24

429 32 3
                                    

Suara dari berbagai instrument alat musik seperti biola, piano, harpa dan berbagai instrument lainnya mengalun menciptakan alunan musik yang indah dan lembut. Temponya lambat, membuat orang-orang yang kini berada di depan mulai berdansa dengan gerakan lambat menikmati alunannya.

Seharusnya Jeno dan Jaemin yang kini sedang berdansa bersama, tapi Jeno sengaja mengambil tempat untuk bisa memeluk Haechan setelah sekian lamanya. Jeno tidak perduli dengan pandangan orang-orang sekitar, ia juga tidak perduli dengan pandangan Jaemin akan bagaimana jika melihat Jeno memeluk pinggang Haechan untuk berdansa. Karena yang Jeno perdulikan adalah wanita dihadapannya, yang terus menundukkan kepala terlihat terpaksa untuk bisa berdansa bersama Jeno.

"Pernikahan ini sungguh bukan kemauanku, Chan." Ucap Jeno secara lirih, tenggorokannya terasa tercekat ketika mengatakannya. "Ada insiden yang membuat aku harus menikahi Nana-"

"Aku sudah tahu semuanya." Akhirnya Haechan menanggapi, walaupun tangannya terasa dingin ketika menggenggam tangan Jeno dan rasanya ia semakin ingin menangis. "Kamu lupa kalau aku sahabat Nana dan dia selalu menceritakan soal lelaki yang bernama Jean kepadaku?"

Namun ucapan Jeno terputus, karena satu menit kemudian musik berganti lagi dan mereka harus melepaskan diri satu sama lain untuk kembali berdansa bersama pasangan mereka sesungguhnya. Tapi Haechan menyerah, ia merasa sesak berada diantara kerumunan ini dan hatinya tidak cukup kuat untuk tetap menerima bahwa kekasihnya menikahi sahabatnya sendiri.

"Kak Haechan!" Sion yang menyadari Haechan keluar dari lingkaran orang² yang berdansa ini langsung menyusulnya. "Kak!"

Haechan menghiraukan Sion, terus berusaha memasang wajah tegarnya. Banyak orang yang ia kenali di ballroom ini, karena teman Jaemin adalah teman Haechan juga. Banyak tamu-tamu penting juga di ballroom ini dan Haechan tidak mau dirinya menjadi sorotan karena menangis di dalam ballroom.

Satu persatu orang di ballroom ia lewati, perlahan-lahan berhasil keluar dari ballroom dan masuk kedalam lift yang sepi. Ketika pintu lift itu sudah tertutup, Haechan membekap mulutnya, tangisnya kembali pecah begitu saja.

Tangannya bergetar, rasanya masih merasakan bagaimana tangan hangat Jeno menggenggam tangannya yang dingin. Nyatanya, Jeno benar-benar berhasil membuat dirinya begitu hancur karena pengkhianatan ini. Haechan tidak tahu mengapa Jeno bisa setega ini meninggalkannya begitu saja dan menikahi Jaemin.

Rasanya Haechan bagai dipermainkan, karena jeno sebenarnya pasti sudah menyadari bahwa ia dan nana saling bersahabat, namun jeno tidak mau mengakui ke Haechan atau Jaemin bahwa lelaki itu mengenal mereka berdua.

Haechan tidak tahu, namun ia juga rasanya tidak mau mengerti alasannya. la sudah terlalu lelah, entah bagaimana ia akan menjalani hari berikutnya.
==================================

Jeno dan Jaemin sudah memasuki salah satu president suite di hotel yang mereka gunakan untuk acara pernikahan ini. Kamar president suite yang digunakan menjadi kamar pengantin mereka berdua. Mereka sudah satu jam berada di kamar, saling membersihkan diri satu sama lain.

Jaemin sudah merebahkan dirinya di kasur, matanya begitu berat dan kakinya terasa pegal karena berdiri menyambut banyak tamu yang mengucapkan selamat dan berfoto bersama. Namun lidah Jaemin terasa kelu ketika harus menanyakan pada Jeno soal malam pertama mereka.

Sepertinya tidak ada malam pertama, karena Jeno kelihatannya juga lelah dan tidak banyak bicara selama acara pernikahan mereka seharian ini. Jeno rasanya bagaikan bermain peran, tetap bersifat professional dan sama sekali tidak menunjukkan keromantisannya pada Jaemin bahkan dihadapan banyak orang.

Entah bagaimana, Jaemin juga tidak tahu bagaimana kelanjutan hubungan rumah tangga mereka berdua jika Jeno masih sedingin ini padanya. Jaemin kemudian menarik selimutnya, mencoba untuk tidur, tapi kemudian matanya terbuka bersamaan dengan pintu kamar mandi yang terbuka.

Do You Love Me?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang