti imbasnya kemana-mana." Kata Prilly dengan suara lemahnya. Ia bukannya tidak ingin melawan tetapi ia tidak ingin membuat masalah apapun sekarang.
Prilly masih ingin berkerja disini dengan nyaman. Masih banyak cita-cita yang harus ia wujudkan dan semua dananya berasal dari perusahaan ini. Prilly ingin memiliki rumah, mobil dan membuat usaha kecil-kecilan untuk orang tuanya yang sejak dulu memang bercita-cita ingin hidup damai di pinggiran kota menghabiskan masa tua mereka.
"Tapi masa iya lo diam aja? Ini pencurian Pril! Tindakan pidana!" Jerit Kanaya yang sontak membuat Prilly menutup mulut sahabatnya dengan sebelah telapak tangannya.
Kanaya ini sungguh membuat kepalanya pusing. "Udah biarin aja! Sekarang ayo kita kerja!" Ajaknya yang dituruti Kanaya dengan setengah hati. Sejujurnya, Prilly sama sekali tidak bisa fokus bekerja hari ini biar bagaimanapun hatinya begitu sakit saat tahu jika Pak Suwanto justru meminta Rozi untuk mempresentasikan proposal miliknya.
Di dalam ruangan terlihat Rozi yang gemetaran saat berdiri didepan Ali sambil memegang remote kecil yang ia gunakan untuk menunjuk layar infocus. Ali terlihat menautkan keningnya saat melihat tatapan Rozi yang begitu tak fokus bahkan pelafalan kata saja pria itu masih amburadul dan membuat Ali bingung.
"Tunggu!"
Rozi sontak menghentikan presentasinya saat suara berat Ali terdengar. "Kamu yakin ini proposal milik kamu?" Tanya Ali dengan kedua tangan ia tautkan diatas meja.
Suasana berubah hening, wajah Rozi terlihat semakin pucat pria itu tampak melirik Suwanto dan Heri yang ternyata juga memberikan aksi yang sama.
Ruangan rapat itu hanya dihadiri oleh para manager yang memang ikut menyaksikan presentasi dari pihak Suwanto namun sayangnya pria itu justru memilih anak buah yang salah untuk mempresentasikan hasil kerja Prilly.
"Saya---"
"Dimana kelemahan proposal ini?" Tanya Ali lagi. Pria itu beralih pada Pak Suwanto. "Tolong bawa pemilik ide ini ke hadapan saya!" Titah Ali yang langsung membuat Pak Suwanto mengangukkan kepalanya.
Rozi tampak murung, ia sungguh tidak mengira jika lagi-lagi dirinya harus kalah saing dengan Prilly. Pria itu meletakkan remote kecil ditangannya lalu beranjak menuju kursi yang ada disebelah Pak Heri.
Suasana di ruang rapat itu sontak terasa mencekam sampai beberapa menit kemudian, Pak Suwanto datang bersama dengan Prilly. Gadis itu terlihat kebingungan saat memasuki ruang rapat terlebih saat tatapannya langsung beradu dengan tatapan dingin Ali. Ia sedikit terkejut namun dengan cepat Prilly menguasai dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Hati
ChickLitNew story setelah Duka Cinta tamat. Alur ceritanya nggak bakalan bosenin☺️💐 jangan lupa baca yaaa...