30

543 39 19
                                    

Haechan sengaja mengajak Mark bertemu di sebuah cafe yg lumayan ramai. Namun setelah menyebutkan pesanannya di kasir, Haechan kemudian memilih meja yg terdapat di sisi paling belakang dan pojok cafe. Dari meja yg ia duduki, haechan dapat melihat pengunjung yg datang dengan jelas, namun suasana nya juga tidak begitu berisik meski banyak muda-mudi yang menongkrong di cafe ini.

Haechan menghela napasnya sembari menatap ke luar jendela yg langsung dihadapkan oleh berbagai tanaman hijau dan kolam ikan yg berada persis dibawahnya.

"Haechan?" mark baru saja datang dan menghampirinya. "Sudah nunggu lama?"

Haechan hanya diam, memperhatikan mark yang mengambil tempat duduk di hadapannya. "Aku juga baru datang."

Mark tersenyum kecil. Senang rasanya melihat haechan yg begitu cantik dihadapannya malam ini. Melihat haechan yg sekarang penampilannya sudah berubah menjadi lebih memukau dan lebih dewasa, membuat Mark jelas menyesali perbuatannya. Merasa bodoh karena sudah berselingkuh dari Haechan.

Walaupun mereka akan membahas soal rencana pernikahan mereka yg batal, namun pertemuan Haechan dan Mark di cafe ini membuat mark teringat bahwa dulu mereka sering berkencan dan mencoba bbrp cafe baru di Jakarta, mereka juga sering mengunjungi cafe di lain kota jika sedang pergi ke luar kota bersama..

Sampai kemudian seorang pelayan datang mengantarkan matcha latte untuk Haechan dan iced Americano untuk Mark. Mark sontak tercenung melihat pelayan mengantarkan minuman itu kepada mark padahal ia belum memesan. Mark hanya diam menatap kopi itu.

"Masih jadi kebiasaan ya untuk kamu, Chan? Pesenin kopi yang sama untuk aku." Ucap Mark, dari raut wajahnya terlihat senang. Haechan sebenarnya juga baru sadar akan hal itu. Namun ia menutupinya. "Nggak sengaja." la lalu menatap Mark lagi setelah meminum  Matcha latte miliknya. "Jadi apa yang mau kamu bicarakan?"

"Tentang rencana pernikahan kita." Ucap Mark. "Aku ingin kita tetap menikah, Chan."

Jantung Haechan seperti ditimpa oleh bebatuan besar begitu mendengarnya. Terkejut, juga rasa sakit hatinya pada Mark tiba-tiba kembali muncul.

"Kamu gila?" Desis Haechan marah. "Kamu mau aku menikah dengan peselingkuh seperti kamu?!"

"Chan, dengarkan aku dulu." Mark meraih tangan Haechan yg berada di atas meja ke genggamannya. Namun Haechan langsung menarik tangannya dan menatap Mark tidak suka.

"Aku minta maaf buat semua perbuatanku, Chan. Aku tau aku begitu brengsek, tapi aku minta maaf, aku ingin kembali bersama kamu dan melanjutkan hubungan kita. Aku juga sudah memutuskan hubunganku dengan wanita itu, Chan."

Haechan tertawa miris. "Putus? Kenapa di putuskan? Kamu bilang wanita itu lebih baik segala-galanya dari aku."

"Aku salah, Chan. Kamu yg terbaik untuk aku. Aku menyesal sudah melepaskan kamu begitu saja." Lirih Mark. "Wanita itu nggak sebaik yang aku kira. Dia hanya ingin bersenang-senang, Chan dan tidak ingin serius. Sampai akhirnya dia selingkuh."

Sungguh, Haechan rasanya ingin tertawa, karena merasa ada karma yang terjadi dalam hidup Mark karena sudah mengkhianatinya.

"Bodoh." Haechan tertawa kecil, acuh dengan raut wajah bersalah Mark. "Setelah di campakkan, kamu mau langsung kembali begitu saja sama aku? Kamu pikir aku nggak punya hati?"

"Maaf, Chan. Aku benar-benar minta maaf." Ucap Mark dengan tulus. "Beri aku waktu untuk kembali meyakinkan kamu, Chan."

"Sekali seseorang selingkuh pasti akan mengulanginya lagi."

"Enggak, Chan. Itu enggak akan terjadi. Aku benar-benar menyesal." Mark kini merasa bersalah. "Tolong, Chan, kembali bersamaku."

Haechan mengalihkan tatapannya. "Kamu lupa kalau aku sudah punya kekasih?"

Do You Love Me?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang