Ali dan Laura memasuki restoran dengan Laura yang memaksa memeluk lengan Ali. Pria itu tampak angkuh dan cuek melangkah memasuki restoran dan berjalan menuju meja yang sudah di booking oleh Laura.Ali segera menarik kursi dan menempatinya tanpa mempedulikan Laura yang menunggu sikap romantis darinya. Akhirnya Laura terpaksa menarik kursi untuk dirinya sendiri. Laura menatap Ali dengan sendu, pria itu bahkan sama sekali tidak memperhatikan dirinya malam ini rasanya begitu sia-sia ia berdandan untuk laki-laki ini.
Ali langsung memesan makanan yang ia inginkan begitupula dengan Laura. Setelah pelayan pergi, keduanya tampak sibuk dengan urusan masing-masing jika sibuk dengan ponselnya maka Laura sibuk menatap laki-laki didepannya itu. Terlihat sekali Ali tidak menikmati kebersamaan mereka.
"Al."
Ali tidak menjawab pria itu hanya mendongak sambil menatap Laura dengan alis tebalnya yang menekuk dalam. "Aku dengar perusahaan kamu akan mengerjakan proyek baru."
"Hm."
Laura menelan ludah kasar. "Memangnya kamu udah yakin dengan proyek baru ini?"
Ali mendongak menatap Laura dengan ekspresi datar di wajahnya. Laura buru-buru tertawa berusaha memperbaiki mood Ali yang sepertinya pria itu tersinggung dengan pertanyaannya tadi. "Maksud aku tuh bukan kayak yang kamu pikirin Al." Laura tersenyum lembut. "Aku yakin sesuatu yang sudah kamu kerjakan pasti udah kamu pastikan tingkat keberhasilannya terlebih dahulu." Sambung Laura masih dengan senyuman manisnya.
Ali kembali fokus pada ponselnya tanpa berniat menghiraukan Laura. "Al." Panggilnya lagi.
Kali ini terdengar helaan nafas panjang Ali. Kenapa Laura berubah secerewet ini sekarang?
"Laura kamu bisa diam? Duduk tenang sambil nunggu makanan datang. Jangan terlalu mengurusi sesuatu yang bukan urusan kamu." Tegur Ali yang membuat Laura kembali terpaku.
Selama ia mengenal Ali belum pernah pria itu berkata sekasar ini padanya. Apakah benar di hati laki-laki ini sudah tidak ada dirinya?
"Al kamu bisa ngomong baik-baik sama aku loh." Laura menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Ali sedikit merasa bersalah tetapi sungguh ia tidak menyukai sikap Laura yang terlalu ikut campur pada urusannya.
Ali mematikan ponselnya bertepatan dengan pelayan membawa pesanan mereka. Diam-diam Laura menyeka air matanya dan Ali semakin merasa bersalah. "Makan ini makanan kesukaan kamu semua." Kata Ali yang kembali membuat hati Laura merekah, ternyata Ali masih ingat makanan kesukaannya.
"Sedari dulu kita memang suka makan disini kan?" Celoteh Laura dengan senyuman lebarnya. Ali hanya mengangukkan kepalanya sambil menyantap makanan yang sudah dipesannya tadi.
Keduanya mulai menikmati makan malam mereka dengan diiringi celotehan Laura sementara Ali hanya diam dan sesekali terlihat mengangukkan kepalanya. Laura masih bercerita panjang lebar namun Ali sudah terpaku pada seorang wanita yang sedang berjalan keluar restoran tanpa menyadari keberadaannya.
Ali melihat seorang laki-laki yang mengejar gadis itu. Seketika Ali meletakkan sendok dan garpu ditangannya lalu menyeka mulutnya. "Al kamu mau kemana?!" Tanya Laura kaget saat melihat Ali buru-buru beranjak dari kursinya.
"Kamu makan aja dulu nanti aku hubungi Alberto untuk menjemput kamu!" Kata Ali sebelum berjalan menuju pintu keluar restoran.
Laura terpaku, ia sungguh tidak menyangka jika Ali akan setega itu meninggalkan dirinya sendirian disini. Kedua tangan Laura sontak mengepal, di dalam hati ia sedang sibuk menyumpah serapahi siapa saja yang membuat Ali meninggalkan dirinya seperti ini.
***
"Prilly kamu tenang dulu!"
"Lepas! Lepas brengsek!" Maki Prilly sambil menarik lengannya dari tangan Satria. Pria itu terus mendesak dirinya untuk memaafkannya padahal jelas-jelas tadi pria itu sendiri yang ingin berpisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Hati
ChickLitNew story setelah Duka Cinta tamat. Alur ceritanya nggak bakalan bosenin☺️💐 jangan lupa baca yaaa...