40

555 40 3
                                    

Pintu lift yg berdenting langsung menyadarkan Jaemin dari lamunannya. Pintu lift itu kemudian terbuka dan seketika bau antiseptic khas rumah sakit kembali memenuhi indra penciumannya ketika ia sudah sampai di lantai tempat rawat inap Haechan berada. Jaemin kemudian melangkah keluar lift, tangannya terasa dingin ketika mendorong pintu untuk masuk di koridor khusus kamar rawat inap.

Hati Jaemin makin hancur ketika tadi sore selepas kerja ia datang ke florist Haechan dan mendapatkan kabar dari staff nya bahwa Haechan dibawa ke rumah sakit karena pendarahan. Bahkan staff di florist Haechan menceritakan pada Jaemin semua hal yg terjadi antara Haechan dan mertuanya itu.

Dari staff florist Haechan juga, Jaemin jadi tau bahwa Haechan tengah hamil muda. Tentu saja anak yg dikandung Haechan pastilah merupakan anak Jeno. Hati Jaemin hancur disebabkan oleh kabar itu. Walaupun sudah menerima bahwa dirinya akan bercerai dengan Jeno karena Haechan, perasaannya tetap sakit ketika membayangkan bahwa Jeno tetap intens berhubungan seksual dengan Haechan walaupun telah menikah dengannya.

Mata Jaemin kembali berkaca-kaca ketika mengingat tentang hal itu. Haechan hamil dan Haechan sedang mengandung anak suaminya.

Koridor kamar rawat inap ini sepi, langkah Jaemin kemudian terhenti di pintu kamar vvip dengan nomor 7707 dengan nama Nn, Haechan. Jaemin kemudian mendorong pintu itu dan ia langsung mendengar tawa renyah Jeno dan candaan Haechan.

"Ya terus, masa aku lagi hamil muda gini dan bakalan kamu ajak ke Belanda?"

Jeno tertawa lagi. "Iya dong, kamu nggak mau?"

"Kalau aku muntah gimana, Jenoo?" Rengek Haechan. "Ya tinggal ke toilet dong."

Jaemin hanya bisa menundukkan kepalanya dan tersenyum miris ketika mendengar Jeno berkali-kali tertawa renyah kepada Haechan. Bahkan selama pernikahannya, Jeno jarang sekali tertawa dan mengobrol ringan seperti itu padanya. Jaemin kemudian melangkah lagi, membuat percakapan Jeno dan Haechan terhenti ketika mendengar ada yg datang.

"Halo, maaf kalau aku ganggu." Sapa Jaemin.

"Naa?" Haechan jelas terkejut mendapatkan kunjungan dari Nana, begitu juga dengan Jeno.

Jaemin tersenyum tipis. "Aku tadi ke florist dan dengar dari staff kamu kalau kamu mengalami pendarahan dan dilarikan ke rumah sakit."

Bahkan setelah Jaemin berucap begitu, suasananya langsung berubah menjadi canggung.

"Naa, aku bisa jelasin ke kamu-"

"Boleh aku bicara berdua dulu sama Haechan?" Tanya Jaemin pada Jeno, lalu ia menatap Haechan kembali. "Boleh, Chan?"

Jeno menatap Haechan untuk menanyakan kesediannya dan kemudian Haechan mengangguk. "Boleh."

"Yasudah, kalau gitu aku tunggu diluar." Ucap Jeno, ia kemudian berbisik pada Haechan. "Kalau perlu sesuatu panggil aku aja."

"Tenang, ada aku disini kok. Aku juga nggak bakal mencelakai sahabatku sendiri." Sahut Jaemin, betapa sedihnya mendengar bahwa lelaki yg dicintainya malah begitu perhatian dan mencintai sahabatnya.

Jeno memaksakan senyum walau tak enak hati. "Yaudah, aku keluar dulu."

Setelah pintu kamar tertutup, baru kemudian Jaemin mendekati Haechan.

"Duduk, Na." Haechan mempersilahkan Jaemin duduk.

Jaemin mengangguk, kemudian menarik kursi itu mendekat dan duduk di kursinya. "Gimana keadaan kamu dan bayi-nya? Aku dengar kalau kamu bertengkar sama Bu Taeyong sampai dia jambak kamu dan kamu jatuh?"

"Baik kok, Na." Jawab Haechan singkat, walau sebenarnya ia sangat tidak enak hati pada Jaemin.

"Selamat atas kehamilan kamu. Aku nggak nyangka kalau kamu yg akan hamil duluan dan berhasil hamil anak Jean." Ucap Jaemin dan senyum kecil di bibir Haechan langsung benar-benar lenyap. "Eum, bukan maksud aku untuk sarkas, Chan. Aku-"

Do You Love Me?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang