Prilly tidak bisa menyembunyikan rona merah di wajahnya. Ia dan Ali hampir saja kelepasan jika Alberto tidak mengetuk pintu kamarnya. Mereka bahkan sudah sama-sama telanjang pada saat itu.Ali tampak begitu kesal karena kedatangan Alberto namun Prilly justru merasa lega. Hampir saja ia kehilangan kesucian yang selama ini ia jaga. Prilly memang bukan wanita kolot namun rasanya untuk berhubungan intim dengan Ali bukankah terlalu cepat? Bahkan mereka baru sama-sama setuju untuk menjalin hubungan hari ini.
Bersama dengan Satria, Prilly bahkan memerlukan waktu hampir bertahun-tahun dan syukurnya ia benar-benar menahan diri jika tidak Prilly tidak bisa membayangkan bagaimana menyesalnya ia sekarang.
"Kamu sudah siap?" Tanya Ali yang baru turun dari lantai atas. Prilly memang sudah terlebih dahulu turun dan menunggu Ali di lobi penginapan sementara Alberto sudah keluar terlebih dahulu, seperti biasa Alberto memang selalu sibuk mengurus keperluan Ali.
"Sudah Pak."
Mereka dalam mode bekerja jadi keduanya harus jelas profesional.
"Baiklah. Kita berangkat sekarang!" Titah Ali yang berjalan terlebih dahulu sementara Prilly mengikutinya dari belakang.
Alberto ternyata sudah siap di dalam mobil, Ali menempati kursi belakang sementara Prilly memilih duduk didepan bersama Alberto namun tiba-tiba Ali memberikan perintah kepada Prilly. "Kamu duduk dibelakang bersama saya!"
Mau tidak mau Prilly kembali turun dari mobil dan menempati jok belakang bersama dengan Ali. Keheningan tampak merajai di dalam mobil, semuanya sibuk dengan pikiran masing-masing sampai akhirnya Prilly tersentak saat Ali diam-diam menggenggam tangannya. Pria itu sama sekali tidak menoleh kearahnya namun genggaman tangannya sangatlah erat.
Prilly segera mengalihkan pandangannya berusaha untuk tidak tersipu namun tetap saja ia merasa wajahnya mulai memanas.
"Kita akan langsung ke lokasi kebetulan Pak Arga hari ini berada di lokasi proyek." Jelas Alberto pada Ali.
"Baik. Jika pria itu mau bekerjasama dengan kita masalah ini akan segera selesai dan pembangunan bisa dilanjutkan kembali."
"Tapi bagaimana dengan Pak Rudi?"
"Dia sudah membatalkan perjanjian." Ali menoleh menatap Prilly. "Kita hanya perlu menyerahkan urusan itu pada bagian hukum perusahaan nanti biar mereka yang mengurusnya." Prilly mengangukkan kepalanya.
"Saya akan mencari tahu perihal Pak Rudi."
"Tidak perlu." Jawab Ali sambil menatap keluar jendela. "Kita hanya perlu fokus pada proyek ini, biarkan mereka melakukan apapun yang mereka inginkan."
"Baik Pak."
Prilly sungguh tidak mengerti pembicaraan Ali dan Alberto jadi dia memilih diam saja. Tak sampai 30 menit mobil yang mereka tumpangi mulai memasuki area proyek dan area disini cukup berbahaya.
"Kita harus berhenti disini Pak. Mobil dilarang lewat kesana." Alberto menunjuk peringatan didepannya. Selain mobil proyek memang dilarang memasuki area ini.
Mereka semua keluar dari mobil dan mulai berjalan, Prilly sungguh menyesal mengenakan sepatu kantornya yang memiliki 'hak' yang cukup tinggi. Ali beberapa kali menoleh untuk memastikan kondisi Prilly. "Hati-hati!" Ujarnya saat Prilly hampir tersungkur.
Alberto berjalan didepan meninggalkan Ali dan Prilly yang berjalan sambil bergenggaman tangan. Area yang mereka lewati lumayan curam sehingga membuat Prilly kesulitan menuruni jalan yang sedikit terjal.
Akhirnya Ali memilih menggendong Prilly yang langsung mendapat penolakan dari gadis itu. "Diam!" Sontak Prilly berhenti meronta dan membiarkan Ali menggendongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Hati
ChickLitNew story setelah Duka Cinta tamat. Alur ceritanya nggak bakalan bosenin☺️💐 jangan lupa baca yaaa...