20

431 31 2
                                    

Perdebatan yang berujung pertengkaran selalu menjadi hal yang buruk bagi siapapun. Tak terkecuali bagi Jeno. Perdebatan dengan ibunya sesaat sebelum menghadiri acara ulangtahun nyonya Chitta membuat dirinya jengkel, Jeno merasa dirinya selalu berada di lingkaran yang membuatnya terkekang.

Namun bagaimanapun Taeyong adalah ibu kandungnya. Seorang ibu yang amat sangat ia hormati dan kadang Jeno merasa bersalah karena sudah membentak Mamanya. la merasa tidak seharusnya sekasar itu pada ibunya.

Kini mereka bertiga sudah berada di dalam lift menuju ke ballroom tempat ulangtahun nyonya chitta diadakan. Taeyong menatap kebelakangnya, melihat Jeno dan Jaemin yang berdiri bersebelahan.

"Yakin kalian cuma mau berjalan berdampingan?" tanya Taeyong memancing.

Jeno mengernyitkan dahinya. "Memang harus bagaimana lagi?"

"Sebagai pasangan yang katanya calon tunangan, setidaknya tampilkanlah sisi mesra. Gandeng tangan Nana atau-"

"Begini cukup?" dengan jengah Jeno merengkuh pinggang ramping Jaemin, membuat Jaemin tersentak dan Taeyong langsung merapatkan bibirnya.

Taeyong hanya tersenyum dan mengangguk, lalu menatap kedepan hingga pintu lift terbuka dan mereka melangkah keluar.

"Pak," bisik Jaemin sambil menundukkan wajahnya. "Apa ini tidak berlebihan?"

"Kalau risih saya bisa lepaskan."

Jaemin menghela napasnya dan menggelengkan kepalanya.

"Saya seperti ini agar mulut Mama bisa diam. Memang kamu nggak pusing dengar omelan beliau terus?"

Jaemin memilih tidak menjawab. Membuat Jeno mendengus. Jaemin benar-benar diam, menjaga sikap dan tutur katanya. Jelas saja, dia merupakan bawahan Taeyong dan tidak berani macam-macam dengan atasannya, walaupun dengan Jeno yang notabene adalah anaknya sekalipun.

"Tiwayy!" Chitta menyapa Taeyong dengan senang."Sudah lama sekali nggak ketemu!"

Untuk wanita yang berusia enam puluh tahun dan seorang sosialita, Chitta dan Taeyong tidak kalah heboh dengan seorang gadis remaja yang bertemu teman lamanya di acara ulangtahun. Dan hal itu membuat Jaemin dan Jeno sama-sama terdiam, memilih menunggu saja sampai keduanya boleh berbicara.

"Oh?" Chitta akhirnya menyadari kehadiran Jeno dan Jaemin. "Jean?"

"lya, tante. Selamat ulangtahun." Jeno tanpa sungkan memeluk Chitta yg juga balas memeluknya dengan senang.

"Tambah ganteng loh anakmu, Tae." Puji chitta. Namun tatapan Chitta seperti menelisik, ia kemudian mengalihkan tatapannya pada seorang wanita cantik disamping Jeno. "Ini... sekertarismu, kan?"

Jaemin mengangguk sopan dan tersenyum. "Saya Jaemin, Bu."

"Jaemin ini memang sekertarisku." Kata Taeyong mendahului. "Tapi juga calonnya, Jean."

Baik Jeno dan Jaemin merasakan perasaan diantara keduanya makin canggung.

"Oohh, jadi jean ceritanya kecantol sama sekertaris Mamanya? Tapi memang cantik sekali kamu, Jaemin." Puji Chitta lagi.

"Terimakasih, bu. Ibu Chitta juga semakin cantik seiring bertambahnya umur." Jaemin memuji balik.

"Ah, bisa saja kamu ini."

Pujian-pujian itu saling terlontar dan saling balas. Hingga akhirnya Jaemin, Jeno dan Taeyong masuk ke ballroom. Begitu masuk ke ballroom, Taeyong dan Jeno sama-sama saling sapa pada para teman dan kolega yang juga menjadi tamu undangan dalam pesta ulangtahun Chitta.

Jeno dan Jaemin tidak tahu saja bahwa daritadi Taeyong sangat bersemangat memperkenalkan Jaemin sebagai calon Jeno, calon penerus perusahaan besar milik keluarga Jung, sekaligus berusaha memperbaiki image anak sulungnya mengenai rumor video Jeno yang mencium sekertaris pribadi Nyonya jung.

Do You Love Me?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang