34

384 34 8
                                    

Semenjak mengetahui kehamilannya, Haechan tetap bekerja seperti biasa malah cenderung bekerja lebih extra agar tidak berlarut memikirkan hubungan percintaannya dan berakhir stress. Namun karena kehamilan pula tubuhnya kadang tidak bisa di ajak kompromi seperti saat ini, ia jadi mudah lelah dan sensitif.

"Mbak Haechan!" salah satu staff di floristnya langsung tanggap memegangi vas bunga yg cukup besar itu yg hendak Haechan angkat untuk di pindahkannya tadinya. Namun langkah Haechan malah limbung dan hampir terperosok ke depan. "Biar aku aja, mbak Haechan istirahat dulu, gih."

"Makasih ya, Yeri." Ucap Haechan kepada Yeri, salah satu staff yg sudah ada di florist miliknya selama dua tahun.

Haechan kemudian lebih memilih duduk di sofa untuk pelanggan, sambil melihat Yeri memindahkan bunga mawar yg baru saja datang dari vas besar ke vas berukuran sedang di dalam sebuah lemari pendingin. Setelah Yeri selesai memindahkan bunga mawar itu dan menutup lemari pendingin, Yeri kemudian mengambil segelas air mineral dan sebuah roti sobek yg tadi ia beli.

Yeri lalu duduk dihadapan Haechan sambil menyodorkan air mineral dan roti itu. "Makan dulu, mbak".

"Aku nggak lapar". Tolak Haechan sambil menyandarkan punggungnya di sandaran sofa, benar-benar terlihat lemas.

"Mbak Haechan makin nggak kelihatan fit dari hari ke hari. Mbak Haechan sakit?".

Haechan tertawa kecil. "Nggak apa-apa, yeri. Kecapekan aja. Akhir-akhir ini memang aku mudah capek".

"Yaudah ih, Mbak. Makan dulu. Aku sekarang jarang lihat Mbak Haechan makan". Yeri bahkan membukakan bungkus roti itu untuk Haechan. "Kalau Mbak Haechan nggak mau makan, aku juga nggak mau kerja lo. Biarin di bilang karyawan durhaka, aku juga nggak mau boss ku sakit."

"Astaga, Yer." Haechan akhirnya memilih mengalah dan memakan roti dari Yeri.

Walaupun sebenarnya makan adalah hal yg menyiksa bagi Haechan saat ini. Namun benar juga kata staff nya itu, kalau tidak makan maka Haechan akan sakit. Pekerjaannya bisa terhambat dan ia tidak bisa produktif lagi.

Terimakasih kepada Yeri setidaknya Haechan bisa menghabiskan satu roti itu karena Yeri selalu mengajak Haechan berbincang. Sampai kemudian lonceng diatas florist berbunyi saat seseorang mendorong pintu itu untuk masuk. Haechan sampai buru-buru meneguk air mineralnya dan berdiri begitu melihat Taeyong tiba-tiba datang ke floristnya.

"Bu Taeyong", sapa Haechan dengan sopan. "Apa kabar, bu?"

"Baik, Haechan". Bahkan Taeyong langsung menjabat tangan Haechan dan menariknya kedalam pelukan. "Kamu sendiri apa kabar?".

Haechan memaksakan diri untuk tertawa ramah menyapa ibu kandung Jeno ini. "Baik juga, bu". la lalu menatap Taeyong. "Oh iya, ada perlu apa ya?".

"Hari ini saya ulangtahun. Saya mau beli bunga untuk kado diri saya sendiri". Jawab Taeyong dengan begitu sumringah sambil melihat-lihat bunga di florist.

"Astaga... selamat ulangtahun kalau begitu, bu. Maaf saya tidak tahu". Kata Haechan.

"Aduh, nggak apa-apa kali, Chan". Taeyong mengibaskan tangannya di depan wajah. Lalu berjalan mengelilingi florist. "Saya mau beberapa buket bunga yg dirangkai indah. Tapi untuk ditaruh di vas bunga yang ada di rumah".

"Boleh, mau bunga apa?"

Langkah Taeyong kemudian terhenti di sebuah vas bunga Daisy. Tania menyentuh ringan salah satu kelopaknya dan kemudian tersenyum. "Saya mau bunga Daisy ini. Tolong nanti di tata yg rapi ya, Haechan. Mau saya berikan ke Nana."

"Oh, baik, bu". Haechan kemudian menyuruh staff nya untuk memilih beberapa bunga Daisy yg segar untuk dibungkus.

"Bunga Daisy melambangkan ketulusan, kecantikan dan kesederhanaan, persis sekali seperti Nana." Ungkap Taeyong. "Bunga Daisy juga melambangkan harapan, Chan."

Do You Love Me?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang