Mohon maaf. Sepertinya jadwal kegiatanku bertambah. Madam Nana bersemangat menjejaliku ilmu baru mengenai sesuatu yang berbau sosiologi dan antropologi entahlah. Penyihir Dorga pun tertarik memaksaku belajar perihal tumbuhan, sifat benda-benda aneh, dan itu belum termasuk “coba cek warna benda yang ada di meja”.
Akan kubeberkan sebuah informasi penting tidak penting. Konon benda-benda yang Penyihir Dorga perlihatkan itu tidak akan sama warnanya di mata orang lain. Hanya peramu berbakat saja yang bisa melihatnya.
Aku memilih iya iya saja. Lagi pula, susah! Bagaimana cara membuktikan omongan Penyihir Dorga? Aku hanya kenal beberapa peramu yang mayoritas dewasa. Mereka lebih sering senyum aneh saat bersamaku. Tahu, bukan? Jenis senyum seolah aku ini bidadari dari langit. Akhirnya aku batal bertanya dan memilih menyingkir sejauh mungkin.
Orang dewasa yang kelebihan muatan beban hidup. Mereka tidak bisa kujadikan sebagai contoh. Sial!
Selain kegiatanku yang makin bertambah, Igor pun juga tidak kalah sibuk daripada diriku. Dia makin sering menghabiskan waktu di perpustakaan, ruang belajar, ataupun latihan fisik bersama kesatria. Aku tidak berani bertanya. Dia pun pasti andai bisa memilih akan menghindar dari tugas. Namun, susah. Duke Joa tidak memiliki penerus dan ia telah memutuskan Igor sebagai sosok yang akan menanggung beban masa depan. Kasihan istri masa depan Igor nanti. Tugasnya banyak!
“Apa yang sedang kaubaca, Ivy?”
Tidak seperti kemarin, kemarin, dan kemarinnya lagi. Kali ini Igor bisa menemaniku. Kami berdua duduk santai di bawah pohon. Anne telah menggelar alas duduk. Di sampingku pun ada sekeranjang roti isi lengkap dengan beberapa biskuit.
“Tanaman,” jawabku sembari memamerkan halaman berisi ilustrasi bunga berbentuk lonceng, “khasiat serta cara memanfaatkan setiap bagiannya.”
Halooooo aku tukang jamu! Di masa depan nanti kalau tidak bisa jadi wartawan, akan kutempuh jalur bisnis.
Igor kali ini mengenakan atasan berlengan pendek yang dipadukan dengan rompi berwarna perak. Celana yang ia kenakan pun terbuat dari bahan ringan dan tidak panas. “Kau pasti akan menjadi peramu yang hebat, Ivy.”
Dan mengikuti jejak Belinda?
Tidak. Terima kasih!
Kuamati pakaianku. Gaun berlengan pendek warna kuning cerah. Pilihan Anne selalu saja berkaitan dengan dunia lalala yeyeyeye. Cerah sekali!
“Aku tidak tertarik jadi penyihir jalur ramuan,” ucapku melakukan pengakuan. “Ibuku dulu suka memanfaatkan bakatnya untuk hal-hal tidak baik.” Kemudian aku menunjuk diri sendiri. “Berkat itu aku lahir. Bukan sesuatu yang pantas kubanggakan.”
Angin bertiup lembut, menerbangkan beberapa helai rambut Igor. Sejauh ini dia tidak tersenyum ketika mendengar kisahku. Iya juga. Mana mungkin ada orang bahagia mendengar latar belakang dirinya diciptakan dengan cara kotor begitu? Tidak ada.
“Ivy, kau luar biasa. Kau terlahir di dunia ini pun sudah membuatnya jadi hal luar biasa.”
Apa ini artinya aku ada di dunia pun artinya indah? Hmmm coba katakan itu kepada pelaku genosida, pembunuh berantai, dan pedofil. Tidak! Aku yakin posisiku tidak seburuk itu, tapi juga errrr....
Igor sedang coba merayuku, ya?
“Hmmm terima kasih.” Kuletakkan buku di pangkuan. Jujur saja. Aku bingung harus melihat Igor atau langit. “Sepertinya aku akan jadi orang kaya raya.”
“Memangnya kau butuh uang?”
Kuangkat kedua bahu, singkat. “Semua orang butuh uang. Maksudku, bukan dalam jumlah besar. Cukup untuk makan tiga kali sehari, membayar pajak, dan membeli kebutuhan primer.”
“Kau tidak perlu mengumpulkan banyak uang,” ujar Igor sembari mengacak-acak rambutku. “Ada aku. Kau tidak perlu kerja keras.”
Anak kecil belajar merayu? Siapa dia? Ha?
Lekas aku beringsut mundur, menghindar dari tangan Igor. “Apa peri juga akan menawarkan hartanya kepada manusia yang dia sukai?” tanyaku berusaha mengalihkan topik pembicaraan.
“Cara peri mencintai manusia sebenarnya sangat ekstrim.”
“Apa mereka akan mencongkel bola mata musuh dan mempersembahkannya kepada kekasihnya?” Oh aku siap mendengar cerita gore! “Memburu jantung naga? Menenggelamkan suatu pulau? Begitu?”
Igor tergelak. Dia memegang perutnya dan tubuh pun berguncang seiring tawa.
“Tidak, Ivy,” katanya begitu tawa reda. Dia menyeka ujung mata yang berair. “Peri tidak sekejam itu. Hanya saja mereka kadang bisa sangat tidak terprediksi. Taman yang pernah kupamerkan padamu pun hasil dari cinta yang luar biasa menggebu.”
Aku jadi penasaran. “Apa Duke pernah mendapat tantangan cinta dari peri?”
“Paman?” Wah saat menyinggung Duke Joa, Igor langsung memberikan cengiran menghina. “Dia tidak memiliki pengagum dari bangsa peri. Sejujurnya aku ragu ada peri yang cukup waras suka kepadanya. Tidak mungkin, Ivy.”
Dengan kata lain, Duke Joa tidak laku.
“Beda dengan ayahku,” Igor mulai sesumbar. “Kudengar dia sering dikunjungi peri. Namun, yaaaah ibuku tetap yang jadi pemenang.”
Emmm aku merasa sedikit kasihan kepada Duke Joa.
“Hei, Ivy. Apa kau tidak penasaran?”
“Ya?”
“Aku pernah bilang, kan, bahwa tidak semua orang bisa menjejakkan kaki di taman peri?”
Sepertinya iya, tapi aku tidak ingat. “Kenapa?”
“Taman peri hanya menerima orang tertentu,” jelasnya sembari meraih tanganku. “Aku penasaran alasanmu bisa bertahan di sana tanpa sesak napas.”
Tunggu dulu! Jadi, Igor mengujiku? Sialan! Aku bisa saja mati dan mengulang dari awal! “Mungkin aku beruntung.”
“Tidak ada yang namanya kebetulan,” ujarnya dengan nada menggoda. “Aku percaya segalanya ada pola. Kau mungkin datang ke sini karena sesuatu?”
“Semoga saja bukan karena alasan buruk!” Aku tidak mau mati! Tolong! Aku lelah. Bila harus mengulang dari awal, tolong pindahkan aku ke novel baru!
“Ivy, leluhurku ada yang bisa berkomunikasi dengan bangsa peri. Dia begitu dicintai peri. Setiap ada bahaya, peri akan berusaha melindunginya. Itulah alasan berkat kami sangat kuat. Kami dicintai peri.”
Masalahnya aku tidak dicintai peri! Lihat saja pengalaman hidupku! Mati hidup mati hidup mati hidup! Capek!
“Peri bisa sangat beringas bila menyangkut orang yang mereka sukai,” Igor menambahkan. Dia mulai menelusuri jemariku dengan telunjuk. “Kadang sihir yang mereka gunakan akan sangat menyiksa bagi orang yang dicintai olehnya. Apa kau pernah mendengar kisah seorang pria yang harus mati dan hidup berkali-kali hanya karena dia dicintai peri?”
Tu-tunggu dulu! Apa aku terjebak siklus tiada akhir gara-gara ... sialan! Siapa peri yang kurang ajar itu? Aku perlu bicara dengannya! Ini penting!
“Bagaimana cara menemui peri?”
“Ivy, kau tidak bisa menemui mereka. Selalu merekalah yang menunjukkan diri di hadapan manusia.”
Hoh hatiku tidak tenang. Aku mengetahui sesuatu dan hal itu sama sekali tidak membuatku merasa aman! Ini semua menjengkelkan!
“Igor, bagaimana bila orang yang bisa hidup dan mati berkali-kali ternyata dikutuk?”
Itulah yang ingin aku ungkapkan kepada Igor. Namun, mulutku terlalu berat. Aku tidak mampu mencerna informasi ini. Semuanya! Semuanya terlalu berat.
***
Selesai ditulis pada 28 September 2024.***
Syalalalalala update baru!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Lady Ivy (Tamat)
FantasyHidup seperti kemalangan tiada akhir. Siang dan malam memberiku kegilaan tak tertangguhkan. Sungguhkah bertahan hidup harus mengorbankan sedikit demi sedikit jiwa? Maka sudah pasti jiwa milikku tinggal setetes dan tidak terselamatkan. Orang mengira...