25

446 37 3
                                    

Remasan tangan Jeno pada p*******a nya memang membuainya, membuat Haechan memejamkan matanya dan mendesah nikmat. Tapi ketika ia memejamkan matanya, sekelebat ingatannya soal pesta pernikahan tadi kembali muncul.

Bagaimana wajah bahagia Jaemin ketika menyambut para tamu bersama dengan Jeno disampingnya mengganggu pikirannya.

"Jeno," Haechan dengan cepat berusaha mendorong tubuh Jeno. "Cukup, Jeno!"

Jeno terengah, langsung terduduk dan menatap Haechan yang langsung membenarkan tali gaun tidurnya dan menutup bagian p*******nya kembali. Haechan hanya bisa menundukkan wajahnya dan duduk ke sisi ranjang menjauhi Jeno.

"Lebih baik kamu kembali ke Nana." Ucap Haechan dengan lirih. "Enggak seharusnya kamu ada disini pada malam pertama kamu dengan Nana, Jen."

"Chan," Jeno sontak mendekati Haechan kembali, menggenggam tangannya. "Jaemin tidak ada artinya untuk aku. Kamu lebih, lebih segalanya untukku, Chan."

"Tolong tinggalkan aku malam ini." Haechan menghela napasnya, menarik tangan dari Jeno dan masih tidak ingin menatap Jeno.

"Kamu sudah punya istri."
Jeno langsung terdiam. Bibirnya terkatup rapat dan dadanya terasa seperti ditekan begitu kuat setelah mendengar ucapan terakhir Haechan.

"Oke kalau itu mau kamu." Jeno kemudian mengambil hoodie-nya dan hendak melangkah keluar. Namun di ambang pintu ia berhenti dan melirik Haechan. "Tapi walaupun aku sudah memiliki istri, aku tetap akan mengutamakan kamu, Chan."

Pintu kamar Haechan kemudian tertutup, meninggalkan Haechan sendirian dalam kekalutan hatinya.

Haechan kemudian meringkuk, memeluk tubuhnya sendiri yang baru saja dicium dan dipeluk oleh Jeno, lelaki yang dicintainya sekaligus suami sahabatnya.
=====================================

Jaemin menghabiskan waktu sarapan pagi ini dengan keluarga Jung. la sedang sarapan dengan tenang, sampai kemudian ia yang sedang menunduk ketika makan langsung menoleh begitu kursi disampingnya ditarik dan Jeno duduk di sebelahnya.

Chenle, adik Jeno langsung berdeham menggoda, "cie pengantin baru... datangnya telat banget, nih."

"Gimana malam pertamanya Kak Nana? Kak Jean hebat nggak?" Tanya ningning menggoda, seketika sikunya langsung disenggol oleh suaminya.

Jeno memilih tidak menanggapi dan meneguk air mineralnya. Sedangkan Jaemin hanya melirik Jeno, lalu mengulum bibir dan tersenyum tipis pada kedua adik kembar itu. Bahkan Jaemin tidak tau Jeno pulang jam berapa tadi malam setelah pergi begitu saja.

Jaemin hanya tau, lelaki itu tiba-tiba sudah tertidur di sampingnya dengan memunggunginya. Bahkan pagi itu Jaemin berusaha membangunkan Jeno, namun Jeno hanya bergeming dan tidak mau bangun hingga kemudian terlambat sarapan seperti ini.

"Mama tunggu momongan dari kalian." Ucap Taeyong dengan senang.

Sedangkan Jeno hanya menghela napasnya dan lagi-lagi memilih tidak peduli. Jaemin tentu saja makin merasa tidak nyaman dengan kondisi ini. la kemudian menunduk, mengambil ponsel dari saku celananya dan mengetikkan pesan untuk Haechan.

Jaemin: udh bangun Chan?
Jaemin : ayo sarapan bareng

"Sarapan dulu, jangan fokus dengan ponselmu." Bisik Jeno tiba-tiba sambil menaruh salad keatas piringnya.

Jaemin tentu terkejut dengan perlakuan itu, ia lalu memilih meletakkan ponselnya. "Aku lagi ajak Haechan sarapan kesini."

Jeno sontak mengernyitkan dahi. "Kenapa sedikit-sedikit harus sama Haechan? Kan sudah ada aku dan keluargaku. Untuk apa dia juga datang?"

Do You Love Me?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang