14. Dibalik Gerbang DPR

16 9 0
                                    

Play Now :
🎶 Kunto Aji - Gema

_______________00_______________

Di depan gedung DPR mulai riuh ketika ratusan mahasiswa dari Universitas Garuda telah berkumpul, menyatukan suara mereka untuk menyuarakan tuntutan keadilan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di depan gedung DPR mulai riuh ketika ratusan mahasiswa dari Universitas Garuda telah berkumpul, menyatukan suara mereka untuk menyuarakan tuntutan keadilan. Spanduk besar yang bertuliskan "Suara Rakyat untuk Keadilan" terbentang, dikelilingi oleh poster-poster yang mengekspresikan berbagai aspirasi dan keluhan masyarakat.

Para mahasiswa itu terlihat antusias, meneriakkan slogan-slogan, menyanyikan yel-yel dan lagu perjuangan. Namun, ketegangan mulai terasa ketika aparat keamanan mulai hadir di jalan utama, menyiapkan barisan untuk mengamankan area.

Sementara Di area gedung, polisi sudah siaga, fokus memantau situasi dengan serius, sementara beberapa di antaranya mulai mengatur penghalang untuk membatasi ruang gerak demonstran.

Alan, Erik, dan Dimas terus berusaha menjaga suasana barisannya tetap damai. Alan berdiri di depan barisan, memotivasi peserta demo dengan pidato yang membangkitkan semangat. Alan mengingatkan semua orang untuk tetap tenang dan tidak terprovokasi.

"Kita di sini untuk menyampaikan suara kita, bukan untuk mencari masalah!" teriak Alan, disambut sorakan mahasiswa lainnya.

Matahari mulai meninggi di langit. Terik panasnya membuat situasi demonstran mulai berubah lantaran para pejabat tidak kunjung keluar dari tempatnya. Tiba-tiba, terdengar suara bentakan dari arah belakang, ketika beberapa mahasiswa yang tidak sabar mencoba mendekati barisan polisi. Alhasil tindakan ini memicu kekacauan dalam barisan yang di pimpin Erik, dan polisi mulai bertindak dengan sebuah peringatan keras agar mereka mundur.

Dorrr!
Salah satu anggota polisi melepas tembakan ke udara.

Alan melihat massa semakin tak terkendali, suara jeritan dan kepanikan mahasiswa perempuan menambah suasana semakin tegang. Alan cepat-cepat menghampiri barisan tersebut, berusaha meredakan suasana.

"Tenang, kawan! Kita tidak boleh membuat situasi ini menjadi kacau! Tetap fokus pada tujuan kita!" seru Alan melalui megaphone, berusaha mengingatkan mereka pada tujuannya; tetap damai selama aksi ini berlangsung.

Akan tetapi... beberapa mahasiswa mulai tak sabar lantaran pejabat-pejabat di dalam gedung itu tak kunjung merespon, turut hadir dan berdiri ditengah-tengah massa. Mereka mulai meneriaki aparat dan meminta agar mereka memberi jalan.

Alan bergegas mendekati barisan aparat, menjelaskan kepada mereka bahwa ia ingin berdialog, tapi suaranya tertutup oleh teriakan-teriakan mahasiswa.

Situasi semakin memburuk ketika salah satu mahasiswa berusaha menerobos barisan polisi, dan memicu reaksi dari pihak keamanan.

"Dim! Dimas! Kondisikan barisan lo!" Teriak Alan dan langsung dimengerti oleh Dimas.

Dari sana, keadaan dengan cepat berubah menjadi sangat kacau, emosi massa semakin memuncak, bahkan potensi bentrokan dengan aparat bisa saja terjadi jika tidak segera ditangani.

-00-

Di tempat lain, di Kampus Garuda, Mila yang mengikuti perkembangan aksi demo melalui berita, tampak semakin gelisah. Setiap teriakan dan suara benturan yang ia dengar, membuat hatinya berdebar kencang.

Mila juga melihat Alan berada disana, di tengah kerumunan, menghadapi situasi yang mulai kacau. Tapi tidak dengan papanya, papanya tidak terlihat ada disana—di barisan para aparat. Lantas dimana papanya sekarang? Apakah papanya baik-baik saja?

"Ya Allah... lindungilah mereka..."

_Bersambung_

▪︎

Suer, demi apapun
Punya pacar hobi demo tuh bikin jantung over dosis. Tapi masih mending lah, ya... daripada hobi ganti-ganti cewek 🤭

DI BAWAH LANGIT MERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang