Separuh Hati 29

620 138 28
                                    


"Pelan-pelan Mak!" Jerit Prilly saat Wulan mengoleskan salap pada bagian punggungnya yang memar. "Lo habis ngapain sih sampe tulang belakang lo memar gini?" Tanya Wulan dengan nada sewot, pasalnya ia ingin berangkat bekerja namun ia harus terlebih dahulu mengurus sahabat yang sudah dia anggap seperti anaknya sendiri ini.

"Ke bentur di kamar mandi tadi." Bohong Prilly sambil menahan ringisannya.

"Ngapain lo dikamar mandi?"

"Pipis lah Mak! Ngapain lagi jadi gue?!"

"Ya mana gue tahukan?" Selidik Wulan yang langsung mendapat dengusan dari Prilly. "Kaget sama kecoa gue ya jadinya gini." Prilly sungguh sangat lancar melontarkan kebohongannya.

Maafin gue Mak!

"Ck! Kantor segede itu ada kecoanya? Kecoa kalau naik lantai atas juga puyeng kali!" Prilly hanya tertawa mendengar omelan sahabatnya.

"Udah cukup. Udah enakan kok punggung gue." Prilly menurunkan kaos yang ia kenakan lalu membalikan badannya menatap Wulan. "Gue pulang cepet karena mau siap-siap buat pergi."

"Jadi lo pergi sama Pak Ali?" Prilly mengangukkan kepalanya. "Kalau lo nggak berani lo boleh kok ajak kawan lo kesini nginap disini tapi ingat teman cewek jangan cowok!" Wulan nyaris mengigit jari lentik Prilly yang mengacung didepan wajahnya.

"Iya-iya. Lagian mana mungkin gue bawa cowok buat berzina disini." Elak Wulan lalu mengerling nakal kearah temannya. "Ke hotel lah gue!" Sambungnya lalu berlari menghindari pukulan maut Prilly.

Tawa Wulan terdengar berderai, gadis itu bekerja shift sore sampai malam sehingga nanti ia tidak bisa mengantar sahabatnya. Prilly juga tidak apa-apa toh Ali yang akan menjemputnya nanti kesini.

Sepeninggalan Wulan, Prilly mulai membereskan rumah mereka. Kasihan jika Wulan harus beberes padahal sudah lelah bekerja. Ia juga menyiapkan makan malam untuk sahabatnya yang ia simpan di lemari pendingin nanti Wulan bisa menghangatkannya jika ingin menyantapnya.

Setelah kejadian di dalam lift tadi, Prilly memang segera pulang dan ketika tiba dirumah ia mematut bayangannya di cermin dan siapa yang menyangka jika lebam di punggungnya cukup mengerikan, setelah diolesi salap oleh Wulan ia merasa sedikit mendingan jadi sebelum membersihkan diri dan menunggu Ali datang lebih baik ia mengistirahatkan tubuhnya sebentar.

***

Wulan baru saja memarkirkan sepeda motor matic milik sahabatnya. Sepeda motor yang tempo hari Prilly tabrak itu, sekarang motor itu sudah berada dalam genggaman Wulan karena sahabatnya menolak untuk menggunakannya, trauma katanya.

Wulan tidak tahu bagaimana penyelesaian dengan pemilik mobil namun yang ia dengar dari Prilly pemilik mobil itu masih belum mengabari dirinya perihal kerusakan yang harus ia bayar.

Wulan segera melangkah memasuki toko lalu berjalan cepat menuju pantry namun sayangnya seorang wanita yang usianya berada beberapa tahun diatas Wulan tiba-tiba berjalan kearahnya dan tabrakan pun tidak bisa dielakkan. Wulan bahkan sampai membentur pinggiran etalase akibat ditubruk oleh wanita itu.

"Akh!"

"Aw!"

Keduanya sama-sama meringis dan kejadian itu jelas menarik perhatian orang-orang yang ada disana. "Heh babu lo nggak punya mata ya?!" Marah si wanita yang langsung memaki Wulan.

Wulan tentu saja shock namun melihat wajah garang si wanita yang berusaha mengintimidasinya jelas membuat setan peliharaannya datang. "Eh Maknya babu, lo buta nggak ngeliat ini mata gue?!" Tunjuk Wulan pada kedua matanya.

Beberapa pengunjung disana tentu saja tertawa mendengar jawaban dari Wulan bahkan pria yang duduk manis disudut toko juga terlihat geli.

Wanita dengan dandanan ala ani-ani itu jelas tidak terima dipermalukan oleh pelayan rendahan didepannya ini. Kedua matanya melotot sempurna mencoba menghakimi Wulan namun sayangnya gadis itu sama sekali tidak terlihat takut padanya.

Separuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang