36. Cicak Putih Kantor

8 9 2
                                    

Iqbal, anak buah Pak Tiyo dari divisi penyelidikan, memasuki ruangan dengan raut wajah serius. Pak Tiyo yang sedang duduk di meja kerjanya langsung memintanya untuk memberikan laporan penyelidikan terkait kasus penusukan Alan.

"Sesuai perintah Bapak, saya telah melakukan penyelidikan secara diam-diam," Iqbal memberikan bukti laporannya. "Dari hasil pencarian saya, Nana, mahasiswi yang diduga menjadi saksi utama, memang terlibat dalam kejadian itu. Saya juga menemukan rekaman cctv yang menunjukkan bahwa dia berada di lokasi saat Alan ditusuk dan bahkan membawanya ke rumah sakit. Namun..." Iqbal berhenti sejenak, menatap Pak Tiyo dengan ragu.

"Namun apa?" tanya Pak Tiyo, nadanya penuh penekanan.

"Saya belum bisa menemukan keberadaan Nana saat ini. Setelah kejadian penusukan itu, dia menghilang dari kampus. Informasi terakhir yang saya dapatkan, ada yang bilang dia pulang ke kampung halamannya, tapi saya belum berhasil melacak lokasinya secara pasti."

Pak Tiyo mengangguk, matanya menatap ke arah Iqbal. "Apa ada petunjuk lain tentang hubungan Nana dengan kasus penusukan Alan?"

Iqbal mengangguk perlahan. "Ada indikasi kuat bahwa Nana mungkin menjadi bukti penting. Namun, kami belum bisa memastikan apakah dia terlibat secara langsung dalam penusukan atau hanya saksi yang kebetulan berada di tempat kejadian."

Pak Tiyo memejamkan matanya sejenak, mencoba mencerna informasi yang baru saja disampaikan. Pikirannya berputar. Keterlibatan Nana dalam kejadian ini, dan fakta bahwa dia sekarang menghilang, ternyata malah memperburuk situasi. Pak Tiyo harus segera menemukan jawabannya.

"Kita harus temukan Nana," putus Pak Tiyo, suaranya penuh keyakinan. "Dia bisa jadi kunci dari semua masalah ini. Lakukan apa pun yang perlu kamu lakukan, tapi tetap pastikan semuanya berjalan tanpa jejak. Saya tidak mau ada kebocoran informasi pada pihak kepolisian."

Iqbal mengangguk. "Siap, Pak. Saya akan terus melacaknya."

-00-

Di sudut ruangan kantor, seorang staf kepolisian yang diam-diam menyaksikan pertemuan antara Pak Tiyo dan Iqbal, segera bergerak melancarkan perintahnya. Staf itu, seorang bintara muda, bernama Adit. Sebenarnya dia bukan hanya staf biasa, dia juga bekerja sebagai mata-mata seorang pejabat yang baru saja lulus dari kesatuannya.

Setelah memastikan pertemuan itu selesai dan Iqbal keluar dari ruanganPak Tiyo, Adit langsung menuju toilet, dan mengurung diri di dalamnya. Dengan cekatan, dia membuka ponselnya dan mulai mengetik pesan singkat.

Adit : Om, saya menemukan sesuatu. Pak Tiyo dan orang suruhannya sedang menyelidiki kasus penusukan Alan, dan sepertinya Nana dicurigai. Perintah sudah diberikan untuk mencari keberadaan Nana. Saya akan memberikan detail lebih lanjut setelah ini.

Pesan terkirim, dan Adit menyandarkan punggungnya ke dinding, menunggu jawaban dari pejabat tersebut. Tak lama kemudian, sebuah pesan balasan masuk.

Pejabat : Bagus, terus pantau pergerakan mereka. Jangan sampai ada yang curiga. Kita akan pastikan semua tetap terkendali. Terus informasikan apa pun yang kamu dapat.

Adit mengangguk kecil, merasa puas bahwa dia telah melakukan tugasnya dengan baik. Dia tahu, informasi ini sangat penting bagi pejabat itu (pamannya) untuk menggagalkan upaya penyelidikan Pak Tiyo dan mengendalikan situasi demi kepentingannya.

-00-

Di tempat lain, Pejabat itu tersenyum tipis di balik sofanya. Dia tahu permainan ini masih jauh dari kata selesai. Dengan informasi terbaru ini, pejabat itu yakin bisa menyelesaikan masalah-masalah yang menghambat kepentingannya.

 Dengan informasi terbaru ini, pejabat itu yakin bisa menyelesaikan masalah-masalah yang menghambat kepentingannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini keadaan semakin sulit untuk Alan hadapi. Dan orang-orang jahat yang terlibat dalam perjuangannya mulai bermunculan, menampakkan dirinya.

_Bersambung_

DI BAWAH LANGIT MERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang