35. Hari Bersamanya

12 9 3
                                    

Play Now:
🎶 SO7 - Hari Bersamanya
_______________00________________

Pagi itu, sinar lembut matahari menembus jendela kamar rumah sakit, menandakan awal hari yang cerah untuk mereka lalui bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi itu, sinar lembut matahari menembus jendela kamar rumah sakit, menandakan awal hari yang cerah untuk mereka lalui bersama. Alan, yang masih terlihat lemah, tersenyum tipis ketika melihat Mila datang dengan wajah ceria. Hari ini, Mila sudah berjanji akan menemani Alan seharian penuh.

"Siap jalan-jalan di rooftop, Tuan?" Mila menggoda dengan nada lembut, siap membantu Alan bangkit perlahan dari tempat tidur menuju kursi roda.

Alan mengangguk pelan, "Tentu saja, Nona."

Setelah memastikan Alan nyaman di kursi roda, Mila mendorongnya keluar dari kamar, menuju rooftop rumah sakit. Di sana, mereka menikmati udara pagi yang segar dan membiarkan hangatnya sinar matahari menyentuh wajah mereka. Alan menatap langit biru, merasa lega bisa kembali berada di luar ruangan setelah beberapa hari di dalam kamar rawatnya.

"Rasanya sudah lama sekali aku nggak lihat langit secerah ini." Seru Alan, tersenyum mengembang di wajahnya.

"Ya... aku pikir kamu perlu bertemu dengan matahari, biar cepat sembuhnya, biar nanti kita bisa joging lagi di gasibu."

Alan mengangguk. Lalu kembali menatap langit, seolah sedang berpikir keras. Kemudian, dengan nada yang sedikit serius namun penuh rasa penasaran, ia bertanya, "Papa kamu gimana, Mil?"

"Gimana, apanya?"

"Tentang hubungan kita."

Mila terdiam sejenak sebelum akhirnya mendekat, tersenyum ke arah Alan sembari berlutut dihadapan Alan, menggenggam kedua tangan Alan. "Sebenarnya, Papa belum bilang secara langsung, sih. Tapi... aku bisa lihat dari cara papa khawatir sama kamu, dan aku yakin papa udah menerima hubungan kita."

Alan mengangguk, merasa sedikit lega. "Syukurlah. Aku harap nanti bisa ketemu dan ngobrol sama Papa kamu. Aku nggak mau ada yang nggak jelas antara aku, kamu, dan keluarga kamu."

Mila mengangguk setuju, "Iya, nanti kita atur waktunya. Yang penting sekarang, kamu fokus sama pemulihan dulu."

-00-

Saat makan siang tiba, di kamar rawatnya Alan, Mila duduk di hadapan Alan, memegang sendok di tangannya sambil tersenyum. Setiap kali Mila menyuapkan makanan, Alan menerima dengan senyum tipis.

"Kamu harus makan lebih banyak." kata Mila, suaranya lembut dan penuh perhatian. "Biar cepat pulih dan kita bisa jalan-jalan lagi kayak dulu."

"Aku beruntung punya kamu, Mil. Kalau gak ada kamu, aku pasti udah kacau banget. Makasih, ya..." kata Alan, tersenyum dibalik wajahnya yang masih pucat.

Mila terkekeh, menyuapkan lagi sendok ke mulut Alan. "Iya dong, siapa lagi yang bakal jagain kamu kalau bukan aku?" jawabnya dengan gestur canda. Sementara Alan, tertawa kecil, merasa geli mendengarnya.

Mereka tertawa bersama. Meski kondisi Alan belum sepenuhnya pulih, kehadiran Mila dan perhatian kecilnya membuat Alan sedikit lebih relax. Di tengah perjuangannya untuk sembuh, Alan merasa bahwa cinta dan perhatian Mila adalah obat terbaik agar segera pulih.

-00-

Malam pun sudah tiba, setelah makan malam, Mila membantu Alan berbaring di tempat tidurnya. Ia mengambil segelas air hangat dan memberikannya kepada Alan. "Minum dulu, biar tenggorokannya gak sakit lagi," ucap Mila lembut sambil menyodorkan gelas tersebut.

Alan menerimanya dengan senyum kecil. "Makasih, Mil." katanya, lalu meminum air hangat itu pelan-pelan. Setelah selesai, Mila menaruh gelasnya di meja samping, kemudian membetulkan posisi selimut Alan dengan hati-hati.

"Sekarang coba tidur, ya. Aku akan tetap di sini sampai kamu benar-benar tidur," ucap Mila sambil duduk di tepi ranjang.

Alan mengangguk, "Nanti pulangnya hati-hati, ya..."

"Iyaaaaa."

Mila mulai bercerita, suaranya terdengar seperti nyanyian dongeng sebelum tidur, begitu lembut dan menenangkan. Ia berbicara tentang kenangan mereka berdua, tentang hari-hari sederhana yang membuat mereka bahagia, dan tentang masa depan yang ingin mereka raih bersama.

Perlahan, mata Alan mulai terpejam, dan dalam hitungan menit, napasnya sudah terdengar lebih stabil.

Melihat Alan sudah tidur, Mila tersenyum penuh kasih. Ia menatap wajah Alan yang tampak damai, lalu dengan lembut ia membungkuk dan mencium kening Alan. "Selamat tidur, sayang." bisiknya pelan.

Setelah memastikan Alan benar-benar terlelap, Mila mengambil tasnya dan berjalan menuju pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah memastikan Alan benar-benar terlelap, Mila mengambil tasnya dan berjalan menuju pintu. Sebelum keluar, ia menoleh sekali lagi, menatap Alan yang sedang tidur, lalu melangkah pergi dengan hati yang tenang, siap untuk pulang.

_Bersambung_

▪︎

Pov Author :

Aaaa..... Priitttt!!!
Tolong, aku...
Aku baper sama cerita bikinanku sendiri
🤧🤧

DI BAWAH LANGIT MERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang