52

771 169 3
                                    

NOTE: DEAR LADY IVY EKSTRA EPISODE KHUSUS 12 SUDAH TERBIT DI KARYAKARSA! :”) Selamat membaca, teman-teman.

***

Aku dan Igor merasa seperti baru saja terkena sihir jahat. Kebingungan, sesaat sulit membedakan antara ilusi dan kenyataan, serta ada bermacam hal membebani hati. Selama sesaat kami tidak saling bicara. Tepatnya, aku yang tidak berani bersuara. Kupikir terjebak dalam siklus kematian dan kelahiran merupakan kutukan terburuk. Itu semua tidak ada apa-apanya dibanding mengetahui bahwa mungkin saja aku pernah menjalani kehidupan sebagai Lady Renula. Sekadar dugaan konyol, tapi tetap saja menyesakkan.

“Kita harus segera kembali.”

Igor-lah yang pertama memecah keheningan di antara kami. Dia meraih tanganku, mengajakku keluar, dan menuju ke salah satu tenda. “Ivy....”

Bertepatan dengan diriku yang memilih duduk, mencoba meredakan ketegangan, aku pun berkata, “Anggap saja aku terkena delusi, tapi kupikir yang baru saja kita lihat merupakan bagian dari kehidupan yang pernah kita jalani.”

Aku menghela napas, berusaha sedikit mengendurkan ketegangan dalam diriku, dan mengembuskannya secara perlahan. Beban di dadaku masih bertumpuk, tapi keberadaan Igor yang tengah duduk di seberangku sedikit membantu mengatasinya.

“Konsep mengenai kelahiran dan kematian memang masih menjadi misteri besar,” ucapku melanjutkan. “Bisa jadi semua rangkaian kegilaan yang mengekor di belakangku ada kaitannya dengan mereka bertiga. Lady Renula, Saint Nasha, dan pria sinting yang mirip Ray. Kita bertiga memiliki konflik yang belum terselesaikan. Kupikir ... kupikir mungkin saja bila perkara masa lalu yang kubuat sebagai Lady Renula beres, maka aku tidak akan menjalani kehidupan berulang kali.”

“Ivy, aku tidak yakin Lady Renula bermasalah.”

Aku mengangguk. “Ada satu orang lagi yang perlu kutanyai,” ujarku menambahkan. “Alera. Kau pasti masih ingat dengan kutukan kecil yang menimpa Ekiel dan Lilia. Biang kerok, Alera, kemungkinan besar mengetahui hal-hal yang terlewat olehku.”

“Kita akan memastikannya. Ivy, lebih baik kita kembali daripada menghabiskan waktu di sini.”

Baru saja aku hendak mengamini ide Igor, tapi mendadak terdengar suara gemuruh yang begitu memekakkan. Teriakan manusia silih berganti saling menyahut. Aku dan Igor bergegas keluar tenda hanya untuk menyaksikan langit dihiasi materai sihir. Materai sihir berbentuk lingkaran pun memendarkan cahaya terang. Dari dalam sana keluarlah naga dalam berbagai bentuk.

Para naga tidak membuang waktu. Mereka menyemburkan api ke setiap tenda maupun kereta kuda, membuat kegaduhan. Peneliti, baik dari kalangan pendeta maupun penyihir, berusaha menyelamatkan harta mereka. Sayangnya perjuangan mempertahankan benda-benda apa pun akan mustahil saat berhadapan dengan naga.

Udara segar berubah jadi panas. Kulitku seolah tersengat, membuatku berjengit. Igor menarikku dan mengajakku berlari ke tempat aman.

“Tidak ada tempat aman!” seruku saat seekor naga berkulit hijau berusaha menyambarku. Beruntung Igor sempat mendorongku, membuat kami jatuh ke semak berduri. “Tidak ada jalan keluar.”

Sebagian kuda telah kabur, sementara sisanya terbakar hidup-hidup. Aku bahkan sempat menyaksikan seekor naga mengunyah kuda seolah makhluk itu hanya kudapan mungil di sore hari. Sekujur tubuhku terasa perih karena tergores duri. Luka yang tidak membahayakan, tapi tetap saja membuatku repot.

“Ada jalan lain,” kata Igor.

Igor tidak memberiku penjelasan sama sekali. Dia hanya menarik sesuatu dari sakunya, sebuah kelereng, dan memecahkannya dengan telunjuk dan ibu jari.

Dear Lady Ivy (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang