27. Luka & Duka

19 9 1
                                    

Play Now :
🎶 Intrumen Piano - Bahasa Kalbu
_______________00________________

Kabar penusukan Alan membuat orang- orang yang peduli padanya merasa terpukul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kabar penusukan Alan membuat orang- orang yang peduli padanya merasa terpukul. Di rumah sakit, orang tua Alan tampak cemas, menunggu di luar ruang operasi. Raut wajah mereka penuh ketegangan dan kesedihan, tak kuasa membayangkan apa yang sudah terjadi pada anak mereka.

Di sudut bangku depan ruang operasi, Nana duduk dengan kedua tangan yang berlumuran darahnya Alan. Dia tampak terpukul, air matanya mengalir deras. "Aku seharusnya tidak membiarkan ini terjadi," gumamnya disela-sela tangis, menyesali keputusannya yang keliru.

Dimas dan Erik, yang baru saja tiba, terkejut melihat Nana dalam keadaan demikian. "Nana, apa yang terjadi?" tanya Dimas, mencoba memecahkan rasa penasarannya ditengah situasi yang menegangkan.

"Iya, Na, ada apa?" Sambung Erik.

Nana menatap dua pemuda itu dengan wajah penuh duka. "Aku... aku tidak tahu. Aku menemukan Alan tergeletak di jembatan. Ada banyak darah di perutnya... Ini semua salah aku... salah aku... tolong maafkan aku..." lirihnya, meracau.

"Salah kamu? Maksudnya apa?" Erik yang mendengar Nana, mulai tersulut emosi, mengguncang kedua bahu Nana. Belum sempat Nana mengatakan sesuatu, seorang Dokter keluar, wajahnya tampak putus asa, seolah menandakan ada sesuatu yang terjadi dengan kondisi Alan di dalam sana.

"Dokter, bagaimana keadaan anak kami?" tanya Pak William, ayahnya Alan dengan nada penuh harapan, wajahnya tampak cemas.

"Kami sudah melakukan yang terbaik, Pak. Tetapi... kondisi pasien saat ini sedang kritis. Pasien terlalu banyak mengeluarkan darah, tapi bapak-ibu tidak usah khawatir, beruntung PMI punya banyak stok golongan darah B. Semoga ini bisa membantu pemulihan pasien."

Mila yang baru tiba, mendengar kabar itu, seolah jantungnya berhenti berdetak. Semua harapannya seakan-akan hancur dalam sekejap. Dia tidak bisa menahan air matanya, bahkan menjerit histeris.

Dengan hati yang berat, Mila memutuskan untuk pergi menjauh dari ruangan itu, menuju ke suatu tempat—dimana seseorang harus bertanggung jawab atas kondisi kekasihnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan hati yang berat, Mila memutuskan untuk pergi menjauh dari ruangan itu, menuju ke suatu tempat—dimana seseorang harus bertanggung jawab atas kondisi kekasihnya. Namun sesaat langkahnya berhasil di hentikan oleh sahabatnya, Seli.

"Mila... Kamu mau kemana?"

Mila menepis tangan Seli, tanpa memberikan jawaban apapun, ia berlari dengan tangisnya yang semakin membuncah. Setiap langkahnya dipenuhi kesedihan dan penyesalan, tidak ada kata yang mampu menggambarkan betapa hancur hidupnya jika sampai kehilangan sosok Alan—pemuda yang selama ini ia cintai.

Semua orang yang ada disana hanya bisa diam. Ambu tak henti-henti menangis di pelukan suaminya. Kini anak kebanggaannya harus terbaring tak berdaya di rumah sakit.

Sementara Dimas dan Erik, mereka tampak frustasi. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya pada Alan, tapi satu hal yang pasti: hidup mereka tidak akan baik-baik saja jika perjuangannya bersama 'Suara Merdeka' harus berlanjut tanpa Alan di sisi mereka.

_Bersambung_

▪︎

Pov: Di dalam ruang operasi

Pov: Di dalam ruang operasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DI BAWAH LANGIT MERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang