15. Harapan (?)

12 9 0
                                    

Now Play :
🎶 Stereo Harmoni - Tabir
_______________00_______________

Di tengah ketegangan massa yang memuncak, tiba-tiba salah satu pejabat keluar dan melangkah menuju kerumunan mahasiswa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di tengah ketegangan massa yang memuncak, tiba-tiba salah satu pejabat keluar dan melangkah menuju kerumunan mahasiswa. Pejabat itu adalah seorang anggota dewan yang dikenal peduli dengan isu-isu masyarakat. Dengan mengenakan jas dan dasi, beliau menaiki podium darurat, berusaha menyampaikan pesan damai kepada para demonstran.

"Saudara-saudara mahasiswa," serunya dengan suara lantang, berusaha menjangkau semua orang di kerumunan. "Saya di sini untuk mendengarkan suara kalian. Saya tahu betapa pentingnya keadilan bagi kalian dan masyarakat. Jadi, mari kita bicarakan hal ini dengan kepala dingin."

Mahasiswa mulai merespon, suara teriakan meredam dan beberapa dari mereka menatap pejabat itu dengan penuh harapan. Alan yang melihat kesempatan ini, langsung mendekati pejabat tersebut.

"Kami ingin menyampaikan aspirasi kami, Pak. Kami ingin agar suara rakyat didengar dan dipertimbangkan kembali dengan situasi rakyat setiap kali membuat kebijakan."

Pejabat itu mengangguk, menunjukkan bahwa dia siap mendengarkan. "Saya di sini untuk mendengar apa yang ingin kalian sampaikan. Mari kita duduk bersama dan bicarakan solusinya untuk permasalahan ini," ujarnya pada Alan.

Suasana mulai sedikit mereda. Alan dan teman-temannya mengorganisir diri, menyusun beberapa perwakilan untuk berbicara langsung dengan pejabat tersebut. Mahasiswa lain mulai bersemangat lagi, mendukung langkah solusi ini. Setidaknya rencana aksi mereka membuahkan harapan.

"Lo-Alan dan Dimas. Kalian yang mewakili suara kita semua. Gue percaya sama kalian." Kata Erik sambil menepuk pundaknya Alan dan Dimas. Yang lainnya juga ikut setuju dengan keputusan Erik.

Alan mengangguk. Ia berusaha menjaga wibawanya meski rasa tegang tengah menyelimutinya. Alan tahu, meskipun ada niat baik dari para pejabat itu, situasi bisa saja cepat berubah jika tidak ada kesepakatan yang jelas. Ia berharap diskusi ini dapat membawa hasil yang memuaskan, bukan hanya sekadar janji kosong.

-00-

Di lain tempat, ketika media menampilkan Alan yang sedang mempersiapkan diri untuk memasuki gedung, seseorang diam-diam meminta salah satu anak buahnya untuk mencari tahu latar belakang Alan dan keluarganya.

"Cari tahu siapa pemuda yang memakai ikat kepala itu!" Titahnya berbisik, ujung matanya mengarah pada sosok Alan yang memang saat ini memakai ikat kepala warna merah.

"Siap, Pak."

-00-

Sekarang Alan dan Dimas sudah berada di dalam ruang diskusi. Suasana di ruang itu terasa sejuk tapi mendebarkan ketika Alan dan Dimas berhadapan dengan dua pejabat dewan dan satu komandan polisi. Beberapa wartawan mulai masuk dan menempati tempatnya, untuk mendapatkan berita secara ekslusif.

Pintu ruang diskusi di tutup. Sementara Erik dan para demosntran lainnya menunggu di luar sambil menyanyikan yel-yel kebangsaan mereka. Ada juga yang menyerbu pedagang, membeli es teh cekek, kacang rebus, batagor dan bakso.

_Bersambung_

DI BAWAH LANGIT MERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang