15

396 35 13
                                    

Baru saja mobil Jeno memasuki pekarangan sebuah bangunan yang masih bergaya kolonial Belanda, namun beberapa anak sudah terlihat mengintip dari pilar panti asuhan yang merupakan Yayasan kedua orangtua Jaemin. Melihat anak² yang mengintip dari mobil, Jaemin tersenyum lebar dan buru-buru keluar setelahnya.

"Kak Nana!!!" Suara nyaring anak-anak dan derap langkah kakinya langsung heboh mengerumuni Jaemin.

"Halo semuanya!" Jaemin langsung bersimpuh, memeluk mereka satu persatu.

Jeno kemudian keluar dari mobil, menatap bangunan Belanda yg disulap menjadi sebuah panti asuhan yang terawat. Halaman depan bangunan panti asuhan ditanami beberapa jenis dedaunan hijau dan berbagai bunga, ada kolam ikan dan gazebo di taman kecil ini. Jeno kemudian menatap kearah jaemin, wanita itu terlihat senang dan tidak risih sama sekali dikerubungi oleh banyak bocah yang sekarang sedang menutup matanya menggunakan penutup mata.

"Ayo kak Nana buruan masuk!" Ucap salah satu anak dengan begitu riang.

Yang lainnya melompat-lompat semangat. "Ada kejutan!"

"Wah, kejutan apa?" Jaemin juga terlihat begitu senang. Ikut saja ketika jalannya di tuntun masuk ke dalam panti.

Jeno mengikuti langkah jaemin. la mengusap tengkuk bagian belakangnya dan menunduk sopan pada seorang ibu yang menatapnya ingin tahu. Jeno terlihat salah tingkah dan merasa tidak dianggap berada di panti asuhan ini.

"Masuk saja, mas. Anak-anak memang selalu semangat sekali kalau nak jaemin datang kemari." Ucap ibu itu. "Ah, saya Lisa, salah satu pengurus di panti asuhan ini."

"Salam kenal, bu." Jeno menjabat tangan Bu Lisa dengan sopan. "Saya Jean. Hmm saya... temannya"

"Temannya?" Lisa tersenyum ketika menanyakan hal itu lagi. "Nak Jaemin baru pertama kali ajak teman cowoknya kemari malam-malam begini. Biasanya sama Haechan, tapi kayaknya Haechan enggak ikut kesini."

Haechan ya? Batin Jeno terdiam.

Lisa kemudian mengajak Jeno masuk ke panti asuhan, menuju ke halaman belakang yang sudah dipasangi lampu hias kecil berwarna putih yang mengelilingi pepohonan di belakang. Jaemin berdiri di depan sebuah kue ulangtahun dan tumpukan kado, bersama dua anak yang juga ditutup matanya. Jeno tebak, dua anak tersebut yang dimaksud Jaemin bahwa mereka memiliki tanggal ulangtahun yang sama dengannya.

Mereka semua mulai berhitung mundur. "Tiga, dua, satu! Selamat ulangtahun!!!"

Suara ledakan kecil party pooper bersamaan dengan dibukanya mata Jaemin dan dua anak yang berulang tahun itu. Mereka bertiga tertawa senang, ikut terkejut oleh perayaan ini. Tanpa sadar, kedua ujung bibir Jeno tertarik keatas, melihat bagaimana Jaemin membaur bersama mereka dan berbagi kebahagiaan.

Berada disini membuat Jeno sadar dan bersyukur. Dari kecil ia sudah lahir sangat Berkecukupan, dia memiliki kedua orangtua yg menyayanginya dan bahkan selalu memberi sesuatu yang terbaik untuknya apalagi ia adalah anak sulung, Jeno juga dikelilingi oleh tiga adiknya yang kadang menggemaskan dan juga menyebalkan.

"Pak Jean! Sini!" Jaemin melambaikan tangannya pada Jeno, menyadarkan jeno dari lamunannya.

"Saya?" Jeno menunjuk dirinya sendiri dan Jaemin menganggukkan kepalanya.

Mau tidak mau, jeno melangkah mendekat, masuk ke kerumunan anak-anak itu.

"jisoo, kasih kuenya ke Pak Jean." Bisik Jaemin yang dapat di dengar Jeno.

Jeno tak kuasa menahan tawanya ketika jisoo, gadis cilik yang berulangtahun itu sampai berusaha memotong kuenya.

"Mau yang ada cokelatnya?" Tanya jisoo dengan polos.

Do You Love Me?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang